Hari Pangan Sedunia: Redam Individualitas, Bangun Semangat Solidaritas

 Andreas S. Pratama  |     19 Oct 2014, 00:45

Hari Pangan Sedunia (World Food Day) pada awalnya dimulai untuk memperingati berdirinya organisasi Food and Agriculture Organization milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 16 Oktober 1945. Namun dalam perkembangannya, hari peringatan tersebut lebih dimaknai sebagai momen untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah kemiskinan dan kelaparan. Di dalam setiap temanya, ketahanan pangan paling sering dijadikan tema dalam peringatan Hari Pangan Sedunia, karena hal ini merefleksikan kemampuan rata-rata individu untuk mendapatkan dan menjaga ketersediaan makanan.

Gereja Katolik tidak hanya menekankan pada pentingnya ketahanan pangan, tetapi lebih menyentuh sisi kemanusiaan. Dalam peringatan HPS tahun 2013, Bapa Suci Fransiskus menyinggung soal jutaan orang yang menderita kelaparan dan gizi buruk di seluruh dunia. Kebanyakan dari mereka adalah anak- anak. Paus dalam kesempatan tersebut menunjukkan bahwa kasus kelaparan tersebut berhubungan langsung dengan sikap individualistis manusia-manusia modern yang justru semakin subur tumbuh dan berkembang.

Sikap individualistis ini, baik secara langsung dan tak langsung, mengarahkan seseorang pada sikap acuh tak acuh. Pada akhirnya, mereka pun tak lagi peduli terhadap sesamanya yang mengalami kelaparan. Di kesempatan yang sama Paus Fransiskus mengatakan bahwa kelaparan dan gizi buruk merupakan sebuah skandal yang mestinya menantang kesadaran pribadi dan kesadaran bersama untuk ikut menemukan pemecahan masalah itu (kelaparan dan gizi buruk) secara adil dan menyeluruh, demi kebaikan seluruh umat manusia.

Bapa Suci menekankan pentingnya kita untuk bisa melepaskan diri dari sikap individualistis, serakah, dan acuh tak acuh. Kita harus bisa mendidik diri sendiri untuk membangun sikap belarasa dan membangun kembali nilai dan makna solidaritas dalam hubungan antar manusia. Hal ini senada dengan apa yang pernah diucapkan oleh Mahatma Gandhi: "Bumi menyediakan makanan cukup untuk kebutuhan setiap manusia, tetapi bukan untuk keserakahannya."

Pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus juga bukannya tanpa dasar. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), kelaparan parah dialami oleh satu dari delapan orang di dunia. FAO memperkirakan terdapat 842 juta orang (12% dari populasi dunia) yang mengalami kelaparan dan gizi buruk kronis pada periode 2011-2013. Lalu menurut laporan Komisi Nasional Perlindungan Anak, 8 juta dari 23 juta (35%) anak balita di Indonesia mengidap gizi buruk kategori "berat" yang menyebabkan tinggi badannya lebih rendah dari balita normal. Selain itu, sebanyak 900 ribu bayi (4,5%) dari total jumlah bayi di Indonesia mengalami gizi buruk.

Dalam Surat Gembala Hari Pangan Sedunia 2014, Mgr. Ignatius Suharyo menyebutkan bahwa selain meredam sikap individualistis, kita juga patut membangun semangat solidaritas. Semangat ini dipakai untuk menjaga lingkungan hidup yang kian tercemar. Selain itu, beliau juga mengajak kita untuk semakin peduli dengan berbagi kehidupan yang sehat dengan sesama umat dan masyarakat yang lebih luas. Mulailah dari keluarga kita sendiri dengan selalu menyediakan makanan yang sehat.

Lihat Juga:

Tema Nasional (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi