Mencintai Tuhan Hingga Tangan Lelah dan Butir Peluh Mengucur

 Andreas Pratama  |     28 Sep 2015, 10:22

Vincentius a Paulo dilahirkan pada 24 April 1581 di sebuah desa kecil bernama Puoy, di daerah Perancis Selatan. Ia terlahir di sebuah keluarga petani yang miskin. Semenjak kecil, dirinya terbiasa membantu kerja sebagai penjaga ternak. Sejatinya Vincentius adalah sosok yang cerdas, namun tidak bisa bersekolah karena ketidakmampuan orangtuanya membiayai sekolah. Beruntung Tn. Comet, seorang dermawan, bersedia memberikan bantuan dana.

Pada umur 15 tahun, Vicentius mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Orangtuanya sempat dilanda kebingungan, tetapi akhirnya mereka memberikan restu kepada Vincentius. Ia belajar di sebuah kolese Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikan ke Universitas Toulouse. Karena kecerdasannya ia menyelesaikan studi dalam waktu singkat dan pada tahun 1600 (usia 20 tahun), ia ditahbiskan menjadi imam, sambil melanjutkan studi hingga meraih gelar Sarjana Teologi di universitas yang sama pada tahun 1604.

Singkat cerita, pada tahun 1617, Vincentius diangkat sebagai pastor paroki Chatillon les Dombes. Di paroki tersebut, Vincentius mengalami sebuah tantangan berat, karena sebagian besar umatnya mengalami kemerosotan moral dan menjalani praktek kekafiran. Namun dengan kesalehan hidup yang disertai kecerdasannya, ia mampu mempertobatkan umat paroki tersebut untuk kembali ke jalan Tuhan hanya dalam waktu satu tahun. Tak butuh waktu lama, Vincentius pun langsung mendirikan tarekat Persaudaraan Cinta Kasih di paroki yang sama.

Melalui tarekat tersebut, Vincentius meminta orang-orang kaya untuk menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang kemudian digelari kudus, ditunjuknya sebagai pengurus yayasan. Vincentius juga melatih beberapa sukarelawan untuk menangani karya tarekat. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlah dan akhirnya menjadi sebuah kongregasi tersendiri bernama Kongregasi Suster Puteri-puteri Cinta Kasih dan hingga saat ini terus berkembang menjadi kelompok religious terbesar dalam Gereja dewasa ini.

Semangat dua kongregasi ini diilhami oleh pandangan tentang cinta kepada Tuhan: "Cintailah Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kelelahan dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari wajahmu!". Setelah meninggal dunia pada 27 September 1660 di Paris, ia digelari "kudus" pada tahun 1737 oleh Paus Klemens XII dan diangkat sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cinta kasih oleh Leo XIII.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi