Setelah Bertobat, Apa Yang Diperbuat Santo Paulus?

  22 Jan 2011, 04:31

Kisah Santo Paulus yang terkenal adalah pertobatannya, dari seorang Sanhedrin bernama Saulus yang dikenal sebagai penganiaya para pengikut Yesus Kristus. Saulus, kemudian bernama Paulus, menjadi seorang pengikut setia dan menyebarkan ajaran-Nya, sehabis perjumpaannya dengan Yesus di Damsyik, Syria. Dimana Yesus bersabda: "Saulus, Saulus mengapa kau aniaya Aku?" Kemudian Saulus menjadi buta dan bisa melihat lagi setelah bertobat. Habis itu, lalu ia berbuat apa?

Khasanah atau kepustakaan tentang St. Paulus begitu banyaknya sehingga mudah dibaca dan dipelajari. Bahkan di ruang WM terjadi diskusi ringan, ada cerita dari seorang Muslim yang mempelajari Kristologi dan menemukan bahwa Paulus lah yang berjasa besar bagi penyebaran Agama Kristen ke seluruh dunia. Bisa dikatakan ia pula yang menjadikan Yesus menjadi begitu besar dan agung nama-Nya.

Ini bisa dilanjutkan jika kita hubungkan dengan situasi aktual, yaitu yang menyangkut tata kelola, manajemen dalam mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan. Paulus tidak saja mengabarkan kabar suka cita dengan piawai, karena ia komunikator ulung, juga menyangkut pengembangan para pemimpin penerus. Waktu itu hal semacam itu sudah menjadi pemikiran Paulus, di mana Gereja nanti tumpuannya adalah pada para pemimpin umat.

Kepemimpinan adalah pengaruhInilah yang dikenal dalam manajemen sebagai langkah pertama yang bertujuan menanam pengaruh. Ini juga yang dijalankan oleh Paulus. Maksud utamanya adalah menanam pengaruh sehingga orang secara sukarela mengikuti teladannya. "Jadilah pengikutku sama seperti aku, juga menjadi pengikut Kristus" (1 Kor 11: 1).

Tak heran para pakar manajemen Kristen sepakat bahwa Paulus itu tokoh peletak dasar perekrutan calon pemimpin atau kaderisasi. Tak heran di mana saja Paulus mencurahkan titik perhatiannya menyiapkan pemimpin umat, karena tanpa pemimpin umat ajaran akan mati. Semua itu bisa dibaca ketika proses setelah pertobatannya. Pertama kali ia menerima pengaruh Yesus kemudian meneruskannya kepada orang lain. Kemudian ia membina relasi dengan rekan sekerja (para Rasul murid Kristus langsung di Yerusalem) karena ia butuh legitimasi dalam karya pelayanannya. Setelah itu ia datangi wilayah-wilayah di mana sekiranya Kristen mempunyai prospek baik, ia didik calon-calon pemimpin umat sebagai generasi penerus. Paling penting akhirnya bahwa konsepnya tentang kaderisasi ini memang menjawab kebutuhan zaman. Sehingga Gereja bertumbuh dan berkembang secara sehat serta pemimpin-pemimpinnya menjadi teladan.

Semua itu tercermin dalam "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberi-pemberi berita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan Tubuh Kristus. Efesus 4;11-12." Di sini Paulus mengatakan sepertinya bukan ia melainkan Tuhan sendiri yang menjadi pusat perhatian. Tak heran pula Paus Benekdiktus XVI menjadikan tahun 2007-2008 sebagai Tahun Paulus. Agar semangat St. Paulus menjiwai dalam pewartaan kabar baik. Terutama sifat-sifat yang dipunyainya seperti senantiasa bersuka cita dalam situasi apapun, berani, mandiri, menyangkal diri, setia, penuh kasih, dan simpatik. Sifat yang ideal bagi seorang pemimpin dalam bidang apa saja.

Khususnya dalam pewartaan, gambaran Santo Paulus sebagai duta Kristus berarti mendahulukan kepentingan orang lain di atas diri pribadinya. Harapannya supaya umat tetap setia dan beriman kepada Yesus Kristus.

(Ign. Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi