Misa Inkulturasi Imlek, Bukan Misa Nuansa Imlek

  21 Jan 2017, 17:08

Pasca Konsili Vatikan II (1962-1965), inkulturasi menjadi salah satu istilah yang populer dalam lingkungan Gereja Katolik. Dan, lebih dari itu, inkulturasi diajukan sebagai suatu tugas bagi Gereja. Di banyak tempat orang berbicara dan mengupayakan inkulturasi.

Mgr. Johannes Liku Ada, Uskup Agung Makassar menulis tentang pentingnya inkulturasi agar umat mudah dalam menghayati perayaan ekaristi. Secara umum, Mgr. Johannes Liku Ada mendefinisikan inkulturasi sebagai pengintegrasian pengalaman Kristiani sebuah Gereja lokal ke dalam kebudayaan setempat.

"Pengalaman tersebut tidak hanya mengungkapkan diri di dalam unsur-unsur kebudayaan bersangkutan, melainkan juga menjadi kekuatan yang menjiwai, mengarahkan, dan memperbarui kebudayaan bersangkutan. Dengan demikian, menciptakan suatu kesatuan dan communio baru. Tidak hanya di dalam kebudayaan tersebut, melainkan juga sebagai unsur yang memperkaya Gereja sejagat," tulis Uskup Agung kelahiran Salu Allo, Sangalla Utara, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 22 Desember 1948 ini.

Sehingga jika merujuk pada tulisan Uskup Agung Makassar tersebut, Misa Imlek Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) merupakan misa inkulturasi, dan bukan Misa dengan nuasa Imlek. Dalam misa inkulturasi imlek, unsur budaya perayaan tahun baru Imlek yang memperkuat dan meneguhkan nilai-nilai dalam perayaan Ekaristi tetap diambil.

"Tetap ada pembagian jeruk yang sudah diberkati Romo untuk para umat. Selain itu menggalang angpao dari umat untuk misi ordo Karmel di Timur Jauh," jelas Stefanus Arief Santosa Hardjaseputra, Wakil Ketua Panitia, Perayaan Misa Inkulturasi Imlek, Gereja MBK.

Arief, juga berusaha untuk memberikan acara yang terbaik bagi umat MBK, agar tidak terburu-buru pulang, setelah misa. "Akan kami putarkan lagu-lagu mandarin sebagai pengiring acara ramah-taman usai misa," tambah Wakil Korwil 1, merangkap Kaling Thomas 7 ini.

Menurut Bernadus Herman Hendrata, Bendahara Panitia Perayaan Misa Inkulturasi Imlek MBK, jika tidak ada perubahan akan dipimpin Romo Stanislaus Lirmanjaya Sastra, O.Carm. "Misa berbahasa Mandari, konselebrasi lima Romo. Koor dari Gregorius Agung, dekorasi imlek ditangani Serafin, panitia juga melibatkan Dewan Paroki Harian (DPH)," jelas Kaling Thomas 8 ini.

Bagi umat yang datang bersama keluarga, tidak perlu kawatir tidak memiliki kenang-kenangan saat menghadiri Misa Inkulturasi Imlek 2017, karena pihak panitia juga telah menyediakan photobooth. "Kami sediakan photobooth untuk umat dan keluarga yang menghadiri misa inkulturasi Imlek," kata Herman.

Sementara itu, Romo Jaya berharap, Inkulturasi liturgi tidak hanya atas pertimbangan dan keinginan pelaksanan di lapangan, seperti imam dan petugas-petugas liturgi, tetapi juga pihak berwenang seperti yang dinyatakan dalam Sacrosanctum Concilium art 22: Tahta Apostolik, lalu menurut kaidah hukum pada uskup, dalam batas-batas tertentu ada pada Konferensi Wali Gereja. "Umat bisa terus merefleksikan dan membarui inkulturasi yang dikerjakan, sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai perayaan Ekaristi. Sebaliknya bisa semakin memperkuat penghayatan Ekaristi," ungkap Romo Jaya.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi