Salib Yesus sebagai Perjalanan Kita di dalam Iman

 Andreas Pratama  |     22 Sep 2015, 10:28

Ada sebuah alasan mengapa orang-orang Yahudi mendesak Pilatus untuk menghukum mati Yesus dengan menyalibkannya. Penyaliban merupakan salah satu bentuk ekseksi terkejam yang pernah ada di dunia. Esensi dari penyaliban bukanlah kematian itu sendiri, melainkan penderitaan saat menjelang kematian. Selain itu, tujuan dari penyaliban adalah untuk memberikan penghinaan kepada si terhukum.

Salib Yesus sebagai Perjalanan Kita di dalam Iman

Peristiwa penyaliban Yesus seringkali disebut sebagai puncak dari perjalanan Yesus di dunia. Penyaliban adalah sebuah titik tertinggi dari misi penyelamatan yang diemban Yesus sejak Ia lahir di dunia. Selain itu rangkaian tragedi yang kerap ditampilkan di dalam tablo setiap Hari Raya Paskah menampilkan puncak keimanan dari masing-masing tokoh utama dalam kisah penyebaran kabar gembira.

Kisah perjalanan sengsara Yesus dimulai dari Taman Getsemani, di mana kita bisa melihat bagaimana Yesus begitu takut, tetapi sekaligus pasrah, menyambut dengan tangan terbuka rencana-rencana kematian-Nya yang penuh dengan kengerian. Di saat yang hampir bersamaan, kita juga bisa melihat bagaimana seorang Yudas dengan tega mengkhianati Gurunya sendiri, demi sekantung uang perak. Sesaat setelah Yesus digiring ke pengadilan Mahkamah Yahudi, Petrus yang notabene adalah murid-Nya yang paling setia, menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.

Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana ibu Maria dengan penuh ketegaran menyaksikan Putra Tunggalnya disiksa, dianiaya, dan dihina oleh umat-Nya sendiri. Sang bunda juga dengan besar hati mengikuti perjalanan Sang Anak ke Gunung Golgota hingga akhirnya menyaksikan Yesus mati di kayu salib. Sungguh sebuah sikap yang pantas menjadi contoh bagi kita umat Kristiani dalam menjalani segala cobaan di dunia ini.

Peristiwa penyaliban tentu saja melibatkan Yesus yang merupakan pribadi Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus memilih untuk menerima segala hukuman yang ditimpakan ke diri-Nya. Ia sama sekali tak menghindar dari vonis tersebut. Ia hanya menerima segala keputusan tersebut tanpa memberikan pembelaan sedikit pun. Yesus rela untuk menerima hukuman terkejam dan terhina di seluruh dunia, demi menghapus dosa-dosa umat manusia.

Semenjak itu, kayu salib tak lagi menjadi lambang kehinaan, tetapi menjadi simbol keselamatan bagi umat Kristen seluruh dunia. Kayu salib tak sekedar tempat sang penyelamat dunia tergantung demi menebus dosa para manusia, tetapi juga menjadi lambang perjalanan hidup dan pertumbuhan iman kita. Penuh cobaan, tetapi tak sepatutnya kita menyerah, karena kita memikulnya bersama dengan Yesus sendiri.

Pesta Salib Suci yang jatuh pada tanggal 14 September silam dan dirayakan oleh seluruh umat Katolik di seluruh dunia, pada intinya adalah sebuah pesta yang merayakan penemuan Salib Yesus oleh St. Helena, ibu dari Kaisar Konstantinus Agung. Namun pesta tersebut tak hanya terpusat pada penemuan salib saja, melainkan sebagai ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi