Anda (Tidak) Punya Hati?
Leo Jegho | 19 Jun 2016, 13:39
Penampilan. Ada kalimat bijak tentang penampilan: "Don't judge a book by its cover." Bisa juga, "All that glitters is not gold."
Makin banyak orang Indonesia menyisipkan ungkapan-ungkapan di atas dalam pergaulan sehari-hari. Beberapa mungkin memakainya untuk sekadar bergaya. Tidak apa-apa. Yang penting pesannya tetap penuh makna: Dalam hidup, pikiran dan hati itu hal utama, bukan tampilan luar. Maka, ketika para romo, bruder atau suster jarang berjubah, orang pun berkata: "Tidak soal. Yang penting hatinya baik dan rasa tanggung jawabnya besar."
Tahu acara televisi "Mata Najwa" dan Najwa Shihab? Beberapa kali di luar televisi Najwa Shihab ditanya kenapa ia tidak memakai jilbab? Padahal ia puteri ulama kondang, profesor ilmu tafsir yang tulisan-tulisan lepasnya sangat disukai dan buku-bukunya laris terjual. Najwa menjawab pertanyaan itu dengan berkata bahwa sesungguhnya ia kagum pada orang-orang berjilbab. "Mudah-mudahan suatu saat saya akan memakainya. Yang pasti hati saya berjilbab kok," kata Najwa.
Di sini kita mau berbicara tentang hati saja walapun sebenarnya hati manusia menyatu dengan pikirannya. Tentang hati, di manapun dan kapanpun, orang sadar bahwa hati lebih penting dari penampilan. Gelar bangsawan, gelar akademis dan kekayaan materi tidak bermakna sedikitpun apabila hati pemiliknya jahat atau bahkan "tidak punya hati."
Tentang hati, Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm berkata dalam sebuah khotbahnya di gereja MBK: "Hati adalah pusat pribadi manusia, sebagai sumber kekuatan dalam diri manusia."
Menyambung ungkapan Mgr. Hadisumarta di atas, kita serta-merta paham mengapa kejahatan dalam berbagai bentuk, dengan kengerian yang luar biasa, makin merajalela dari waktu ke waktu. Bukankah itu karena pudarnya hati sebagai "pusat pribadi" dan "sumber kekuatan?" Hati setiap orang pasti tetap ada, tidak pernah hilang, tetapi menjadi buram ditelan nafsu ingin tampil demi kejayaan diri sendiri.
Sebaliknya, hati yang terawat akan bersinar dan menghasilkan buah-buah manis bagi diri dan sesama. Hati yang demikian membuat seseorang lebih menarik. Bagaimana cara merawat hati? Apakah cukup dengan ikut kursus-kursus kepribadian? Tidak. Iman kita mengatakan bahwa cara sejati merawat hati adalah mendekatkan diri pada Tuhan, pada Yesus Kristus. Tidak hanya pada misa dan pertemuan-pertemuan doa, tetapi juga ketika bekerja dan menyetir mobil sekalipun. Kapan saja. Tuhan tidak perlu kita beri tembok khusus, semewah apapun.
Hari Jumat lalu (17/6) adalah Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Gereja sengaja menetapkan hari itu supaya kita mempunyai panduan, khusus untuk pembinaan hati kita dan anak-anak kita. Supaya hati kita menjadi seperti hati Yesus, paling tidak mendekatinya. Hati Yesus mengalirkan kasih tanpa batas bagi siapapun disekitar kita. Kasih yang total, kasih yang sedikitpun tidak ada 'udang di balik batu.'
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |