Teresa dan Orang-Orang Dekat yang Kita Buang

 Sigit Kurniawan  |     18 Sep 2016, 11:39

Pada 11 December 1979, Bunda Teresa menerima Nobel Perdamaian. Dalam pidatonya, biarawati yang baru saja dikanonisasi menjadi Orang Kudus ini, mengatakan orang-orang lapar, miskin, dan telanjang ada di sekitar kita.

Teresa dan Orang-Orang Dekat yang Kita Buang

Bunda Teresa mengatakan, mereka yang lapar dan miskin bukan hanya yang lapar makanan fisik. Tetapi, mereka yang juga lapar akan cinta kasih. Mereka yang telanjang bukan mereka yang tak punya pakaian, tetapi mereka yang kehilangan kedaulatan dirinya.

Merenungkan sosok Teresa bukanlah merenungkan sebuah kisah masa lalu. Tapi, sosok Teresa menjadi cermin bagi orang-orang yang mengaku pengikut Kristus di masa kini. Ini saatnya kita berefleksi terkait kemuridan kita pada Yesus.

Komitmen Bunda Teresa untuk melayani orang-orang miskin, orang-orang tertolak, dan orang-orang terbuang merupakan komitmen dia untuk melayani Yesus sendiri. Bagi Teresa, Yesus bukan tergambar seperti raja yang bertakhta yang harus kita sembah-sembah. Tetapi, Yesus hadir dalam diri orang-orang yang justru paling bawah, paling miskin, tersingkir, dan tidak diperhitungkan oleh masyarakat.

Dan, bukankah hal ini yang memang dikehendaki Yesus sendiri seperti ditulis di Injil. Dalam Injil, Yesus mengatakan, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Dalam hal ini, kepedulian menjadi kata kunci bagi kita untuk merefleksikan kehidupan iman kita. Iman kita pada Yesus selalu memiliki dimensi sosial atau kepedulian pada sesama. Kalau praktik iman justru membuat kita makin eksklusif dan individualistik, artinya kita sedang berada dalam masalah.

Lalu, siapa yang lapar, miskin, dan telanjang itu? Bisa jadi mereka tidak jauh dari kita, bahkan sangat dekat dengan kita. Mereka bisa berwujud pada anak-anak yang ditolak dan diacuhkan orang tuanya lantaran keterbelakangan mental, memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, nakal, cacat, maupun yang pernah jadi korban calon aborsi. Mereka bisa berupa para orangtua yang ditelantarkan anak-anaknya. Mereka juga bisa berwujud istri yang ditindas suami, dan sebagainya.

Mari kita lihat ke dalam keluarga kita masing-masing. Bunda Teresa pernah berujar, apa yang dapat Anda lakukan untuk mempromosikan perdamaian dunia? "Pulanglah dan cintai keluarga Anda," tegas Bunda Teresa.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi