Santa Bunda Teresa dan Jalan Sederhana
Paul Heru Wibowo | 18 Sep 2016, 11:41
Agnes Gonxha Bojaxhiu lahir di Skopje, Albania pada 26 Agustus 1910. Kota ini menjadi pusat peradaban di wilayah Makedonia sejak zaman Roma. Meski dilahirkan di sebuah keluarga sederhana, perempuan itu seharusnya dapat memiliki karier yang cemerlang. Namun, setelah lulus dari Gimnaziya, ia justru tertarik menjadi seorang sukarelawan di Bengali, sebuah wilayah miskin di India.
Ketika berumur 18 tahun, Agnes meninggalkan tanah airnya. Ia bergabung dengan Konggregasi Suster-Suster Loreto di Dublin, Irlandia. Tarekat religius ini menjalankan karya misi di India, tepatnya di Keuskupan Agung Kalkuta. Pada tahun 24 Mei 1934, di Darjeeling, India, Agnes berkaul sebagai anggota Suster-Suster Loreto dengan nama Teresa. Ia memilih nama itu karena ia sangat mencintai semangat rohani Santa Theresa Lisieux, orang suci dari Ordo Karmel.
Selama berada di Darjeeling, ia diminta untuk mengajar Geografi dan Katekese pada sekolah Santa Maria di Kalkuta. Ia bahkan sempat tercatat sebagai kepala sekolah selama beberapa tahun. Melalui dunia pendidikan, ia justru tertarik untuk lebih mencintai masyarakat India.
Pada 10 September 1946, Suster Teresa memiliki dorongan yang sangat kuat untuk berkarya di antara orang-orang miskin di wilayah Kalkuta. Seperti yang pernah dikatakannya, "Pesan tersebut begitu jelas dan gamblang. Saya menyerahkan segalanya dan mengikuti Yesus memasuki perkampungan kumuh, melayani Dia dalam diri orang-orang yang termiskin di antara para miskin. Tiada keraguan setitik pun bahwa itu adalah pekerjaan-Nya." Sebagai tanda kesungguhan hatinya, ia pun mengubah kewarganegaraannya menjadi warga negara India pada tahun 1948.
Cita-cita yang pernah dipupuknya itu ternyata membuahkan banyak hal yang dahsyat bagi kemanusiaan. Tak terbilang berapa banyak jiwa yang ia tolong dan rawat. Sejak menginjakkan kaki di wilayah Kalkuta yang kumuh, ia telah memutuskan untuk menapaki sebuah jalan sederhana yang senyap.
Di jalan itu, ia hanya mengandalkan kekuatan Allah yang hadir sebagai sumber cinta kasih. Sebagaimana dipercaya Santa Theresa Lisieux, Suster Teresa yang dikanonisasi sebagai orang kudus pada 4 September lalu itu pun melihat jalan yang ia tapaki sebagai cara kecil, cara rohani kanak-kanak, dan penyerahkan diri secara mutlak kepada Allah.
Beranikah kita meninggalkan kemapanan untuk berjumpa dengan wajah Kristus yang miskin dan sengsara? Santa Bunda Teresa, ajarilah kami.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |