Omong Kosong Jadi Murid Yesus Kalau Tak Hidup Rukun
Sigit Kurniawan | 17 Jan 2016, 05:07
Pekan Doa Sedunia dimulai pada 18 Januari, bertepatan dengan pesta Santo Petrus. Pekan yang sempurna. Cinta kasih yang dibandoa ini akan berakhir pada 25 Januari, bertepatan dengan pesta Pertobatan Santo Paulus. Petrus dan Paulus dianggap sebagai simbol kesatuan gereja-gereja tersebut.
Pada tahun ini, PDS mengusung tema "Panggilan untuk mewartakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang Besar." Tema ini diambil dari kutipan surat pertama Santo Paulus 2:9. Melalui tema ini, kita semua diajak untuk mewartakan persat- uan dan persaudaraan para murid Kristus merupakan karya besar Tuhan sendiri. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikisahkan bagaimana Yesus berdoa untuk kesatuan murid-muridNya. Sama seperti Yesus bersatu dengan Bapa, hendaklah para murid tersebut juga satu. Dengan ini, dunia percaya bahwa Yesus Kristus merupakan utusan Bapa (Bdk. Yoh 17: 20-23).
Asal tahu saja, tema tersebut dirumuskan sekaligus disiapkan dalam sebuah pertemuan di Riga, ibukota Latvia - sebuah negara yang dulu tergabung dengan Uni Soviet di Laut Baltik. Latvia pernah menjadi bagian dari negara komunis raksasa. Warga Latva - umat gereja dan masyarakat lainnya - mengalami pengalaman buruk yang membawa kondisi traumats akibat perpecahan di negeri tersebut.
Di tengah tren perpecahan dan saling sikut antarkelompok di sana, umat Kristiani dari bermacam denominasi masih bisa hidup rukun dan mengu- payakan pesatuan satu sama lain. Perpecahan hanya membawa masalah dan penderitaan bagi mereka. Uniknya, umat Kristiani dari berbagai gereja tersebut membangun kebiasaan berdoa bersama. Mereka membangun semangat kebersamaan dan persahabatan dalam doa.
Paus emeritus Benediktus XVI pernah mengatakan, kesatuan ini bukan sekadar keakraban atau persahabatan. Tetapi, benar-benar sebuah kesatuan gun di antara para murid menjadi cermin dan sikap kemuridan mereka. Sebab itu, perpecahan dan perselisihan di antara murid Yesus justru menjadi batu sand- ungan untuk kesaksian para murid itu tentang ajaran Sang Guru. Dunia hanya bisa melihat wajah Allah dalam kesaksian bahwa murid-murid tersebut bersatu dan saling mengasihi.
Setiap umat Kristen dipanggil untuk senantiasa menjaga kerukunan dalam cinta kasih. Segala bentuk peperpecahan - apalagi konflik, perang, saling hujat - di antara umat Kristen justru merupakan bentuk vulgar omong kosong cinta kasih.
Tak hanya antarumat Kristiani, semangat persatuan dan kerukunan dalam cinta kasih inilah yang juga harus dibangun antarumat beragama dan antarsemua rakyat Indonesia. Keuskupan Agung Jakarta telah menetapkan arah dasar pastoral peri- ode 2016-2020 dengan mengajak umat mengamalkan Pancasila. Mgr. Suharyo menyampaikan peran Pancasila sebagai pengikat dan pemersatu bangsa. Dasar negara Republik Indonesia yang memuat nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, maupun keadilan sosial inilah yang juga menjadi nilai-nilai pemersatu semua rakyat Indonesia.
Sebab itu, setiap umat Kristiani dipanggil juga mengejawantahkan semangat ekumenis tersebut dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Menghargai perbedaan, membangun solidaritas lintas iman, menghargai kemajemukan, membangun kerukunan warga, menjadi implementasi semangat persatuan tersebut. Kalau dalam paroki dan keluarga saja kita tidak bisa rukun, saling gontok-gontokan, saling mencela, saling rebutan, kita tidak layak disebut sebagai pengikut Kristus. Mari dalam doa, kita mohon rahmat agar senantiasa mampu membangun persatuan di tengah-tengah arus yang memecah belah di antara kita sebagai manusia yang tak lain adalah anak-anak Allah ini. Tuhan, jadikanlah kami pembawa damai.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |