Pernah Diteror Karena Pegang Idealisme

 Judith Widjaya  |     14 Aug 2016, 11:48

Paulus Julius Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia merasa awalnya tertarik di dunia teknik. Tanpa sengaja, ia tercebur ke dunia politik. Hal ini dilatarbelakangi oleh ayahnya sewaktu mahasiswa menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Atmajaya.

Paulus Julius Yunarto Wijaya
Paulus Julius Yunarto Wijaya

"Saat kelas 1 SD, saya sudah diajari membaca koran dan di sekolah nilai-nilai sejarah saya bagus. Nyatanya, saya menikmati. Saya juga aktivis di kampus. Kuliah di Universitas Parahyangan, Bandung. Kuliah S2 saya di bidang Magister Managemen, Universitas Indonesia. Lalu, kebetulan dengan beberapa teman mempunyai idealis sama dan membangun jasa konsultan politik. Hingga sekarang, saya masih menjadi pengamat politik," cerita lelaki yang akrab disapa dengan Toto tersebut kepada Warta Minggu.

Sebagai pengamat politik, ayah dari tiga anak ini mengetahui betul seluk beluk perpolitikan Indonesia. Pergaulannya yang luas di berbagai kalangan mendukung pemahamannya tersebut. Tak mudah memang karena dunia ini penuh risiko. Tantangan selalu ada. Tapi, baginya, selama ia berpegang pada kebenaran dan dapat dukungan keluarga, Toto maju terus.

"Saya pernah diteror, baik selama Pilkada maupun Pilpres. Ini unik, menyeramkan pula, tapi dari hal ini membuat saya sadar peranan saya sebagai pengamat politik. Ternyata, idealisme dan fungsi saya di bidang politik efeknya sangat besar. Tentunya, tanpa dukungan keluarga saya tidak akan berani melangkah lebih jauh. Jika keluarga saya mendukung dan menyemangati, saya punya keberanian dan energi," kata kelahiran 27 Juni 1981.

Suami dari Ivone Kurniawan ini setiap pagi selalu mengurus anak dan mengantar anak sekolah terlebih dahulu, karena biasanya pulang sudah larut malam. "Sabtu dan Minggu, sebisa mungkin saya tidak mengambil kerjaan. Bertemu media pun juga tidak. Rapat dengan klien juga tidak. Kecuali ada pelayanan di gereja. Karena saya mau meluangkan waktu untuk keluarga saya," ungkapnya

Sebagai umat Paroki St. Bonaventura Pulomas, Toto merasakan yang hilang dari anak-anak muda ini adalah kepekaan terhadap lingkungan. "Saya berharap gereja-gereja lebih berani melakukan gerakan aksi sosial yang efeknya lebih terasa, sehingga dampaknya bukan hanya buat diri sendiri ataupun gereja tersebut, tapi betul-betul universal, tidak hanya gereja sendiri," pesannya.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi