Jangan Absen, Partisipasimu dalam Pemilihan Umum Sangat Berarti!
Rob. Punomo | 11 Feb 2017, 13:28
Mari kita mulai dengan dua buah dongeng.
Dongeng Pertama:
Prabu Bijak risau, karena negaranya mengalami paceklik dan rakyat kelaparan. Dalam rapat Kabinet, Perdana Menteri menyarankan untuk membangun jembatan, karena di seberang sungai ada tanah subur yang ditumbuhi banyak pohon buah-buahan. Karena keuangan negara terbatas, dihimbau seluruh rakyat untuk menyumbang batu, yang harus dikumpulkan malam ini. Semua rakyat diminta berpartisipasi demi suksesnya proyek. Keesokan harinya, Raja meninjau lapangan, hanya didapati dua batu, miliknya dan dan milik perdana menteri.
Dongeng Kedua:
Seorang pedagang bangkrut. Dalam keputusasaannya dia ke gereja, mohon kepada Tuhan agar menang undian. Jumat berikutnya, dia ke masjid, berdoa pula kepada Tuhan agar menang undian. Sepekan kemudian, dia ke vihara, berdoa minta hal yang sama. Dalam perjalanan pulang tiba-tiba petir menyambar dan langit terbuka, lalu terdengar suara: "Jangan terus merengek, segera beli undian!"
Rabu, 15 Februari 2017 Hari Pilkada. Artinya dengan ambil cuti dua hari, kita bisa libur lima hari, super long weekend.
Beberapa waktu lalu, saya mendapat pesan Whatsapp (WA): "Keluarga nomor 1, Pilkada nomor 2." Otak-atik gatuk yang kreatif, tetapi bisa diplesetkan dari tujuan, alih-alih memilih nomor yang disebut, malah menomor-satukan keluarga dengan rekreasi dalam kebersamaan. Namun,, dengan mengabaikan Pilkada, apakah kita memberi teladan yang tepat pada anak kita? Kita perlu mendidik mereka untuk ambil bagian dan peduli pada negara dan bangsanya. Ambil bagian di sini maksudnya adalah ikut pilkada, tidak apatis, juga menomor-satukan keluarga.
Dalam perlombaan yang ketat, kemenangan hanya ditentukan oleh perbedaan yang sangat tipis. Pelari juara mungkin hanya unggul kurang dari sepersepuluh detik dari juara kedua. Dalam pemilu, mungkin kemenangan hanya diraih karena kelebihan 1%. Jadi jelas betapa penting peran tiap-tiap suara yang titik demi titik menopang calon pilihan kita menuju keunggulan.
Di sisi lain, penulis pernah iri koq bangsa lain yang baru merdeka bisa lebih makmur, sementara kita yang sudah lebih dari tujuh puluh tahun merdeka koq masih 'negara berkembang' saja. Kapan majunya? Harus ada yang mulai, mari kita mulai dengan "malam-malam berjalan 'membawa batu ke perbatasan, membangun jembatan menuju kemakmuran' seperti di dongeng pertama diatas.
Selamat menentukan pilihan ada. Minta penerangan Roh Kudus agar pilihan kita tepat.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |