Syukur Panggilan Hidup Bakti dan Keluarga
Rm. Heribertus Supriyadi O.Carm | 4 Apr 2015, 18:31
PENGANTAR
Paska Tahun 2015 terasa sangat spesial, karena Paska ini dikemas dalam kerangka Tahun Pastoral yang dapat diintegrasikan dan diharapkan semakin mengembangkan iman, persaudaraan, dan pelayanan. Tahun 2015 adalah Tahun Hidup Bhakti untuk Gereja Katolik Dunia; Tahun Syukur untuk Gereja KAJ dan Tahun Syukur Keluarga Katolik untuk Paroki MBK. Banyak hal yang bisa direfleksikan dan dilakukan serta diintegrasikan untuk mengisi tahun-tahun pastoral tersebut.
TAHUN HIDUP BHAKTI
Pada tahun 2015 Gereja Universal dicanangkan sebagai Tahun Hidup Bhakti. Intinya Gereja hendak mendukung panggilan menjadi imam, biarawan dan biarawati, (imam, frater, dan bruder). Kelangsungan kehidupan menggereja tidak pernah dilepaskan dari panggilan hidup imam biarawan dan biarawati. Di sisi lain panggilan hidup bhakti tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan umat asal dan tempat mereka menumbuhkan iman. Maka tidak berlebihan apabila Bapa Paus Fransiskus meminta umat untuk berkontribusi dan memberikan perhatian terhadap panggilan hidup menjadi imam, biarawan dan biarawati. Pertanyaannya adalah: peranan dan tindakan apakah yang bisa dilakukan oleh umat baik secara komuniter maupun personal untuk mendukung dan mengisi tahun hidup bhakti tersebut?
Pertama: jangan biarkan suara panggilan yang terdengar atau menggema dalam diri orang muda. Seringkali kita mendengar ada anak-anak atau orang muda yang menyatakan keinginannya untuk menjadi imam, biarawan, atau biarawati. Kalau kita mau jujur dari ribuan bahkan jutaan orang belum tentu satu orang saja merasakan panggilan tersebut. Dengan kata lain suara panggilan itu sangat khas dan unik, maka janganlah dibiarkan begitu saja apalagi sampai dihalang-halangi atau dilarang. Orang muda tersebut harus sungguh-sungguh mencari penegasan dan mohon penerangan Roh Kudus untuk memurnikan suara itu, melalui refleksi dan doa.
Kedua: Banyak imam, bruder, frater atau suster memilih panggilan tersebut karena dahulu pernah ditawarkan oleh orang tua atau pembimbing rohaninya entah waktu kecil atau pada momen tertentu. Ternyata tawaran itu cukup memiliki arti penting di kemudian hari, tatkala mereka akan memutuskan cita-cita hidupnya. Kalau demikian para orang tua atau para pembimbing rohani perlu menawarkan kepada anak-anak bahwa menjadi imam, biarawan atau biarawati menjadi salah satu panggilan atau cita-cita hidup mereka. Harapannya tentunya bahwa tawaran itu suatu saat menggema dan ditanggapi secara positif oleh kaum muda.
Ketiga: imam, biarawan/ti membutuhkan dukungan doa. Proses pendidikan atau formatio, hidup dan karya mereka seringkali penuh tantangan dan mengalami kesulitan dalam berbagai hal. Tidak jarang mereka harus berjuang sendiri. Sebenarnya umat dapat mendukung mereka lewat doa-doa entah sebagai komunitas kategorial atau teritorial lingkungan, keluarga atau secara pribadi. Doa-doa itu walau tidak tampak, namun pengaruhnya secara rohani sungguh nyata bagi pergulatan mereka. Sedikit pertanyaan nakal; pernahkah kita mendoakan pastor yang membaptis kita atau putra putri kita, atau menikahkan kita, atau memberkati rumah kita, mengajar kita, atau yang saat ini menjadi gembala kita? Doa penuh orang beriman yang didoakan dengan sungguh-sungguh akan besar kuasanya.
Keempat: Proses formatio atau pendidikan para calon imam dari SLTA atau SMA atau S1 membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh (10) tahun. Seorang imam secara akademis saat ini harus minimal S2. Hidup dan pendidikan para calon imam selama sepuluh tahun tersebut tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. KAJ sendiri mengajak dan mewajibkan setiap paroki memberikan dukungan dalam bentuk kolekte kedua di minggu kedua setiap bulannya. Maka dalam arti tertentu pembiayaan calon imam praja atau Diosesan Jakarta relatif aman. Namun banyak seminari, tarekat, atau keuskupan-keuskupan lain mengalami kesulitan untuk pembiayaan calon imamnya. Maka apabila kita memiliki rejeki lebih dan mengucap syukur lewat dukungan dana pendididikan calon imam itu sangat dianjurkan diharapkan.
TAHUN SYUKUR: TIADA SYUKUR TANPA PEDULI
Di tahun terakhir berlakunya Ardas KAJ 2011-2015, KAJ mencanangkan Tahun Syukur. Tema umum yang diambil di tahun Syukur adalah: Tiada Syukur tanpa Peduli.Tema ini direnungkan dalam pertemuan-pertemuan umat khususnya selama masa prapaska tahun 2015 ini. Gereja Keuskupan mengajak seluruh umat KAJ untuk menyadari aneka macam bentuk kasih, cinta, rahmat Tuhan yang diberikan kepada masing-masing. Rasa syukur ini penting untuk menyadarkan jati diri kita sebagai ciptaan Allah sekaligus citraNya. Segala bentuk kasih itu diharapkan tidak lewat begitu saja tanpa kita sadari melainkan menggema dalam diri kita dalam bentuk ungkapan syukur dan pujian.
Salah satu ungkapan syukur yang diharapkan menjadi gerakan di dalam hidup menggereja di KAJ adalah peduli dan berbagi kasih Allah itu kepada orang lain. Bentuk-bentuk atau ungkapan kasih Allah itu bisa dimulai dari hal-hal yang paling sederhana dan muda, antara lain: peduli dan berbagi senyum, waktu, pikiran, tenaga, perhatian, kekayaan atau harta kita untuk sesama yang karena aneka macam hal tidak dapat merasakan kegembiran dan kebahagiaan dalam hidup. Maka pertanyaannya adalah bentuk-bentuk kepedulian apa saja yang dapat saya berikan sabagai ungkapan syukur atas kasih dan rahmat Allah yang saya alami dalam hidupku?
TAHUN SYUKUR KELUARGA KATOLIK-MBK
Tahun 2014 di MBK adalah tahun Orang Muda. Puncak acara telah mengumpulkan kurang lebih 800 BIA, BIR dan OMK di via Renata Bogor.Pada tahun ini, di MBK dicanangkan sebagai tahun keluarga yang diintegrasikan dengan Tahun Syukur Keuskupan. Paroki MBK, telah membentuk PANITIA TAHUN SYUKUR KELUARGA KATOLIK - MARIA BUNDA KARMEL atau (TSKK-MBK). Latar belakang dan tujuan dari Tahun Pastoral ini adalah Paroki ingin memberikan perhatian terhadap keluarga-keluarga MBK. Bentuk-bentuk perhatian itu antara lain:
- Gereja mau mensyukuri keluarga-keluarga yang sampai saat ini sungguh dapat dibanggakan karena masih berada dalam perlindungan dan kasih Allah sehingga masih berada dalam suasana utuh dan damai. Salah satu bentuk ungkapan Syukur adalah merayakan Hari Ulang Tahun Perkawinan baik secara liturgis dalam Ekaristi Sabtu terakhir dalam bulan pkl. 16.30 dan dilanjutkan dengan ramah tamah. Harapan umat dapat menanggapi ajakan dan undangan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang disiapkan oleh panitia TSKK - MBK.
- Gereja juga mau berbuat sesuatu dan mendukung keluarga-keluarga yang mengalami persoalan dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. Mereka bukan obyek pembicaraan. Banyak orang tidak membantu malahan menambah beban dengan membicarakan atau mengadilinya. Sikap itu tentunya tidak kristiani. Paroki mau mengajak kita untuk berbuat sekecil apapun. Contoh: satu kali Doa Salam Maria atau doa-doa lainnya untuk keluarga-keluarga yang mengalami persoalan. Bantuan meski kecil sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan.
- Mempersiapkan calon keluarga. Salah satu program yang dilakukan adalah Discovery. Semangat Discovery adalah "Selamatkan Keluarga sebelum Perkawinan". Inti dari program Discovery adalah para calon pasangan suami istri diajak untuk sungguh-sungguh menyadari apakah calonnya adalah orang yang tepat.
- Membentuk Seksi Keluarga Lingkungan. Perhatian dan dukungan di atas diharapkan dapat dilakukan secara berkesinambungan. Untuk menjamin kelangsungan perhatian Gereja terhadap keluarga maka akan dibentuk Seksi Keluarga Lingkungan.Pasutri (pasangan suami istri) yang akan ditugaskan menjadi pengurus Seksi Keluarga lingkungan selama seta-hun ini akan dibekali, didampingi dan disiapkan oleh Panitia TSKK-MBK selama tahun 2015. Sehingga mereka nantinya siap melaksanakan tugas-tugas dan pelayanan yang berkaitan dengan pastoral keluarga. Maka diharapkan para pengurus lingkungan segera menyiapkan pasutri yang nantinya akan ditugaskan sebagai seksi keluarga Lingkungan.
PENUTUP
Yesus yang lahir, dididik dan bertumbuh di tengah keluarga telah mengorbankan hidup-Nya demi kepedulian dan solidaritas-Nya kepada manusia. Oleh penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus semua umat manusia diselamatkan. Sebagai murid-Nya, apa yang bisa kita lakukan sebagai ungkapan syukur dan kepedulian kita terhadap panggilan hidup Bhakti dan hidup keluarga? Semoga refleksi kita membuahkan hal-hal yang dapat mengembangkan panggilan, iman, persaudaraan dan pelayanan di tengah kehidupan menggereja. Akhir kata kami mengucapkan selamat paska 2015. Semoga berkat kebangkitan Kristus, dibangkitkan pula semangat kehidupan menggereja kita.*
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |