Peran Media di Zaman Edan
2 Feb 2012, 16:34
Di zaman digital ini informasi berita kejadian-kejadian diseluruh dunia sampai pelosok-pelosoknya akan diketahui secara cepat. Perkara akurat atau tidak? Urusan belakang, yang penting berburu siapa cepat dia yang dapat ketika persaingan antar media begitu ketat. Terlebih media elektronik. Dimana kita tahu kalau soal berita, kini TV One dan Metro TV saling berlomba adu cepat, juga proses pengembangannya. Presenternya dipilih yang smart, cerdas disamping penampilan menarik. Wartawannya juga dipilih terutama daya penciumannya tajam, seolah-olah harus memiliki "indera ke-6". Pendek kata nggak ada itu kamus "tidak bisa" kalau sudah perkara memburu berita.
Namun zaman digital ini juga menghasilkan citizen journalist atau jurnalis amatir yang ternyata jasanya besar sekali. Coba simak berita terakhir yang menghebohkan ketika terjadi kecelakaan maut di Tugu Pak Tani pekan lalu. Begitu nabrak, kok, ya wajah Afriani langsung bisa masuk TV dengan kelihatan segala tingkah lakunya. Seperti ada perjanjian antara wartawan dengan Afriani. Ingat juga film James Bond, itu tokoh jagoan agen Inggris yang pada waktu dibuat film itu masih panas-panasnya suasana "perang dingin" antara Rusia vs Amerika. Begitu permusuhan AS-Rusia usai, James Bond dibuat melawan Raja Pers di film "Die Another Day". Karena pers ingin laku medianya, membuat skenario kerusuhan. Di mana terjadi kerusuhan, akan datang pertama kali wartawan dari perusahaan pers yang sengaja membuat rusuh tadi.
ZAMAN EDANMengutip zaman edannya dari Kalatida pujangga Ronggowarsito, menangi zaman edan, ora melu edan ora kumanan.....di zaman edan nggak ikut edan nggak kebagian. Sekarang ini memang zaman edan beneran. Kita sadar, sekarang ini di abad teknologi dan ilmu pengetahuan membawa perubahan begitu cepat. Tapi efeknya juga merangsang keserakahan tanpa batas, bagai lautan tak bertepi. Ini benar-benar membunuh nilai-nilai kemanusiaan dalam diri kita. Contohnya? Korupsi melanda segala lapisan bak epidemi penyakit menular.. Rasa malu hilang.
Zaman edan melahirkan cara pandang, sikap perilaku yang edan-edanan pula. Di jalan raya, pengalaman penulis mobil penulis ditendang pengendara motor yang melawan arus di jalur orang. Dan nyaris srempetan herannya dia merasa tak bersalah dan memboncengkan entah anak, keponakan? Anak-anak sudah diajari berlaku salah. Jangan heran jika gedenya berlaku brutal? Apa kita yang waras, sebaiknya ikut-ikutan ngedan?
Di sinilah peran media dituntut untuk tidak jemu-jemu meniupkan pencerahan. Pelaku-pelaku media punya kode etik, nurani, yang harus diasah, diolah, ditempa, untuk digunakan terus menerus. Pada dasarnya siapa saja mempunyai kemampuan menulis dan berhak menulis apa yang dirasakan, dialami, didengar, dan dilihatnya. Bisa untuk sendiri, juga orang lain yang harus disertai tanggungjawab. Semua itu sebagai landasan untuk menjadi media terpercaya, menjaga trust masyarakat. Sekali media membuat blunder hilang kepercayaan orang. Nah, media juga produk insani yang tak terlepas dari kesalahan. Namun sejarah media yang bersangkutan menentukan, reputasi baik, masyarakat akan gampang memaafkan.
Jadi peran media di zaman edan ini, ibarat "malaikat" yang harus meniupkan moralitas. Maka wartawan itu selalu berpedoman antara pengabdian, kepentingan publik dan integritas pribadi merupakan sendi-sendi kredibilitas.
(Ign. Sunito)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |