Hari Perdamaian Dunia
31 Dec 2011, 17:28
Bila umat Kristiani mau sedikit tafakur-merenung, memikirkan atau menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh dan dalam-dalam, dengan adanya peristiwa perdamaian dunia yang harinya dirancang oleh kesepakatan sementara manusia di dunia, pasti tergugah ingatannya tentang kedatangan Kristus yang natalnya baru saja diperingati. Baca Yesaya 9: 5, "... Bapa yang kekalRaja Damai...." Apakah damai yang ditinggalkan Kristus kepada kita tidak jelas, masih kurang hingga perlu ada hari perdamaian dunia?
Jangan jangan kita kurang yakin damai Kristus yang tiap misa kita ucapkan bahkan uluran salam damai dijulurkan ke sesama umat di sekitar kita? Maaf kalau tulisan ini sepertiya berlindung di balik ayat-ayat dalam kitab- kitab. Damai yang tertera di dalamnya menjadi semangat damai sejati yang kita imani sebagai umat Kristiani. Cermati lagi, Yoh 14: 27: "... Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku, Ku-berikan kepadamu, dan apa yang Ku-berikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Jangan gelisah dan gentar. Mau damai seperti apa lagi? Ini damai yang terang gamblang. Damai Kristus.
Adapun hari perdamaian dunia, tidak rugi kita peringati. Bahkan berbasis damai seperti kita imani, kita bisa mengisi semangat perdamaian dunia yang didambakan, dirindukan seluruh umat manusia. Kerinduan manusia akan perdamaian bukan tak beralasan. Bukan sekedar perang fisik yang menerjang hampir sepertiga belahan dunia, melainkan "dalam diri manusianya sendiri yang penuh pepera-ngan". Perang yang dimotori "kebua-san manusia". Bila tak ada damai dalam diri, tak akan ada perdamaian. Siapa harus mendamaikan? Diri sendiri. "Kedamaian akan anda peroleh tatkala anda sujud dan tafakur mengenangkan keagungan Tuhan", kata Rabindranat Tagore.
Memang keanehan manusia tak bisa di duga. Hari ini ingin damai, sembari mempersiapkan diri berperang. Semua faham, lebih mudah menciptakan perang daripada menciptakan perdamaian. Di satu sisi keyakinan kuat menyatakan-siap siaga menghadapi perang adalah salah satu alat paling efektif untuk mempertahankan perdamaian -jelas George Washington. Membingungkan!!.
Benarkah perdamaian dunia seperti diperingati itu perdamaian tulus? Tak perlu curiga. Tetapi kita tahu: perdamaian yang semu lebih buruk daripada peperangan.
Celakanya untuk bersikap tulus pun susah. Lagi lagi kita tahu: kebijakan utama adalah ketulusan. Tentu termasuk bijak untuk memi-hak dan memilih damai. Adakah ketulusan di antara bangsa bangsa- termasuk Anda dan saya?
Bagaimana umat Kristiani menyikapi damai seperti yang diperingati? Tak ada lain kecuali damai Tuhan - dan itu Tuhan Yesus, bukan yang lain. Fanatisme? Itulah iman kita!! Akan lebih baik kita sitir apa kata Paus Paulus VI: Jika anda menginginkan perdamai an pertahankanlah hidup. Hidup itulah mahkota perdamaian.Agak sulit dicernakan. Namun pencernaan kita akan kuat karena setiap saat bermunajat: "Tuhan berikan kami damai - Dona nobis pacem"
Damai di bumi damai di hati.
(Suwanto Soewandi - Lingkungan St. Benedictus.)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |