Pilpres/Cawapres Pembelajaran Moral Etika Berpolitik

 Ign. Sunito  |     2 Sep 2014, 10:43

Sudah usai permainan pilpres/cawapres dan rakyat baru saja disuguhi tontonan berupa pembelajaran moral dan etika berpolitik. Katanya di alam demokrasi terlebih di era Reformasi ini hak berbicara dan berpendapat,bahkan "pembunuhan" karakter orang apa lagi dengan membawa-bawa agama semua sah-sah saja. Semua bisa kita tonton secara gamblang. Sampai seorang pendidik anak seperti Kak Seto angkat bicara tentang bagaimana pengaruh politik terhadap penangkapan dan logika anak-anak. Politik benar-benar hitam putih, kelompok hitam berkumpul menjadi satu melawan kelompok putih. Cara bicara elite politik dan sepak terjangnya bisa dikuti di media menjadi sorotan pembelajaran. Celakannya ada yang berkesimpulan, politik itu tidak mengenal malu.

Penulis mengambil kata bijak dari seorang anak muda, Ainun Najib, pencipta laman Kawal Pemilu, bahwa ilmu agama itu harus disertai ilmu hati. Kalau sudah menyinggung ilmu hati pasti hubungannya dengan moral dan etika. Bicara moral etika tidak ada standar umum? Masing-masing mempunyai batasan dan cara pandang sendiri-sendiri. Contoh ya, kita lihat perilaku dan pendukung para capres/cawapres itu sendiri.

Kita kaum waras dan sehat pikiran, sepakat ketika menyongsong pileg, pilpres/cawapres mendambakan pemerintahan 2014-2019 memiliki basis nilai. Moral,etik, maupun estetika. Bisa mengangkat nasib bangsa dan menghapus transaksional (bagi-bagi kekuasaan untuk kepentingan kelompok) bukan untuk rakyat dalam proses legislasi. Presiden harus tangguh,ulet,cerdas, berkarakter, integritas, kredibilitas yang mementingkan kepentingan rakyat. Kita menjadi cemas karena fakta kampanye capres berobah menjadi hitam sehingga kecerdasan jernih masyarakat terganggu bahkan terkelabui. Ini preseden buruk yang belum pernah kita alami dalam kehidupan berdemokrasi kita.

KERELAWANAN
Semangat kerelawanan juga sebuah pembelajaran. Kerelawanan adalah salah satu demensi modal sosial, merupakan tindakan kolektif menciptakan perobahan sistematis melalui cara spontan, tetapi terorganisasi tanpa memikirkan imbalan bagi kepentingan pribadi. JKW/JK menghasilkan 1248 organisasi relawan yang selfhelp, mengumpulkan dana masyarakat Rp 312.376.119.823, diantaranya Rp 42.744.462.048 berasal dari perseorangan. Semua penyumbang jelas namanya sampai yang menyumbang dari Rp 5000- Rp 100.000 jumlahnya ada 39.000 orang. Semua dipertanggungjawabkan secara transparan. Kemudian yang menarik lagi adalah para seniman dari yang beken sampai jalanan menciptakan lagu-lagu kampanye sampai 100 judul lagu spontan non komersial.

Kehadiran JKW/JK dalam perspektif rakyat membawa laku politik baru, kata pakar politik emosi yang mengedepankan persaudaraan dan pengorbanan dan menjalin persaudaraan rakyat dari Sabang sampai Merauke yang mempunyai harapan, mengubah Indonesia untuk menjadi lebih baik melalui prosedur demokrasi. Juga meluncurkan bentuk komunikasi baru, melalui media sosial untuk membangun kabinet baru yang kerakyatan dan kemandirian. Ini direspons baik oleh masyarakat dengan input-input, masyarakat terlibat dari fenomena baru ini. Musim semi Indonesia, Indonesia Springs.

Dari sini kita lihat sebuah pembelajaran, politik itu ternyata warnanya ditentukan oleh pelaku-pelakunya. Selamat bekerja dan berkarya nyata JKW/JK.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi