Perempuan Pun Menjadi Bagian Dari Karya Keselamatan

  26 Sep 2010, 20:06

Tanggal 13 Agustus 2010 saya diminta untuk memberikan Misa Novena Maria di paroki St. Andreas. Saya tiba di sakristi tepat pukul 7 kurang 5 menit. Di sakristi ada satu bapak dengan tiga ibu lengkap berpakaian liturgis untuk petugas. Juga di pojok ada 3 anak remaja, satu cowok dan dua cewek. Jelas mereka adalah putra-putri Altar, bukan putra altar dan putri gereja. Misa berlangsung apik, koor cukup bagus dan umat semangat.

Perempuan Pun Menjadi Bagian Dari Karya Keselamatan

Selama misa saya sedikit merenung tentang Bunda Maria sebagai ibu yang membebaskan dunia dari dosa karena melahirkan Kristus. Permenungan saya semakin menarik karena pada saat komuni saya didampingi bukan prodiakon (laki-laki) melainkan oleh ibu prodiakon (jelas wanita). Apakah ini maksud Bunda Maria memberikan rahimnya untuk menebus manusia sehingga penebusan dan pembebasan terjadi. Minimal saya melihat bahwa dalam misa ini ada sebuah pemikiran yang terbebaskan dari belenggu ketakutan karena budaya dominasi: perempuan hadir sebagai prodiakon dan menerimakan komuni dengan santun dan luwes. Pasti ini juga karya Roh.

Tanpa sengaja malam harinya saya membuka kisah bagaimana Yesus "menyembuhkan" perempuan yang sudah 12 tahun sakit pendarahan. Menarik bagi saya ketika perempuan itu menyentuh jubah Yesus (konon jubah para imam Farisi tidak boleh disentuh oleh perempuan), sebab dari di-rinya perempuan itu ada kemauan menyentuhnya (bukan tidak sengaja) dan yakin dengan menyentuhnya akan selamat. Betul, pada saat tangan perempuan itu menyentuh jumbai jubah Yesus ada dua peristiwa yang menggetarkan. Seketika bagi perempuan itu mengalami kesembuhan (dimerdekakan dari sakit) dan pada saat yang sama Yesus "kehilangan" sesuatu. Kesembuhan perempuan di lain pihak juga dilihat dari kultur budaya sebagai "kekalahan", sebab seketika dia sembuh perempuan itu tidak bisa menyembunyikan dirinya dari banyak orang. Sedangkan "kehilangan" yang dirasakan Yesus oleh-Nya dimaknai sebagai pewartaan penebusan atau pembebasan dari belenggu sekian tahun (12 tahun sakit).

Meskipun ketakutan dan gemetar, perempuan itu ternyata jujur. Ia tidak menyembunyikan kenyataan. Tidak mencoba untuk berdusta atau membenarkan dirinya. Saya merenungkan tentang perempuan dalam Injil tersebut adalah pribadi yang memiliki prinsip yang kuat. Ia memiliki keyakinan bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi ia bertemu dengan Yesus. Bahkan sekat budaya dan dominasipun ia terobos. Saat ia berdesak-desakan diantara para pria yang mengerumuni Yesus, ia adalah perempuan yang tegar. Misinya hanya satu untuk sampai pada Yesus (memegang jumbai jubahnya)

Tidak ada yang dapat menghentikan untuk menjangkau Yesus dan tidak ada sesuatu pun yang membujuknya untuk berdusta. Pada saat itu juga di depan umum ia menjadi saksi atas imannya. Keberaniannya diakui dan dihargai oleh Yesus dengan disebut sebagai "anak-Ku". Sebutan itu menjadikan perempuan itu sungguh tidak gemetar lagi, tidak minder lagi, tidak menjadi seakan-akan pesakitan yang dituding-tuding sebagai orang berdosa, tidak ada lagi kegelisahan. Yang ada ialah damai karena Yesus meletakkan dia sebagai "anak-Nya". Anak dalam Kitab Suci tidak lain adalah pengakuan akan keutuhan sebagai satu keluarga. Diakui sebagai orang yang dalam kesatuan dan bukan orang lain.

Saya menangkap dengan jelas bahwa dalam peristiwa ini Yesus ingin memberikan pelajaran teologi yang benar tentang perempuan. Dalam tradisi yang berkembang zaman Yesus perempuan dilihat sebagai sekelompok marginal. Selalu menjadi "pelengkap"dan bukan "berperan". Maka dengan penyembuhan perempuan tersebut ingin ditegaskan bahwa sikap-sikap selama ini di mana selalu meletakkan perempuan sebagai "yang sakit" harus dibongkar dan harus disingkirkan jauh-jauh dari perasaan seorang murid. Perempuan pun menjadi bagian dari karya keselamatan. Ia hadir sebagai yang membawa Kristus dalam kehidupan.

Aldi O' Carm

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi