Limabelas Tahun Reformasi Apa Yang Diperoleh Warga Minoritas ?

  24 May 2013, 11:20

Ketika wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama datang ke rusun Marunda untuk mendata sekaligus menchek, apakah semua penghuninya sah sesuai dengan data Pemda DKI, disambut oleh "penghuni-penghuni liar" dengan teriakan "awas! Kristenisasi. Di sini akan dibangun gereja". Teriakan provokator untuk memancing kekeruhan suasana. " Saya tak peduli. Anak buah yang mengiringi saya banyak yang berjilbab. Saya suruh mereka untuk mendata saja. Jangan terpengaruh!" Kata Ahok, ketika berkunjung ke Redaksi KOMPAS pertengahan bulan Mei lalu.

Inilah contoh nyata 15 tahun Reformasi. Kaum Minoritas yang selalu "ditonjok" dengan isu agama terus di-kobarkan di mana saja, dalam kesem-patan apa saja. Lebih luas lagi, apa yang dialami oleh kaum Kristiani beserta kaum yang dianggap "sesat"secara sepihak oleh mayoritas pada masa Reformasi ini seperti berada di "puncak penderitaan". Kalau dibandingkan masa Orde Lama semasa pemerintahan Presiden Soekarno selama 30 tahun hanya 2 gereja saja yang dirusak massa. Kini dari Januari-Mei 2013 ada 46 kasus pelanggaran dan kekerasan kehidupan beragama. Berarti setiap bulan 9 X pelanggaran atau dua kali setiap minggu.(Data KONTRAS). Kemudian 2012 terjadi 274 kasus pelanggaran yang terjadi hampir di seluruh provinsi. Tahun 2011 ada 267 kasus, 184 kasus 2010, serta 121 kasus 2009. Jadi, setiap tahun pelanggaran dan kekerasan ter­hadap warga minoritas makin mening­kat.(Kompas, 20/5).

PEMBIARAN

Semua lembaga pemantau toleransidi dalam dan luar negeri mencatat bahwa setiap terjadi pelanggaran/kekerasan beragama atau terhadap etnis minoritas negara selalu melaku­kan pembiaran. Bukan saja terhadap bangunan gereja, maupun rumah-rumah pribadi yang lagi mengadakan peribadatan, konflik etnis juga terjadi seperti di Lampung dan Sumbawa 2012. Ini melengkapi pembuktian bahwa intoleransi juga dilakukan aparat Negara dalam bentuk pembi­aran kekerasan, pelarangan pendirian rumah ibadah, pelarangan aktivitas keagamaan, kriminalisasi keyakinan, pemaksaan keyakinan dan intimidasi.Pelakunya bisa polisi, TNI, Satpol PP, bahkan walikota/bupati/camat. Mau bukti? Banyak banget! Seperti GKI Taman Yasmin Bogor, batalnya IMB tempat ibadah di Depok, Bekasi, Tangerang dst.

Mungkin paling naas adalah bulan Mei 2013 ini, warga jemaat Syiah diu­sir dari kampung halaman dan tanah kelahirannya di Sampang, Madura. Belum warga jemaat Ahmadiyah seperti Tasikmalaya, Tulung Agung, dan Banten yang berkorban nyawa. Pembunuhnya lenggang kangkung sedangkan korban dihukum berat atas dakwaan penistaan agama. Di tengahbadai intoleransi yang melanda Tanah Air, kok, ya tega-teganya lembaga seperti The Appeal of Conscience Foundation di New York akan mem­beri hadiah World Statesman kepada Presiden SBY. Dan menurut jubir ista­na, presiden akan menerimanya. Luar biasa absurd!

Romo Magnis SJ menyuarakan suara umat Katolik menentangnya ber­sama LSM-LSM pemantau intoleransi lainnya. Maka 15 tahun Reformasi kita tidak usah menyoroti tujuan Reformasi lainnya seperti penegakan hukum, yang aduh biyung amburadulnya. Kita, sebagai umat minoritas hanya minta kepada Negara agar penanganan kekerasan intoleransi ditangani serius, kemanusiaan serta adil dan beradab.

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi