Belarasa di Tengah Hujan dan Air yang dalam

 Helena D. Justicia  |     27 Jan 2014, 06:13

Curah hujan di kawasan Ibukota Jakarta pada 2014 ini sebetulnya lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Distribusi hujan pun tidak merata di seluruh Jakarta, sebab hanya terjadi di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan. Pernyataan itu disampaikan Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Achmad Zukri (Kompas, 19/1).

Toh banjir tetap terjadi. Sedikitnya, 18 kecamatan yang meliputi 31 kelurahan terendam air. Kawasan yang dilanda banjir pun merata; hampir di seluruh kota Jakarta (Pusat, Barat, Utara, Timur & Selatan) ada daerah yang terkena banjir.

Di wilayah Paroki Tomang - Gereja MBK saja, sejumlah wilayah terendam banjir seperti Wilayah III (daerah Tanjung Duren), Wilayah VI (Patra), Wilayah VIII (Kedoya), dan Wilayah XII (Kelapa Dua). Paroki-paroki di sekitar MBK pun tak luput dari bencana: Paroki Kedoya, Cengkareng, Teluk Gong, dan Bojong. Tercatat, ketinggian air bervariasi dari semata kaki hingga sedada orang dewasa. Akses jalan putus, penduduk pun terpaksa mengungsi.

Mengalami realitas banjir yang seperti itu, OMK Paroki Tomang tak tinggal diam. Sejak 13 Januari 2014, bersama Seksi PSE dengan Subseksi Tanggap Darurat-nya, dibentuk posko penanganan banjir. Selain menerima dana dan barang-barang sebagai wujud pelayanan kasih umat, posko juga menyalurkan bantuan itu kepada yang membutuhkan. Tak hanya di wilayah MBK dan sekitarnya, posko juga membantu kawasan Cawang dan Cilincing.

Banyak umat yang terlibat, terutama OMK sebagai ujung tombak penyaluran bantuan. Kenyamanan hidup sehari-hari pun digantikan oleh realitas yang tak mudah: hujan, air banjir yang kotor untuk diarungi, pakaian yang basah melekat di badan, kedinginan, kelaparan, gatal-gatal, rasa cemas dan takut akan hal-hal yang tak terduga, bahkan jadi pilek pada akhirnya. Penderitaan para korban banjir pun dialami oleh para relawan yang membantu mereka.

Itulah belarasa yang sesungguhnya; bukan hanya sekadar sama-sama merasa. Belarasa menjeratkan orang dalam penderitaan yang sama untuk memperjuangkan hidup; karena terancamlah hidup sesamaku, aku membelanya bagaikan hidupku sendiri (kolsani.provindo.org). Belarasa diteladankan Kristus dalam kemanusiaan-Nya; ketika Ia menderita dalam kemiskinan, kesusahan, kekacauan dan kesakitan. OMK MBK mencoba memaknai belarasa itu, dalam upaya tanggap darurat bagi para korban banjir.

Ada satu kalimat indah yang menegaskan makna belarasa itu: kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Nukilan naskah Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan), Konstitusi Pastoral tentang Dunia Dewasa Ini (Artikel 1), menjadi jatidiri OMK itu sendiri: OMK adalah kegembiraan dan harapan bagi Gereja dan dunia. Bravo, OMK MBK!

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi