Natal Tahun Ini

  23 Dec 2011, 03:53

Dulu, ketika saya masih kecil, saya selalu melakukan rutinitas penting selama menjalani liburan Natal. Kami sekeluarga selalu mengunjungi rumah kakek dan nenek saya. Saya pun harus menjalani sebuah perjalanan yang cukup panjang bersama orangtua saya. Ayah saya yang besar di Solo, selalu mengunjungi rumah nenek yang berlokasi di Wonogiri. Saya masih ingat, walaupun agak samar-samar, ketika pagi-pagi buta saya dipaksa untuk bangun dan segera menyiapkan diri untuk berangkat menuju Wonogiri, Jawa Tengah, dengan menggunakan mobil Daihatsu Hi-Jet berwarna merah. Kala itu, Ayah sendiri yang duduk di belakang setir untuk menjajal perjalanan yang berhasil membuat saya seringkali muntah akibat mabuk darat. Saya kurang bisa mengingat berapa waktu yang dihabiskan untuk menjajal jalanan menuju Jawa Tengah. Subuh ketemu subuh, saya rasa.

Natal Tahun Ini

Sesampainya di kediaman nenek (saya memanggilnya dengan sebutan eyang putri), kami langsung disambut dengan hangat oleh beliau langsung. Saya masih mengingat wajah gembiranya sambil menciumi pipi saya yang mungkin kala itu agak-agak bau, karena terlalu sering muntah.

Keeseokan harinya, dua hari sebelum natal, kakak dari ayah saya pun datang bersama anak-anaknya. Eyang putri pun tetap melakukan hal yang sama, menciumi pipi para kakak sepupu saya denga wajah sama gembiranya ketika menyambut saya. Dan kami pun berkumpul sebagai keluarga yang sungguh lengkap. Ayah saya dan kakaknya langsung bercengkerama di ruang tamu, sedangkan saya dan salah satu kakak sepupu saya langsung menjadi "anak desa" dengan seketika. Kami bermain panjat-panjatan di batu besar di halaman rumah dan mengejarngejar ayam yang tidak berdosa.

Satu hari menjelang natal, para saudara dari Solo, Yogyakarta, dan daerah-daerah lain yang saya tidak ingat namanya tiba-tiba berdatangan dan memenuhi rumah eyang putri. Suasana ramai pun tercipta dengan seketika dan eyang putri tampak sangat gembira. Sambil berhilir mudik, ia terus menyapa satu-persatu para saudara yang berkumpul di sana. Tak ada rasa lelah di tubuhnya. Ketika para orang tua sedang bercengkerama, saya dan kakak sepupu saya tetap sibuk mengejar ayam-ayam yang tidak bersalah tersebut.

Natal pun akhirnya tiba. Semua orang di rumah yang cukup luas berlantaikan semen tersebut tiba-tiba sibuk berbenah diri. Mereka memakai pakaian terbaik mereka. Saya dan kakak sepupu saya pun dipaksa untuk segera mengenakan kemeja dan celana panjang. Tak lupa pula sepatu hitam nan mengkilat yang sudah disiapkan ibu saya dari Jakarta. Kami ternyata sedang mempersiapkan diri untuk merayakan pesta natal di gereja dekat rumah eyang putri. Semua orang di dalam rumah pun akhirnya siap dan kami pun berangkat bersama ke gereja dan merayakan hari kelahiran Yesus bersama-sama dalam satu atap, walaupun saya dan kakak sepupu masih ingin mengejar ayam.

Namun, setelah eyang putri meninggal dunia, tradisi tersebut seketika itu juga langsung terbenam. Hilang tanpa jejak. Ayah dan kakaknya sudah jarang berkumpul ketika Natal. Keluarga-keluarga dari Yogyakarta, Solo, dan sekitarnya tiba-tiba tidak lagi terlihat Tidak ada lagi tradisi berkumpul bersama keluarga besar selama perayaan Natal. Sebuah tradisi yang saya rindukan hingga saat sekarang.

Hilangnya tradisi tersebut ternyata juga cukup berimbas dalam kelanjutan hidup saya. Hampir lima tahun belakangan ini, saya sudah tidak pernah merayakan Natal bersama keluarga saya. Tidak jarang saya menolak untuk pergi ke gereja bersama orang tua. Saya malah lebih memilih untuk merayakan Natal bersama teman-teman saya. Dan orang tua saya pun akhirnya seringkali pergi untuk merayakan misa natal hanya berdua. Kadang bertiga atau berempat bersama tetangga di sebelah rumah. Bahkan dua tahun belakangan ini, saya hanya mengucapkan "Selamat Natal" kepada orang tua melalui media SMS.

Hingga akhirnya, saya sadar. Natal seharusnya dimanfaatkan untuk berkumpul dan bercengkerama bersama keluarga kita masing-masing. Kesibukan kita sehari-hari membuat kita jarang sekali berbincang dengan orang-orang terdekat kita di dalam rumah. Bertatap muka pun mungkin adalah hal yang sangat langka terjadi.

Tetapi, Natal kali ini, saya hanya ingin sekedar memberikan ucapan Natal langsung dari mulut saya. Saya ingin berbagi kebahagiaan Natal melalui kecupan tipis di pipi ayah dan ibu saya. Saya ingin berbagi kehangatan natal dengan bersenda gurau di atas meja makan dengan hidangan Natal ala keluarga.

Natal tahun ini, saya harus merayakannya bersama kedua orang tua saya.

Andreas Pratama

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi