Ketika Agama (Umat ) Kehilangan Humor

  22 Dec 2011, 03:00

Tak ada banyak lelucon dalam obat. Tetapi dalam lelucon ada banyak obat.(kamus para humoris)

Ketika Agama (Umat ) Kehilangan Humor

Pada upacara pemberian sertifikat Wartawan Utama oleh Dewan Pers di Hotel Milenium Jakarta bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 Nopember 2011, berkumpul wartawan-wartawan senior dari seluruh Indonesia. Mereka telah ditetapkan sebagai penerima sertifikat. Umur mereka rata-rata di atas 50 tahun dan sudah mengukir banyak prestasi dan reputasi cemerlang. Dan di usia senja mereka masih terus berkarya dibidang jurnalistik, baik dalam karya pelayanan dan bahkan didunia professional. Di sana jangan Anda bayangkan ada pidato-pidato ilmiah yang malah bikin urat syaraf tegang.

Justru yang terjadi adalah dunia humor. Para wartawan senior saling adu humor pengalaman masing-masing, malahan menertawakan diri sendiri atau dunia wartawan sendiri. Dimulai dari Syafik Umar, Bos Pikiran Rakyat Bandung. Ia bilang kenapa para imigran gelap dari Timur Tengah dalam perjalanan ke Australia sering terdampar di daerah Jabar Selatan? Ternyata, kata Syafik, menurut informasi banyak desa-desa di daerah itu mempunyai nama-nama negara-negara Arab, seperti Maroko, Niger, Kenia dan TURKI. Khusus Turki ini menarik, bahkan mengecoh para pengungsi. Lho? Iya, wong Turki itu artinya turunan orang kidul! ha,ha,ha...

Lebih seru lagi ketika kepala desa Cariu wilayah Garut mengadakan konperensi pers. Wartawan-wartawan selesai konperensi bertanya kepada lurah "iyeuk, mang! ngomong omong antahnya, mana?" (ngomong-ngomong, amplopnya mana?) Lurah paham setengah paham. "Eta! Pak Sekdes sudah sedia di sana, semuanya antah (mentah) sesuai permintaan bapak", kata lurah menunjuk sekretaris desanya. Rupanya sekdes sudah sedia ikatan-ikatan singkong mentah. Gerrrrr.... Humor pun saling bersahutan dan "korban"nya waktu itu adalah rekan-rekan wartawan dari Batak. Semua happy, semua tertawa. Humor ya, humor tidak ada yang neko-neko pura-pura tersinggung.

ANTI FUNDAMENTALIS Ketika marak aksi terror yang mengatasnamakan agama, terutama bom-bom bunuh diri yang dibawa oleh para "pengantin" marak. Timbul pemikiran sederhana, pasti para korban cuci otak itu tidak punya perasaan humor. Hidup selalu tegang, frustrasi oleh berbagai sebab. Setiap hari dijejali doktrin syahid yang salah arah kemudian ad iming-iming ada "bidadari-bidadari" di Surga yang akan menjemputnya setelah mati suci membela agama? Sehingga otak ini tak mampu berpikir waras.

Agama-agama begitu konsentrasi pada hal-hal yang serius, bahwa antara surga dan neraka itu hitam putih. Semua disibukkan dengan pengaturan ibadat yang tepat dan akurat tidak boleh melenceng. Dan pengawasan untuk menjamin perilaku moral manusia yang benar. Agama sepertinya tak memberi tempat atau memberi hati bagi hal-hal yang ringan dan lucu dalam hidup. Bahkan hal seperti itu dibuat untuk sebuah media pewartaan rohani, seperti WM misalnya, tabu kalau buat humor (meski hanya satu dua warga paroki saja yang merasa begitu dan bisa mengatas-namakan seluruh umat). Termasuk mentabukan humor yang meledek koruptor (musuh rakyat) dengan memanfaatkan body si koruptor. Syukur, pengisi rubrok humor di WM kini bertambah banyak. Dan pengadaan humor di WM ini juga atas usul umat MBK sendiri (terima kasih kepada Drg. Elisabeth Iskandar, umat pertama pengusul). Katanya waktu itu, WM ini masih "kering" karena tak ada humornya.

Mau tahu? Trend Stand Up Comedy duluan ditangkap oleh Perguruan Tinggi Islam dan diseminarkan. Maksudnya humor bisa membawa dakwah agama lebih cair. Para penggemar humor dari kalangan Muslim ini sadar, sejatinya humor amat penting dan boleh disebut sebagai salah satu tanda orang-orang yang diselamatkan. Humor dan tertawa itu wujud pelepasan dan pembebasan. Justru inilah inti keimanan. Iman tidak dapat dipisahkan dari pembebasan. Dan pembebasan tidak bisa dilepaskan dari kegembiraan. Orang yang yakin akan pembebasannya adalah orang yang bergembira dan mewartakan kegembiraan.

Maka ketika penulis bertemu dengan Lucy Kurniawan, Bos KEP dan PDKK, kami MBK saling menyapa "gimana, sehat?" Pasti, bu! Sehat dan gembira! Bukankah kita diutus sebagai pewarta kabar baik? Kabar baik itu harus dinyatakan dalam suka dan gembira, bukan? Maka, kalau kita gampang "sakit gigi" jangan jadi pewarta? Jadi pemberi kuliah saja tentang cara menjadi "pengantin" ha,ha,ha...

Orang beriman yakin hidupnya jauh lebih kaya dari pada apa yang didapat. Ia mengatur hidupnya sendiri dan menghayati bahwa makna dirinya jauh lebih dalam dar pada apa yang direfleksikannya, bahwa martabatnya jauh lebih luhur daripada apa yang dikumpulkannya dan dibanggakannya sendiri. Ia meyakini kebesaran Tuhan yang rela menyapa dan mengangkatnya dari kerapuhan dan keterbatasan. Iman sejati selalu bermuara pada kedermawanan dalam mengampuni kesalahan dan keluasan hati menerima perbedaan.

BERGUNA BAGI KESEHATANKeseharian kita yang penuh aktivitas membuat kita lupa sekedar memberi istirahat badan dan otak kita.Tegangan emosi yang terpacu setiap hari membuat stress dan depresi. Ini sangat berpengaruh di kondisi kesehatan kita. Wartawan Saturday Review, Norman Causins dalam bukunya An Anatomy of Illness, mengisahkan penyembuhan sakitnya. Sebagai wartawan yang dituntut berprestasi, ia mengalami hidup tegang sehingga timbul berbagai penyakit. Doktger bingung bagaimana mengobatinya. Norman tidak menyerah dan mulai merobah gaya hidup. Mula-mula ia tonton film-film komedi yang menyebabkan ia bisa tertawa terbahak, berhumoria dengan rekan. Berangsur sakitnya sembuh mulai dari jempol tanganya dulu, yang semula susah digerakkan.

Tertawa ternyata meningkatkan kadar endhorphine yang mengurangi rasa sakit pada sendi dan otot-otot, karena melarutkan segala racun dalam tubuh, meningkatkan kapasitas paru-paru dan kadar oksigen dalam darah. Namun ingat! bagi para penderita jantung dengan sesak napas, wasir akut, pasca operasi, ibu-ibu hamil, penderita glukoma dan TBC. Tertawa sekedarnya saja. Jangan sampai terbahak-bahak.

Ingat pula! Humor jangan disangkutkan dengan analisa serius yang bisa memudarkan kejenakaan. Karena kalau ditulis, humor tentu tidak akan menuruti tata bahasa yang baku agar kejenakaannya tidak hilang. Banyak orang berdoa agar diberikan rasa humor. Karya pelayanan memang butuh kreativitas. Namun jangan sampai Anda menjadi kreatif untuk menggebiri kreativitas orang. Sekalipun kreativitas itu hanya sebuah humor. Nanti gara-gara humor, Anda bisa kena tumor. Ha, ha, ha...

Ign. Sunito

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi