Bangsa Yang Berjalan dalam Kegelapan Telah Melihat Terang Besar

  22 Dec 2011, 18:53

Bukan kebetulan bila tema Natal tahun ini sangat relevan dengan kondisi bangsa ini, bangsa Indonesia. Bangsa yang tengah begelut dalam kegelapan. Kisah kegelapan bukan barang baru. Kegelapan telah ada sejak awal dunia mengenal dosa. Seperti disebutkan, terang telah datang di ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang (Yoh 3: 19).

Bangsa Yang Berjalan dalam Kegelapan Telah Melihat Terang Besar

Kegelapan bukan sekedar dalam artian tak ada cahaya penerang. Kegelapan lebih ditimbulkan adanya sikap mengutamakan, memenangkan kebebasan manusia daripada memihak kehendak Tuhan. Bukan pula kebetulan kegelapan yang serupa terjadi di negeri ini sebagaimana kegelapan di jaman purba.

Apakah kualitas pelanggaran yang berakibat kegelapan sebatas tidak sejalannya perilaku manusia terhadap Tuhan dan sesama? Semua peristiwa kelabu jaman itu telah pernah kita baca dalam kitab dan buku bacaan rohani dan kita dengar dalam khotbah di gereja atau ceramah. Coda ceritera putra tunggal Tuhan cahaya ilahi turun ke bumi. Lalu selesai? Nanti dulu!!

Kegelapan. Bisa dalam arti konkrit maupun abstrak nyaris konkrit. Seperti apa wajah kegelapan masa kini? Jika kegelapan sekedar berefek tidak bisa melihat itu lumrah. Manusia punya mata namun tanpa cahaya, mustahil bisa melihat. Bagaimana kualitas kegelapan masa kini hari ini di negeri ini? Sebagaimana kegelapan di jaman dulu apa yang terjadi di negeri ini bukan kegelapan biasa. Bisa jadi kegelapan saat ini terjadi karena sengaja ada penggelapan? Yang merupakan bagian scenario besar yang sengaja dirancang agar bangsa ini tenggelam dalam gelap, lalu memunculkan mesias gadungan, atau menyalakan korek api pencerahan yang penuh kepalsuan?

Umat pasti pernah mendengar kisah kegelapan lalu terbit terang seperti kisah yang tertuang dalam pemikiran R.A. Kartini. Pasti bukan terang seperti itu. Itu hanya kisah yang datang berulang seperti terungkap dalam kalimat orang bijak. Terang Ilahi bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya (Yoh. 1: 5). Lalu bagaimana kisah nasib bangsa yang berjalan dalam kegelapan meski ada terang besar itu? Apakah bangsa kita yang galau dan gelap sempat terterangi terang besar itu?

Tak dipungkiri penggelapan yang berbuah kegelapan telah melanda dengan sempurna ke seluruh negeri dan membutakan semua mata. Mata hati, mata perasaan, mata pikir bangsa ini. Bahkan dua mata sempurna yang Tuhan berikan yang seharusnya layak dan sepantasnya mampu melihat realita sebenarnya ternyata tak mampu membedakan mana buah Tuhan mana buah setan. Bagaimanakah nasib manusia yang bergelimang dosa? Akankah semua menjadi penghuni neraka berteman setan?

Umat pasti ingat perjalanan Joseph dan Maria ke Bethlehem mencari penginapan di kegelapan malam karena akan melahirkan. Pemilik penginapan menolak kedatangannya. la tak tahu telah menolak Yesus kecil sang Juru Selamat yang akan lahir. Andaikan terjadi kelahiran di penginapan, kisah kelahiran sederhana di gua kandang binatang, tak akan ada. Nyanyian Natal akan beda terdengar. Apakah ini suratan?

Kegelapan dan terang, sebuah kontras tajam. Keduanya bukan sekedar tanda melainkan symbol, yang perlu kunci pembuka pengertiannya. Dua hal yang acap kali diucapkan dan diperbincangkan yang mewakili dua pengertian berbeda, kejahatan manusia dan kebaikan Tuhan. Gelap dan kegelapan lebih mudah dilihat dan dirasakan struktur dan situasinya. Karena keduanya menjerumuskan umat pada hal yang sesat. Anehnya manusia cenderung melakukan hal-hal yang gelap dan sesat karena nikmat. Bayangkan: siang terang benderang, lampu motor di jalanan dinyalakan, masih pula menabrak kendaraan lain atau pejalan kaki. Minta maaf? Jauh dari harapan.

Ini tindakan gelap yang terang terangan. Apakah lalu lintas di negeri ini rimba belantara yang masih gelap? Ini contoh sepele. Langkah langkah gelap sementara pejabat cukup terang terasakan bangsa ini tak perlu disebut dengan rindu. Cukup menyebut induk permasalahan, orang akan faham anak, cucu, cicit masalah. Korupsi, manipulasi hukum, pelanggaran hak azasi. Rakyat mencatat dalam hati. Namun umat Kristiani, tidak kecil hati atau dengki dengan kondisi ini. Karena iman bersemangat kasih, menyalakan harapan datangnya terang.

Terang seperti apa yang bakal datang dan terlihat? Umat Kristiani yang mengimani ajaran Kristus, cukup banyak men dengar tentang sosok terang itu. Diterang-jelaskan berkali-kali, akan kembali pada pengertian hakiki bahwa itu adalah Kristus yang kelahiran-Nya kita peringati. Cermati Yoh.8: 12. Akulah terang dunia: barang siapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup".

Cukup terang gamblang. Hafal? Mungkin hanya sebatas itu. Mengapa tidak bertanya: "Kok mau-maunya Yesus lahir ke bumi? "Itu demi cinta kasih Allah kepada manusia yang dibuktikan dari kesediaan hadir di dunia, mati dengan rela di kayu salib demi penebusan dosa manusia. Cinta Tuhan kepada kita, tidak diwujudkan hanya dengan kata-kata. Sekali lagi keyakinan iman Kristiani, Ia yang datang adalah terang dunia dan itu Kristus.

Apakah bangsa yang berjalan dalam kegelapan yang kemudian melihat terang besar itu hanya umat Kristiani? Bagaimana umat yang lain? Apakah tidak kebagian terang, dus selalu dalam kegelapan? Untuk siapakah terang itu?

Akulah terang dunia... Yoh. 8: 12. Terang itu untuk semua umat di dunia bukan cuma untuk segelintir umat, apalagi melulu Kristiani. Kebenaran terang itu ada di segala sisi keyakinan manusia. Terang itu datang sebagai bukti kebaikan dan kasih Tuhan bagi manusia. Jika ada yang menggugat Allah itu kasih, mengapa manusia dibiarkan berkubang dalam dosa dan terlanda bencana yang akhirnya dunia berada dalam bayang-bayang kegelapan? Itulah misteri kasih Kristus mengapa akhirnya Ia datang sebagai terang supaya setiap orang yang percaya kepada Ku jangan tinggal di dalam kegelapan. Iman kepercayaan akan kasih itulah yang lebih meyakinkan harapan adanya keselamatan dalam Kristus.

Namun bila umat dan bangsa telah melihat terang besar itu, apakah setiap langkah akan tetap dalam koridor terang seterang cahayanya? Kebebasan manusia bisa berbuntut lain. Ketidaktaatan manusia akan ajaran Nya akan membawa manusia kembali ke kegelapan. Hanya karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya, Tuhan, Allahku menyinari kegelapanku (Mzm 18: 29).

Natal bukan sekedar pesta, nyanyian gembira, gua, pohon terang dan baju baru. Natal justru saat tepat memeriksa diri, adakah semangat kasih kepada Tuhan dan sesama masih menyala terang seterang cahaya Kristus.

Dengan semangat Natal, mari kita pertebal iman, kasih dan harapan agar tak tenggelam dalam kegelapan.

Suwanto Soewandi - Lingkungan St. Benedictus

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi