Sartono, Menunggu Janji

  30 Nov 2012, 00:00

Untuk mengenang jasa-jasa para guru, kita tentu kenal sebuah lagu yang dipersembahkan untuk para guru di Indonesia. Di dalam salah satu bait dari lagu "Hymne Guru" atau "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" tersebut, kita akan menemukan kalimat yang berbunyi "engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa".

Namun sayangnya, keindahan syair lagu tersebut seolah tidak sejalan dengan kenyataan yang ada saat ini. Slogan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang disematkan kepada para guru, bahkan seolah telah menjadi bume-rang bagi profesi penciptanya sendiri, Sartono yang adalah seorang guru di SLTP Kristen Santo Bernandus di Madiun, Jawa Timur.

Sartono seorang pengajar musik, Ia mulai mengajar sejak tahun 1978 sebagai guru kesenian. Bahkan ia adalah satu-satunya guru yang bisa membaca not balok di wilayah Madiun. Awal mula terciptanya lagu Hymne Guru pun terdengar cukup istimewa. Sartono secara tidak sengaja membaca sebuah sayembara untuk menciptakan lagu bertemakan guru yang diselenggarakan Depdiknas. Hadiahnya cukup besar -waktu itu, yaitu Rp 750.000.

Demi memenangkan sayembara tersebut, Sartono rela untuk melewatkan hari raya Idul Fitri dan lebih memilih untuk menciptakan lagu demi sayembara tersebut. Bahkan, ia rela menjual potongan jas miliknya hanya demi menebus biaya pengiriman karyanya lewat pos. "Waktu itu, saya merasa begitu lancar membuat lagu dan menulis syairnya," ucap Sartono.

Nasib baik tampaknya berpihak pada Sartono. Ia berhasil memenangkan sayembara tersebut. "Hadiahnya berupa cek," jelas Sartono dalam satu kesempatan. "Sesampai di Madiun, saya tukarkan (cek itu) dengan sepeda motor di salah satu dealer."

Selain itu, Sartono juga kerap mendapatkan "penghargaan" lain dari pemerintah Republik Indonesia. Beberapa lembar piagam ucapan terima kasih. Piagam dari Gubernur Jawa Timur Imam Utomo pada tahun 2005 yang disertai uang sejumlah Rp 600.000, piagam dari Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhamin (tahun 2000), dan piagam dari Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo (tahun 2005), adalah tiga dari banyaknya piagam penghargaan yang ia terima.

Namun mirisnya, Sartono harus pensiun dengan status sebagai guru honorer pada tahun 2002. Ia tidak mendapatkan uang pensiun karena tidak menyandang status Pegawai Negeri Sipil. "Katanya sih sering diajukan nama saya," jelas Sartono. "Tetapi sampai saya pensiun dari tugas sebagai guru, (status) PNS untuk saya kok tidak datang juga."

Nasib Sartono mirip dengan nasib guru-guru lain di Indonesia. Mereka terus-menerus berjuang mengajar calon-calon pemimpin bangsa. Namun sayangnya, usaha tersebut tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Slogan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" tampaknya disediakan khusus bagi "kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan secara tulus tanpa boleh menuntut hak". Sementara itu pembuat acara terus saja mengentit janji-janjinya.

(Andreas)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi