Iman Itu Kebutuhan Keluarga

 Rm. Alexander Erwin MSF  |     25 Jun 2017, 04:51

Matius 9:12 "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit"

Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, mari sejenak kita merenungkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Marilah kita dalami lagi apakah kita sungguh-sungguh membutuhkan Allah dalam hidup kita. Kita sekeluarga barangkali menemui kesulitan untuk sekadar berdoa dan mengucap syukur kepada Allah. Kita sering mengandalkan diri kita sendiri. Hidup kita seakan terombang-ambing oleh angin zaman: jika hidup sedang bahagia, Tuhan hanyalah ritus dan liturgi mingguan; jika hidup sedang susah, Tuhan diperlukan dan didorong menolong kita.

Semoga kita bukanlah orang-orang seperti itu. Semoga kita tidak termasuk orang yang sulit percaya sebelum membuktikan. Tanda-tanda zaman di sekeliling kita selalu bisa kita baca lewat berita, peristiwa keluarga, dan pengalaman batin kita sendiri. Dalam keluarga kita, kebutuhan akan Allah semakin terasa jika kita peka melihat berita di sekitar kita. Kita adalah orang sakit yang membutuhkan Sang Tabib.

Iman Itu Kebutuhan Keluarga

Lihatlah betapa banyaknya peristiwa akhir-akhir ini yang mengagetkan kita. kita bisa dikejutkan oleh berita yang aneh-aneh dan bahkan mengerikan. Kadang kita bertanya, "Di manakah Tuhan?". Kita berhenti bertanya dan berhenti menyapa Tuhan ketika situasinya biasa saja. Akan tetapi, setiap hari bahkan Tuhan selalu kita butuhkan untuk mendampingi kita dan seluruh keluarga.

Persoalan gadget menjadi keprihatinan dan sekaligus kejutan yang tak habis-habis kita bicarakan. Sebagian orang menyatakan keprihatinannya, karena anak-anak tak bisa lagi hidup tanpa gadget dan mendapat informasi yang salah dari alat teknologi itu. Beberapa yang lain 'angkat tangan' karena merasa sudah menjadi tuntutan jaman. Persoalan tidak selesai dan semakin lama semakin menuntut orangtua untuk mendampingi anak-anak lebih serius.

Persoalan seksual di kalangan anak remaja dan dewasa muda mungkin tersembunyi di balik banyak hal lain yang kelihatan. Tetapi masalah ini jelas ada dan akan semakin parah jika kita tidak mengambil tindakan untuk menata hidup keluarga. Persoalan ini membutuhkan bukan hanya penanganan psikologis dan edukatif, tetapi juga iman. Kita sering menganggap iman hanya isu di dalam Gereja, padahal sejak dulu iman jelas dipakai untuk menyelesaikan masalah manusia dan hidupnya.

Kejadian 28:15, 'Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.'

Saya percaya masih banyak cerita bahagia di dalam keluarga Anda. Saya percaya masih banyak keluarga yang saling mencintai dan hidup benar di hadapan Allah dan sesama. Dalam hidup yang baik pun, setiap keluarga perlu memelihara imannya, sebab kita membutuhkan Allah untuk menjamin keluarga kita tetap baik. Tuhan ingin Anda melibatkan-Nya. Ia bisa membantu Anda dan keluarga asal Anda dan keluarga mau mengajak Tuhan turut campur dalam hidup Anda.

Inti yang mau saya sampaikan adalah: kita sungguh membutuhkan Tuhan untuk mendampingi hidup keluarga. Ia bukan pilihan mau atau tidak. Ia juga bukan suka atau tidak suka. Kita membutuhkan-Nya dan benar benar bergantung pada-Nya. Manusia diciptakan untuk bersatu dengan Penciptanya. Itu suatu kenyataan. Perasaan jauh hanya menyebabkan manusia merasa bahagia dan senang semu. Sebab Penciptalah yang paling tahu bagaimana ciptaan-Nya dapat hidup dalam kepenuhan.

Allah bukanlah interese seseorang sehingga kita bisa tertarik atau tidak tertarik dengan-Nya. Saya masih sering mendengar bahwa para ibu dibenamkan dalam tugas suci: menyelamatkan suami dan anak-anak. Para ibu punya tugas aktif di Gereja, tugas berdoa, tugas ikut pertemuan lingkungan, atau tugas mendoakan seluruh isi rumah. Ayah bertugas mencari nafkah dan anak-anak sekolah. Benarkan demikian? Keselamatan itu usaha bersama dan usaha pribadi. Suami dan istri, ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab pribadi yang sama dalam hal iman

Janji Tuhan untuk kita adalah ketenangan jika dekat dengan-Nya. Yesaya 38:16 mengatakan,"Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Engkau; tenangkanlah rohku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh!" Ayat ini meneguhkan kita bahwa kedekatan dengan Tuhan itu membawa kesehatan hidup. Kita dapat memutuskan dan melakukan banyak hal lebih baik bersama Tuhan.

Keluarga-keluarga yang terkasih, jika kita merasa bahwa hidup kita dan keluarga sakit, jangan ada pilihan lain. Roh Kudus membimbing kita menemukan Tuhan yang kita cari. Ia akan memberikan kita bimbingan agar kita jangan mengabaikan orang-orang terkasih di rumah. Pergilah lebih sering mengikuti ekaristi bersama keluarga; disiplinkan berdoa bersama; ajaklah seluruh keluarga mengenal sesama selingkungan, dan jauhkan dari kebingunan dunia melalui renungan bersama Gereja.

Selamat menjalani masa liburan bersama keluarga. Selamat menikmati waktu berkualitas bersama orang tercinta. Kita tidak harus selalu cepat, semakin produktif, atau semakin kaya dengan meninggalkan Tuhan. Semua dapat berjalan beriringan asalkan kita mendahulukan Tuhan bersama keluarga. Matius 6:33 mengatakan,"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi