Seminar Budaya Nilai: Quality Family, Smart Generation

  24 Mar 2013, 01:32

"Jangan mengkuatirkan jika anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda" - Robert Fulghum

Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Kita perlu tahu bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi lebih besar. Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Dia ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi sebagai orang tua kadang kita terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi, kita larang dia, "jangan nanti jatuh". Ketika dia memegang sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya. Akhirnya anak menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan atau yang diberikan oleh pengasuhnya. Bayangkan jika hal tersebut terjadi bertahun-tahun, apa yang Anda lihat?

Jika mempunyai anak yang sudah sekolah, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Kita mungkin berpendapat, "aduh.. saya kan harus berangkat kerja, kalau tunggu dia, lama banget". Jangan hanya karena kita tidak mau repot akhirnya dibawakan.

Itulah salah satu contoh kecil yangmembuat anak kita jadi kurang mandiri. Kita tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses. "Barang siapa cinta kepada anaknya menyediakan cambuk baginya, supaya akhirnya ia mendapatkan sukacita karenanya.

(SIRAKH 30: 1) Ada satu anekdot, "Enak mana makan mie instant dengan mie goreng seafood?" Umumnya mereka yang suka mie pasti tahu jika mie goreng seafood jauh lebih enak dari mie goreng instant yang hanya bisa dimasak tidak kurang dari 3 menit. Apa yang membedakan enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut? Prosesnya! Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kitapun terdampak juga, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama) terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orang tua, guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter.

Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki.

Jika anak dibesarkan dengan permu-suhan, maka ia belajar berkelahi.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri.

Jika anak dibesarkan dengan peng-hinaan, maka ia belajar menyesali diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri

Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri.Jika anak dibesarkan dengan kelem-butan, maka ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya.

Bagaimana juga menghadapi media informasi yang serba canggih yang siap menyerbu buah hati kita..........???

(Christina - WKRI,

dari berbagai sumber)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi