Menepis Nyamuk Menelan Unta
20 May 2011, 21:47
Rimba kehidupan saat ini diwarnai konflik terus menerus memicu memanasnya situasi, manusia yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam pergumulan keadaan itu menjadi tidak nyaman, hasil akhirnya adalah bentrokan yang seringkali menimbulkan korban jiwa.
Hingar bingarnya kehidupan pun demikian, masalah kecil diperdebatkan sedemikian telitinya, masalah besar dan prinsip, yang menyangkut kehidupan Masyarakat luas, rasa keadilan, kesetiaan dan rasa belas kasihan diabaikan.
Ketersinggungan yang sangat besar terjadi, apabila kekurangannya diungkit-ungkit, membeberkan kekurangan pihak lain dianggap merupakan bagian dari pekerjaan. Di sisi lain pembenaran perbuatan sendiri seringkali bersandar pada perkataan para ahli-ahli yang berpengaruh dibidangnya, yang membenarkan perbuatannya itu, sehingga ucapan para ahli dipakai untuk membeli kebenaran perbuatannya, dihadapan pengadilan suara hati yang bersangkutan.
Membaca berita serta menonton siaran televisi yang memberitakan peristiwa tersebut dapat disimpulkan, ternyata benar kata orang pintar, "Manusia adalah tempat bertemu hitam dan putih, bukan bersatunya hitam dan putih. Mengapa demikian? Karena Manusia lebih suka mengentaskan yang negatif daripada menasihati untuk tidak negatif. Posisinya selalu pada perbatasan Negatif dan Positif, namun berkecenderungan kearah negatif demi kepuasan egonya."
Masalah ini sangat membingungkan Saya, sejak kecil mendapat pelajaran Agama, tentang menjalankan hidup yang benar,agar dapat mengambil keputusan benar,dengan demikian, dapat berkata, berbuat, dengan tujuan, yang disertai kesadaran yang benar,
Kenyataannya, di pergumulan semak belukar kehidupan saling berbenturan, bagaimana memilih antara salah dan benar, hitam atau putih,,menurut azas kebenaran yang sesuai dengan Jalan Tuhan.
Sebagai contoh: "Dalam kondisi tertentu, manakah yang kita utamakan, kepentingan pekerjaan atau kepentingan anak-anak kita?", apa pun yang diputuskan selalu ada pihak yang dikorbankan.
Dalam kondisi kebingungan, akhirnya saya membawa masalah ini kepada Romo, agar saya tidak salah,dalam berpikir dan bertindak.
Menurut Romo, kehidupan adalah rimba raya, manusia harus merintis jalannya, harus mengambil keputusan setiap saat, dengan keadaan yang selalu berbeda-beda, keputusan itu ada dalam hidup perseorangan, dan hendaknya keputusan menuruti suara hati yang bersih.
Untuk mencapai hati yang bersih, kita harus membuka hati agar Roh kudus bekerja di dalam Roh, agar kita dapat melakukan tindakan yang benar di mata Tuhan (Rom 12: 2)., keputusan yang salah pun, seringkali dipergunakan Tuhan, untuk melakukan sesuatu yang baik bagi mereka yang kasih kepada-Nya.
Dengan penjelasan Romo, Saya mengerti, bahwa rasa kebencian dan keinginan membalas dendam yang selalu berkecamuk dalam diri, harus diperangi, agar tidak terjebak dalam hangar bingarnya kehidupan saat ini. Memupuk rasa kasih dan mengampuni, agar tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan, dengan demikian "Menepis Nyamuk dan Menelan Unta" tidak akan terjadi dalam kehidupan diri pribadi (Mat 23: 24), dan hal itu Saya harus mulai dari sekarang, sebelum terlambat.
(Dadang Rochiyat)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |