Komisi Keluarga (KomKel) Keuskupan Agung Jakarta

  19 Nov 2010, 20:16

KOMISI KELUARGA (KomKel)KEUSKUPAN AGUNG JAKARTAGedung Karya Pastoral,Jl. Katedral no. 7,Jakarta10710(021.3519193, 7021.3855752

Jakarta, 10 November 2010.

Kepada keluarga-keluarga kristianiSe-Keuskupan Agung Jakartadi tempat

Salam damai dalam kasih Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosep.

Dalam suatu kesempatan temu Pasutri, seorang peserta berkata," saya merasakan kebahagiaan dalam perkawinan pertama-tama karena menemukan dan meyakini bahwa sejarah keselamatan sebenarnya merupakan sejarah keluarga. Yesus, Allah yang menjadi manusia lahir, bertumbuh, diasuh, dibesarkan, mendapat pendidikan di dalam keluarga". Peserta tersebut kemudian melanjutkan,"memang, selama hampir dua puluh tahun perkawinan kami, perjalanan saya bersama pasangan tak selalu mulus. Selain itu hubungan dengan anak-anak tak selamanya berjalan baik. Ada godaan untuk mengeluh dan tak puas, tetapi keyakinan bahwa sejarah keselamatan sebenarnya merupakan sejarah keluarga memberikan kekuatan kepada saya untuk terus berjuang, meluangkan waktu untuk merenungkan karya keselamatan Allah yang bekerja di dalam keluarga kami".

Kita semua, saya dan Anda mempunyai pengalaman mengenai keluarga. Saya mempunyai pengalaman mengenai keluarga bersama ayah-ibu dan saudara-saudara saya. Sebagai anak yang lahir dari sebuah keluarga, Anda mempunyai pengalaman mengenai keluarga bersama ayah-ibu dan saudara-saudara Anda. Sebagai pasutri, tentu Anda mempunyai pengalaman mengenai keluarga bersama pasangan dan anak-anak Anda. Pengalaman mengenai keluarga merupakan anugerah, karena Allah terus menerus bekerja untuk menyempurnakan setiap anggota di dalamnya. Sikap yang tepat terhadap keluarga ialah bersyukur. Bersyukur atas pasangan. Bersyukur atas suami. Bersyukur atas isteri. Bersyukur atas anak-anak. Sebab makna sebuah keluarga ditemukan dalam hubungannya dengan karya Allah sendiri di dalam keluarga itu.

Pengalaman kita mengenai keluarga, bisa jadi diwarnai oleh rentetan keluhan demi keluhan. Suami mengeluh karena isteri. Isteri mengeluh karena suami. Orang tua mengeluh karena anak-anak. Anak-anak mengeluh karena orang tua. Jika keluhan menjadi begitu dominan dalam pengalaman kita mengenai keluarga, maka pada bulan ini saya mengajak Anda, keluarga-keluarga untuk secara khusus merenungkan bagaimana seharusnya kita sebagai orang kristiani memandang keluarga kita.

Kita mesti merenungkan, bahwa teladan paling unggul sebuah keluarga ialah: Keluarga Kudus Nazareth, Yesus, Maria dan Yusuf. Orang-orang kristiani mesti melihat keluarga Kudus Nazareth, Yesus, Maria dan Yusuf sebagai model bagi keluarga-keluarga. Rumah sederhana di Nazareth, merupakan pengalaman pertama Yesus mengenai keluarga. Di dalamnya Yesus mengalami ayah-ibu, Yusuf dan Maria yang terus menerus memperkuat ikatan cinta kasih mereka dalam iman akan Allah. Keluarga Nazareth bermula dengan panggilan Allah kepada Maria dan Yusuf untuk menjadi suami-isteri.

Hidup Maria dan Yusuf sebagai suami-isteri sungguh biasa. Maria dan Yusuf menjadi orang tua bagi Yesus. Mereka menjalani rutinitas hidup sehari-hari seperti biasa. Yusuf hidup sebagai seorang tukang kayu bersama Maria isterinya. Namun, Maria dan Yusuf sebagai suami-isteri yang sungguh biasa ini, mengalami peristiwa-peristiwa hidup yang luar biasa. Saat akan melahirkan anak mereka yaitu Yesus, mereka tak mempunyai tempat yang layak untuk itu. Maria melahirkan anaknya di kandang. Tetapi mereka bersukacita saat anak mereka lahir. Mereka bersukacita karena berhasil menyelamatkan anak mereka menyingkir ke Mesir (Bdk. Mat 2: 13-15), tetapi juga merasakan kesedihan yang mendalam saat mendengar anak-anak di Betlehem di bunuh demi anak mereka (bdk. Mat 2;16-18). Mereka bergembira ketika mempersembahkan Yesus kepada Allah, tetapi juga menderita saat mendengar ramalan Simeon yang menunjukkan penderitaan yang ditanggun oleh Yesus dan Maria (bdk. Luk 2: 21-40). Mereka sedih, cemas, bingung, saat kehilangan anak mereka selama tiga hari dan lega ketika menemukan kembali, tetapi juga tidak mengerti akan apa yang dikatakannya, "berada dalam rumah Bapa-Ku" (bdk. Luk 2: 41-52).

Maria dan Yusuf, menjalani hidup sebagai suami-isteri yang biasa, tetapi mengalami peristiwa-peristiwa yang luar biasa, mengungkapkan pengalaman mengenai misteri karya keselamatan Allah yang bekerja dalam sebuah keluarga. Maria dan Yusuf diuji imannya dalam misteri panggilan mereka sebagai orang tua dan misteri anak mereka, Yesus. Bisa dikatakan, setiap hari keluarga Kudus Nazareth, keluarga yang biasa ini, mengalami hal-hal yang luar biasa.

Berkaca pada Keluarga Kudus Nazareth sebagai acuan sempurna, semoga pengalaman mengenai keluarga, pengalaman bersama suami, isteri dan anak-anak, membawa kita pada permenungan yang mendalam mengenai keluarga sebagai anugerah. Allah terus menerus bekerja untuk menyempurnakan setiap anggota di dalamnya. Oleh sebab itu, apa yang tampaknya biasa-biasa saja dalam pengalaman mengenai keluarga, oleh Allah akan mengubahnya menjadi sesuatu yang luar biasa.

Sampai jumpa pada edisi mendatang.Salam dalam nama Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosep

Rm. Ignas Tari, MSF

Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi