Selamat Hari Ibu

 Jovica Zhuo, SD Kelas 6, Maria Bunda Rosario 4  |     17 Dec 2016, 07:24

"Bu, Lia berangkat ke sekolah ya," kataku. "Iya, Nak. Hati-hati di jalan, ya," kata ibu sedikit lemas. Ibuku akhir-akhir ini memang sudah lemas dan mudah kelelahan saat bekerja bahkan ia pernah pingsan karena terlalu lelah. "Ibu sakit, ya? Mengapa badan ibu sedikit hangat?" tanyaku suatu hari. "Tidak, Nak. Ibu hanya kelelahan bekerja saja dan perlu banyak istirahat saja. Kamu tak perlu khawatir, ya," kata ibu.

Selamat Hari Ibu

Ibu memang tidak mau memberitahukan bahwa ia sakit, tetapi aku tahu. Ibu tak mau aku khawatir hingga konsentrasi belajarku menurun. Itulah sebabnya ibu tak pernah memberitahuku sakit yang dialaminya. Hari ini tanggal 21 Desember. Besok 22 Desember adalah Hari Ibu. Aku sangat tidak sabar menunggu hari itu karena aku akan memberikan hadiah yang spesial untuk ibu yaitu pelukan, ciuman, dan sebuah kartu ucapan. Aku akan membuatnya hari ini.

Saat pulang sekolah, aku segera mandi, mengganti bajuku, dan mengerjakan PR. Untunglah PR hari ini tidak banyak. Jadi, aku masih punya banyak waktu untuk membuat kartu ucapan yang terbaik untuk ibu. Ketika aku baru saja menyelesaikan PR-ku, aku mendengar ada suara gelas yang pecah. Aku terkejut sekali dan segera berlari ke ruang tamu. Ternyata, ibu pingsan dan menjatuhkan gelasnya yang berisi teh celupnya. Aku pun mencoba untuk membangunkan ibu, tetapi tidak berhasil. Ibu tidak bangun juga. Akhirnya, aku melihat ponsel ibu di saku celananya. Aku pun mengambilnya dan segera menelepon ayah. "Ayah, tolong aku. Ini darurat! Ibu pingsan!" kataku panik. Ayahku yang sedang rapat di kantor segera pulang dan membawa ibu ke rumah sakit. Selama perjalanan, aku terus berdoa memohon agar Tuhan bisa menyembuhkan ibuku. Saat sampai di rumah sakit, ibuku segera dimasukkan ke dalam Unit Gawat Darurat (UGD) karena aku mendengar dari dokter bahwa pembuluh darahnya pecah. Aku sangat terkejut dan dokter meminta kami menunggu di luar ruangan. Aku terus menunggu sambil berdoa.

Tidak lama kemudian, akhirnya dokter keluar dari ruang UGD, tetapi ibu dibawa ke ruang Intensive Care Unit (ICU). "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya ayah khawatir. "Istri Anda sepertinya akan baik-baik saja karena tidak terlalu parah penyakitnya, tetapi ia membutuhkan banyak istirahat. Tidak boleh terlalu lelah bekerja dulu saat ini, nanti ia bisa pingsan lagi," kata dokter. "Dok, mengapa ibuku dibawa ke ICU?" tanyaku. "Setelah diperiksa di UGD, jika penyakitnya tidak ada apa-apa, ia hanya akan dibawa ke ruangan biasa, tetapi jika penyakitnya tidak terlalu parah, ia harus dibawa ke ICU untuk perawatan intensif," kata dokter. "Baiklah. Terima kasih atas informasinya. Apakah kami boleh melihat ibuku sekarang?" tanyaku. "Boleh saja. Silakan!" kata dokter. "Terima kasih ya, Dok!" kataku mulai lega. "Ya sama-sama," kata dokter singkat.

Aku dan ayah melihat ibu yang terbaring di kasur ICU. Aku ingin menangis melihatnya karena belum pernah sekalipun ada keluargaku yang sakit seperti ini hingga masuk ICU. Saat menjelang malam, aku dan ayahku pulang ke rumah. Aku pun teringat akan kartu ucapan hari ibu dan segera menyelesaikannya. Aku hanya berharap ibuku tahu bahwa aku sangat menyayanginya.

Keesokan harinya, aku bangun dan bersiap-siap ke rumah sakit bersama ayahku. Aku ingin menemani ibu hari ini. Sesampainya di sana, dokter menghampiri kami dan menyampaikan bahwa kondisi ibuku sudah lebih baik. Aku pun segera berlari ke ruangan rawat inap ibuku. "Halo, Bu. Selamat pagi. Apakah ibu sudah merasa lebih sehat?" tanyaku. "Pagi, sayang. Puji Tuhan ibu merasa lebih baik," kata ibu sedikit lemas. Lalu aku pun memberinya ciuman. "Bu, selamat hari ibu, ya. Aku ingin ibu berbahagia hari ini," kataku sambil menyerahkan kartu ucapanku padanya. Kami sekeluarga lalu berpelukan dan aku melihat kebahagiaan yang terpancar dari mata ibuku. Terima kasih Tuhan, engkau telah melindungi dan menyembuhkan ibuku. Aku pun teringat sabda Tuhan dalam Kitab Efesus 6:2 agar selalu menghormati ayah dan ibuku. Aku mau menjadi anak yang taat dan membahagiakan orang tuaku. Sebagai anaknya, aku patut berterima kasih atas kasih dan pengorbanan mereka.
Selamat Hari Ibu!

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi