Majikan Yang Baik

  17 Sep 2011, 21:30

Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Mat 20: 15)

Majikan Yang Baik

Perumpamaan dalam firman minggu ini mengenai janji Yesus kepada para murid, bahwa yang sekarang dianggap sebagai yang terakhir masuk kerja, akan menjadi yang pertama menerima upah (20: 8). Mengapa pekerja kebun anggur yang tidak bekerja sejak pagi hari, mendapat upah yang sama dan memperolehnya lebih dahulu? Memang hal ini sulit untuk dipahami dalam konteks para pekerja di perusahaan perusahaan jaman sekarang.

Sebagai manajer Personalia, orang yang bekerja diperusahaan sudah pasti akan mendapat upah sesuai jam kerjanya, bahkan yang bekerja lembur akan mendapat upah lembur yang 1,5 atau 2 kali upah normal. Bila terjadi hal seperti yang kejadian dalam perumpamaan diatas, pastilah para pekerja yang lain akan protes, karena merasa dirugikan. Sulit bagi mereka untuk memahami mengapa ada perbedaan perlakuan.

Tetapi majikan yang baik menyewa buruh pada pagi hari dengan upah satu dinar sehari dan menyuruhnya bekerja di kebun anggurnya. Pekerja lainnya, disewa pada waktu yang berbeda-beda ada yang siang, sore maupun petang, namun tanpa upah yang dirinci. Kemudian majikan itu menyuruh para buruh dibayar dengan urutan terbalik dari kedatangan mereka dan semua menerima upah yang sama. Terhadap keluhan mereka yang telah bekerja sehari penuh, majikan itu menjawab bahwa ia telah membayar upah sesuai dengan kesepakatan, sehingga mereka tak mempunyai hak untuk mengeluh, jika ia mau bermurah hati kepada pekerja yang lain.

Keadilan dan kemurahan hati Allah sendiri dipergunakan untuk menjelaskan mengapa Yesus mewartakan kerajaan surga, baik kepada mereka yang sudah saleh, maupun kepada domba-domba yang sesat. Jika kedua kelompok ini menerima pewartaannya, maka mereka akan menerima anugerah yang sama dalam kerajaan Allah.

Karunia kehidupan kekal menjadi milik kita kalau kita mau: tidak peduli apakah kita dibaptis ketika kita masih bayi atau kita menerima Allah saat kita sudah dewasa, dan sudah menjadi penjahat, penipu ataupun sudah memanjakan diri kita sepanjang hidup kita. Kehidupan kekal bukanlah tentang kebaikan kita, tetapi tentang kemurahan Allah. Setiap orang dapat menerimanya karena sebenarnya tak ada orang yang layak menerimanya.

(Michael Setiawan)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi