Bersama Maria, Melampaui Yang Insani Menuju Yang Ilahi
17 Jul 2011, 06:52
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Itulah sepotong doa yang kita lantunkan dengan khidmat, doa Salam Maria yang ditujukan kepada Bunda Maria. Secara fisik, kita mengenal Bunda Maria sebagai ibu Yesus. Maria-lah yang mengandung dan melahirkan Yesus. Karena itulah, dalam doa Salam Maria, kita menyebut Yesus sebagai buah tubuh Sang Bunda.
Bunda yang Insani dan IlahiPada suatu kesempatan, seseorang memuji Yesus dengan mengatakan, "Berbahagialah ibu yang melahirkan Engkau." Menanggapi hal itu, Yesus berkata, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya," (bdk. Lukas 11: 27-28). Perkataan Yesus itu menyadarkan kita, bahwa dalam diri seorang ibu, ada aspek selain 'ibu yang melahirkan'.
Bunda Maria adalah seorang perempuan yang pernah berucap kepada malaikat Gabriel, "Terjadilah padaku menurut perkataanmu." Ucapan itu merupakan tanggapan terhadap kabar yang disampaikan malaikat Gabriel, bahwa Maria akan mengandung seorang anak dari Roh Kudus. Melalui ucapannya itu, Maria menyatakan kepasrahannya pada kehendak Allah. Inilah aspek kerohanian dalam diri seorang ibu.
Dalam perjalanan hidup selanjutnya, Kitab Suci menuliskan betapa banyak dan beratnya tantangan yang dialami Maria akibat penyerahan dirinya itu. Untuk melindungi bayi Yesus, Maria harus mengungsi ke Mesir. Dalam kesederhanaan hidup keluarga tukang kayu, Maria membesarkan Yesus. Ketika dewasa, Yesus berkarya di tengah masyarakat dan tak semua orang mempunyai kesamaan visi dengan-Nya, terutama visi tentang Kerajaan Allah. Pada puncaknya, Yesus disalibkan dan kita dapat merasakan betapa pilu hati Bunda Maria saat memangku jenazah anaknya di bawah salib. Kesemuanya ditanggung Maria sebagai wujud kepasrahannya kepada Allah.
Terbakar oleh Nyala Api Cinta AllahKepasrahan Maria pada kehendak Allah juga ditunjukkan oleh Yesus. Yesus mengajarkan kepada kita semua sebelum Ia disalibkan di taman Getsemani, untuk mengatakan, "Bapa, jika mungkin, ambillah piala ini dari-Ku. Tetapi bukan yang Kukehendaki, melainkan yang Kau kehendaki," (bdk. Matius 26: 39). Yang dijalankan oleh Maria, dilakukan juga oleh Yesus.
Maria menyatukan diri dengan kehendak Allah, Maria bersatu dengan Allah. St. Yohanes dari Salib, pujangga Karmel, menggambarkan orang yang bersatu dengan Allah itu seperti arang yang bernyala. Arang berasal dari kayu. Kayu itu menjadi arang karena dibakar oleh api. Ketika arang dalam keadaan membara, kayu dan api itu sulit untuk dibedakan.
Maria, dalam persatuannya dengan Allah, adalah sebagaimana bara api itu. Mengapa kita ingin dekat dengan Bunda Maria? Kita semua ini seperti arang di dalam satu anglo atau tungku pembakaran. Kumpulan arang di dalam anglo itu, apabila diberi satu bara api dan dikipasi, perlahan-lahan akan terbakar. Pada akhirnya, semua arang di dalam anglo itu menjadi bara api.
Menjadi umat Paroki Tomang adalah sebuah keistimewaan. Bunda Maria sendirilah yang melindungi kita semua, menjadi nama Gereja kita: Maria Bunda Karmel. Menjadi umat Paroki Tomang berati menjadi semakin dekat dengan orang yang bersatu dengan Allah. Kita sungguh mau menghayati nama Maria Bunda Karmel, karena nama itu membawa kita semakin dekat dengan Allah. Ibarat arang yang melingkupi bara api, kita pun akan terbakar oleh nyala api cinta kepada Allah.
Jika kita bersatu dengan Allah, seluruh hidup kita akan diubah. Dari manusia lama, kita bertransformasi menjadi manusia baru; dari manusia yang digerakkan oleh daging, kita menjadi manusia yang digerakkanoleh Roh.
Semoga kita semua makin mampu meneladani Bunda Maria, dan karena pulalah, menjadi semakit dekat pada Allah.
(Romo)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |