Percik Prapaskah (6) Perempuan

  18 Mar 2013, 13:25

Di remang pagi itu Yesus mengajar di Bait Allah. Berduyun-duyun orang datang. Tiba-tiba ada sekelompok ahli Taurat dan orang Farisi datang sambil menyeret seorang perempuan. Perempuan itu dilempar­kan ke tengah orang banyak. Dalam keramaian itu ia sendirian. Kesepian! Terdakwa! "Guru, perempuan ini ter-tangkap basah berzina. Ia harus dilempari dengan batu. Dirajam! Dibunuh!" Desak mereka.

Ada sesuatu yang ganjil. Di manalelaki yang berbuat zina itu? Mengapa yang dibawa hanya perempuan? Mengapa yang dihukum hanya perem­puan? Budaya patriarkal memang seringkali menyalahkan perempuan, membenarkan laki-laki. Dan perem­puan itu hanya diam. Begitulah yang sering terjadi. Perempuan diam dalam pilu. Hening dalam derita!

Orang Farisi dan ahli Taurat itu merasa diri suci karena telah menangkap orang berdosa. Tujuan mereka sebenarnya hanya ingin menjebak Yesus. Kalau Yesus berkata "Lempari saja!" berarti Ia melawan diri-Nya sendiri, karena selama ini Ia mewartakan kasih dan pengampunan. Kalau Ia berkata "Jangan lempari!" berarti Ia melawan hukum Musa, dan Ia akan dijebak.

Tapi sungguh mengerikan! Mereka ingin menjerat Yesus dengan menggu-nakan perempuan. Memperalat perempuan! Mempermalukan perempuan itu.Betapa berdosanya mereka karena menindas perempuan itu demi menje­bak Yesus. Dan yang membuat lebih mengerikan lagi, hal itu terjadi di tempat suci, Bait Suci. Bukankah Bait Suci harusnya menjadi tempat pen-damaian?

Semua jantung berdegup kencang. Apa gerangan yang akan dilakukan Yesus? Dia menulis di tanah. Apa yang Dia tulis? Entahlah! Tiba-tiba Ia mem­ecah kesunyian, "Barangsiapa tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu!" Kata-kata itu menggaung dalam hening pagi itu. Semua orang terdiam. Jauh di relung hati sana, setiap orang menyimpan dosa-dosa rahasianya. Perlahan, pergilah mereka seorang demi seorang mulai dari yang tertua. Kelompok yang merasa diri suci itu pun pergi. Betapa malu mereka!

Dalam hening itu, tinggallah Yesus bersama perempuan itu. Perlahan, pe-rempuan itu mengangkat kepalanya, melihat Orang yang membebaskannyaitu. Dan Yesus memandangnya dengan tatapan yang mengampuni. "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah! Jangan berbuat dosa lagi mulai dari seka-rang!" Dan sejak itu, sejarah hi-dup perempuan itu berubah. Dia telah berjumpa dengan Sang Pembebas. Yesus membebaskan dia bukan hanya dari lemparan batu dan rajam, tetapi juga dari rasa bersalah dan dosa. Manusia ingin menghukumnya, tetapi Tuhan mengampuninya.

Di zaman kita ini, ada banyak pe-rempuan yang diperlakukan sepertidalam kisah Injil Yohanes itu. "Dirajam", tapi seringkali mereka diam. "Dilempari batu", tapi seringkali mere­ka membisu. Di ruang hening keluarga, di sanalah kekerasan dalam rumah tangga seringkali bersuara. Di sanalah kebisuan itu seringkali membunuh pe-rempuan. Adakah di sana Yesus berdiri dan melihat penderitaan perempuan? Ya, di rumah-rumah yang sunyi sekali pun, Yesus Sang Pembebas itu berdiri dan berkata, "Barang-siapa tidak ber-dosa, hendaklah ia yang pertama me-lemparkan batu kepada perempuan itu!" Seandai-nyalah para lelaki men­dengarkan kata-kata Yesus itu, takkan ada lagi kekera-san terhadap perem­puan. Inilah salah satu pertobatan Prapaskah: menghilangkan kekerasan dalam rumah tangga!

(Lamtarida Simbolon, O.Carm)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi