Keprihatinan dan Uluran Kasih Seorang Ibu:mengenang 100 Tahun Penampakan Maria di Fatima

 Rm. Stef. Buyung Florianus, O.Carm  |     17 Apr 2017, 21:06

Catatan Awal

Tahun 2017 adalah tahun yang istimewa bagi Gereja Katolik. Tahun ini kita merayakan 100 tahun atau 1 abad penampakan Maria di Fatima. Sebuah pertanyaan sederhana bisa kita ajukan: Apakah pesan yang disampaikan 100 tahun lalu itu masih relevan dan aktual untuk kita saat ini? Dengan melihat situasi kita saat ini, yang ditandai dengan peperangan, tindakan kekerasan, aksi terorisme, musibah atau bencana yang tidak pernah berhenti, kita sungguh merasakan bahwa pesan Fatima masih tetap relevan, bahkan kian mendesak untuk kita zaman ini. Pesan Fatima yang disampaikan kepada ketiga anak gembala: Lusia (28 Maret 1907 - 13 Februari 2005), Fransiskus (11 Juni 1908 - 4 April 1919), dan Yasinta (11 Maret 1910 - 20 Februari 1920) juga diperuntukkan bagi kita saat ini.

Misi Fatima Tetap Relevan

Perlu disadari sejak awal bahwa pesan Fatima bukanlah untuk menakuti-nakuti, bila kita tidak melaksanakan apa yang diminta Bunda Maria. Pesan Fatima ini bukan juga untuk menunjukkan kepada dunia hukuman-hukuman akan dialami, jika kita tidak berdoa, berdevosi atau melakukan pemulihan. Sebaliknya, misi Fatima adalah menunjukkan kepada setiap kita tentang bahaya yang ada di sekitar kita. Itulah hilangnya jiwa kita untuk selamanya, jika kita tetap bersikeras dalam dosa.

100 tahun yang lalu Maria menunjukkan bahwa pesannya sungguh mendesak. Pada saat dunia dilanda perang, Maria menunjukkan keprihatinan dan uluran kasih seorang ibu. Ia membawa rancangan damai dari Tuhan. Dalam penampakan yang ketiga (13 Juli 1917), Maria memperlihatkan kepada ketiga gembala itu api neraka. Kemudian Maria berkata, "Kalian baru melihat neraka, ke mana jiwa-jiwa para pendosa yang malang pergi. Untuk menyelamatkan mereka Allah menginginkan untuk mengadakan devosi kepada Hatiku Yang Tak Bernoda di dunia. Jika mereka melakukan apa yang aku katakan kepadamu, banyak jiwa akan diselamatkan dan mereka akan memiliki damai. Perang akan berakhir, tetapi jika mereka tidak berhenti melukai hati Allah... maka akan terjadi perang lain yang lebih buruk dari yang satu ini."

35 tahun yang lalu, Paus Yohanes Paulus II, setahun setelah ditembak, mengunjungi Fatima dan menyerahkan diri kepada perlindungan Bunda Maria. Saat itu, ia mengatakan, "Hari ini Yohanes Paulus II.... hadir di hadapan Bunda Putra Allah di tempat ziarahnya di Fatima. Untuk apa ia datang? Ia hadir, membaca kembali kegelisahan ajakan Bunda Maria untuk bertobat, permintaan terus menerus dari Hati Maria yang Tak Bernoda di Fatima 65 tahun silam. Ya, ia membaca kembali dengan hati yang gelisah, sebab ia melihat betapa banyak orang dan masyarakat - betapa banyak orang Kristen - yang telah mengambil jalan yang berlawanan dengan jalan yang ditunjukkan dalam pesan Fatima. Dosa sangat mendapat tempat di dunia, dan penyangkalan terhadap Tuhan sudah tersebar luas dalam berbagai ideologi, cita-cita dan rencana umat manusia. Karena alasan itu, ajakan untuk bertobat dan sesal yang disampaikan dalam pesan Bunda Maria, tetap relevan. Sekarang bahkan jauh lebih relevan daripada 65 tahun silam! Hal itu masih sangat penting dan kian mendesak!"

Penampakan Malaikat

Setahun sebelum penampakan Maria, tahun 1916 malaikat mendatangi Lusia, Fransiskus dan Yasinta sebanyak tiga kali. Ia menyatakan diri sebagai malaikat perdamaian, malaikat Portugal, dan mengundang ketiga anak itu untuk menghibur Allah. Dalam penampakan I (musim semi 1916), malaikat mengajar dan mengajak mereka untuk berdoa, "Ya Allahku, saya percaya, saya berharap, saya menyembah dan mencintai-Mu. Saya mohon pengampunan-Mu bagi mereka yang tidak percaya, tidak berharap dan tidak menyembah, dan tidak mencintai-Mu." Malaikat juga mengatakan bahwa Hati Yesus dan Maria memberikan perhatian penuh kepada doa-doa mereka.

Sedangkan dalam penampakan II (musim panas 1916), malaikat mengingatkan mereka untuk berdoa, dan menyampaikan bahwa Hati Yesus dan Hati Maria memiliki rencana penuh belaskasih. Ketiga anak itu diharapkan untuk melakukan korban pemulihan atas dosa yang menyakiti hati Allah. Mereka juga diminta untuk menerima dengan rendah hati segala derita yang dikirimkan Tuhan.

Sedangkan dalam penampakan III (September/Oktober 1916), malaikat meminta mereka mengulangi doa yang diajarkan dalam penampakan I. Dalam kesempatan itu, ketiga anak itu melihat bagaimana malaikat memegang piala di tangan kirinya, di atasnya ada hosti, darimana beberapa tetes darah jatuh ke dalam piala. Lalu malaikat itu membiarkan piala tetap melayang, dan dia berlutut bersama tiga anak dan mengucapkan doa, yang diulangi sebanyak tiga kali: "Ya Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus, saya menyembah Dikau dengan penuh hormat, dan mempersembahkan Tubuh termulia, Darah, Jiwa dan Keilahian Yesus Kristus, yang hadir dalam semua tabernakel di seluruh dunia, untuk menebus segala penghinaan, kata-kata kotor dan sikap acuh tak acuh yang melukai hati-Nya. Dan karena manfaat tak terbatas dari Hati-Nya yang Mahakudus dan dari Hati Maria yang Tak Bernoda, saya mohon pertobatan bagi para pendosa yang malang." Kemudian hosti diberikan kepada Lusia, isi piala diberikan kepada Fransiskus dan Yasinta, seraya mengatakan, "Makanlah dan minumlah Tubuh dan Darah Yesus Kristus yang secara mengerikan dihina oleh orang-orang yang tidak tahu berterimakasih. Persembahkan pemulihan bagi dosa-dosa mereka dan hiburlah Allah."

Penampakan Maria

Malaikat mempersiapkan ketiga anak gembala itu untuk menerima kedatangan Bunda Maria. Beberapa aspek yang disampaikan oleh malaikat akan ditegaskan dan diperdalam oleh Bunda Maria. Maria menampakkan diri sebanyak 6 kali pada tahun 1917, setiap tanggal 13 mulai bulan Mei sampai Oktober, kecuali pada bulan Agustus terjadi pada tanggal 19. Penampakan itu terjadi pada saat Eropa berada dalam Perang Dunia I. Penampakan itu terjadi di Fatima, sebuah kampung kecil yang berada dalam Keuskupan Leiria (Portugal). Kebanyakan penduduknya adalah kaum miskin, petani sederhana. Lusia, Fransiskus dan Yasinta dibesarkan dalam sebuah lingkungan keluarga Katolik yang baik dan saleh. Ketiganya diberi tugas khusus untuk menggembalakan domba, dan Lusia menjadi penanggungjawabnya. Mereka sering berdoa rosario dengan berlutut di alam terbuka.

Penampakan I (13 Mei 1917): Dalam kesempatan itu, Maria mengundang Lusia, Fransiskus dan Yasinta untuk mempersembahkan diri kepada Allah dan menanggung derita yang dikirimkan Tuhan. Mereka juga diminta berdoa rosario untuk memperoleh damai dan mengakhiri perang. Semuanya itu dilakukan demi pemulihan dan pertobatan orang berdosa. Dan Maria menjanjikan bahwa rahmat Allah akan menyertai mereka.

Penampakan II (13 Juni 1917): Maria menyampaikan bahwa Fransiskus dan Yasinta akan segera dibawa ke surga, sedangkan Lusia akan hidup lebih lama di dunia ini. Adapun tugas Lusia adalah untuk membuat Maria dikenal dan dicintai serta menyebarkan devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Maria juga memberitahukan ganjaran yang diterima oleh mereka yang mencintai Maria dan berdevosi kepada Hatinya yang Tak Bernoda: dari Tuhan berupa janji keselamatan dan merasakan cinta-Nya; sedangkan dari Maria, Hatinya yang Tak Bernoda menjadi tempat pengungsian dan jalan yang mengantar kepada Allah. Di depan telapak tangan kanannya, Maria memerlihatkan sebuah hati yang dikelilingi duri-duri yang menusuknya. Itulah hati Maria yang terhina karena dosa dan mendambakan pemulihan.

Penampakan III (13 Juli 1917): Maria mengundang Lusia, Fransiskus dan Yasinta untuk terus berdoa Rosario. Doa rosario itu dilaksanakan untuk menghormati Maria, Ratu Rosario, untuk mendapatkan damai dan mengakhiri perang. Maria juga mengundang mereka untuk melakukan silih demi cinta kepada Yesus, pertobatan para pendosa, dan pemulihan atas dosa yang melawan Hati Maria yang Tak Bernoda. Dalam kesempatan tersebut, Maria juga memerlihatkan api neraka, tempat jiwa-jiwa pendosa akan pergi. Mereka bisa diselamatkan dengan mengadakan devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Maria juga mengajari sebuah doa, "Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terumata mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu." Selain itu Maria mengingatkan bahwa jika manusia tidak berhenti melukai hati Allah, sebuah perang lebih buruk akan terjadi. Sang Bunda juga menyampaikan hukuman lain atas dunia, berupa kejahatan perang, kelaparan, penganiayaan melawan Gereja dan Paus. Hal ini juga bisa dicegah bila Rusia dipersembahkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda dan Komuni untuk pemulihan pada Sabtu pertama.

Penampakan IV (19 Agustus 1917): Dalam penampakan ini pun, Maria tetap meminta mereka untuk terus berdoa rosario. Yasinta menanyakan soal uang yang diberikan oleh umat beriman, Maria menjawab bahwa uang itu bisa dipakai untuk membuat tandu dan sisanya untuk pembangunan kapel. Saat itu, Maria juga nampak amat sedih. Ia meminta ketiga anak itu untuk berdoa dan berkorban, karena banyak jiwa masuk neraka karena tidak ada yang memersembahkan korban dan melakukan silih bagi mereka.

Penampakan V (13 September 1917): Orang-orang yang hadir saat itu diperkirakan 25-30 ribu orang. Maria tetap meminta Lusia, Fransiskus dan Yasinta terus berdoa rosario untuk mengakhiri perang. Ia juga menjanjikan bahwa Bunda Berdukacita, Maria dari Gunung Karmel, St. Yosef dan Kanak-Kanak Yesus akan datang pada bulan berikutnya.

Penampakan VI (13 Oktober 1917): Mereka yang hadir dalam penampakan terakhir ini sekitar 50-70 ribu orang. Maria meminta sebuah kapel dibangun untuk menghormatinya. Maria menyatakan diri sebagai, "Aku adalah Ratu Rosario Suci." Maria menegaskan bahwa perang akan segera berakhir. Maria juga tampak semakin sedih dan meminta supaya jangan menyakiti hati Tuhan lagi. Dalam kesempatan ini, terjadi sebuah mukjizat, yang dikenal sebagai mukjizat matahari. Ketiga gembala kecil juga melihat Maria berpakaian putih dengan sebuah mantol biru bersama Kanak-Kanak Yesus dan St. Yosef. Selanjutnya, mereka juga melihat Maria dalam rupa Bunda Berdukacita dan Maria dari Gunung Karmel.

Apa Tanggapan Kita?

Dari pesan yang disampaikan kepada ketiga anak gembala itu, sebetulnya ada tiga rahasia utama. Rahasia pertama: Hukuman Allah karena dosa-dosa kita, berupa perang, kelaparan, penganiayaan agama, kesesatan yang disebarkan oleh Rusia ke seluruh dunia, sejumlah negara akan lenyap, dan juga siksaan api neraka. Rahasia kedua: Maria menawarkan jalan keluar yang ditempuh untuk menghindari hukuman. Itulah devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, dan tindakan pemulihan pada hari Sabtu. Rahasia ketiga: Maria menyampaikan pertempuran kaum ateis melawan Gereja dan seluruh umat Kristiani, penderitaan semua saksi iman di akhir milenium kedua, juga Uskup berpakaian putih (Paus) terjatuh dan meninggal karena tembakan senapan.

Menanggapi tiga rahasia tersebut, apa yang menjadi tanggapan kita? Apa yang harus kita lakukan? Belajar dari tiga anak gembala itu, kita juga bisa berbuat sesuatu. Pertama, sadar akan dosa dan bertobat. Lusia, Fransiskus dan Yasinta menyadari bahwa hati Allah terluka karena dosa kita. Itulah sebabnya, Fransiskus mengingatkan bahwa kita harus menghindari dosa dan menghibur hati Allah. Sedangkan Yasinta mengatakan bahwa dosa yang mendorong banyak jiwa masuk neraka adalah nafsu birahi. Itulah sebabnya, kita masing-masing harus mulai dan terus menyadari akan dosa, bertobat, dan secara khusus mengaku dosa secara rutin.

Kedua, berdoa rosario. Maria selalu dan terus meminta untuk berdoa rosario dalam setiap penampakannya demi perdamaian dan berakhirnya perang. Namun bagi ketiga anak itu, Rosario sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Kita juga sudah semestinya menanggapi permintaan Maria ini dengan mulai berdoa rosario setiap hari, bukan hanya bulan Maria (Mei) atau bulan Rosario (Oktober).

Ketiga, Berdoa dan melakukan korban silih. Ketiga anak gembala menanggapi serius permintaan Bunda Maria untuk melakukan silih demi pemulihan banyak dosa yang melukai hati Allah. Misalnya, mereka tidak makan siang, tidak menyentuh buah ara atau buah anggur yang lezat, tidak minum air sebulan (Agustus), menggunakan seutas tali yang diikatkan pada pinggang, menyentuhkan kaki pada jenis tanaman yang menyebabkan gatal, meninggalkan kesenangan duniawi, a.l. berdansa, menerima penderitaan yang dikirimkan Tuhan, a.l. ejekan, cemoohan, siksaan, penjara, penganiayaan, sakit yang berkepanjangan yang diderita oleh Fransiskus dan Yasinta. Fransiskus pernah berkata, "Aku sangat sakit, tetapi aku mau menderita untuk menghibur Tuhan kita. Sedangkan Yasinta mengatakan, "Aku banyak menderita, tetapi aku mempersembahkan semuanya itu untuk pertobatan orang-orang berdosa dan demi pemulihan Hati Maria yang Tak Bernoda. Kita saat ini pun bisa mulai berbuat sesuatu untuk mempersembahkan kepada Tuhan penderitaan dan segala kesulitan yang kita alami demi cinta kita akan Yesus yang hati-Nya terluka dan Maria yang hatinya tertusuk duri-duri dosa kita, dan intensi-intensi lainnya. Dengan demikian, korban dan derita kita tidak pernah sia-sia.

Keempat, Devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda dan Penyerahan Rusia kepada Hatinya. Inilah yang diminta Maria pada penampakan ketiga, 13 Juli 1917. Sebelum kematiannya, Fransiskus berkata, "Tidak lama lagi aku akan pergi ke surga. Di sana aku akan menghibur Tuhan dan Santa Perawan Maria." Lalu Yasinta berkata, "Aku mencintai Hati Maria yang Tak Bernoda! Hati Bunda kita di surga itu begitu baik." Selama sakitnya, ia juga berkata, "Aku banyak menderita, tetapi aku mempersembahkan semuanya itu... demi pemulihan Hati Maria yang Tak Bernuda." Sedangkan Lusia memunyai tugas membuat Maria dikenal dan dicintai serta menyebarkan devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Lusia sendiri mendapatkan beberapa penglihatan, teristimewa pada 13 Juni 1929, berkenaan dengan Tritunggal Mahakudus dan Hati Maria yang Tak Bernoda. Maria juga datang lagi untuk meminta penyerahan Rusia pada penglihatan 13 Juni 1939, saat Maria mengatakan, "Saatnya sudah tiba ketika Allah meminta kepada Paus dalam kesatuan dengan semua Uskup seluruh dunia, untuk menyerahkan Rusia kepada Hatiku, seraya menjanjikan untuk menyelamatkan dunia dengan cara ini." 31 Oktober 1942, Paus Pius XII menyerahkan seluruh dunia dan menyebut Rusia, dan kemudian menyerahkan Rusia saja pada 7 Juli 1952. Penyerahan Paus dalam kesatuan dengan semua Uskup seluruh dunia baru dilaksanakan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Maret 1984. Kita pun bisa melakukan secara pribadi, bersama keluarga, umat lingkungan ataupun Paroki, devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda dengan menyerahkan diri kepadanya. Hal ini bisa kita lakukan dengan menggunakan doa Persembahan Pagi dalam devosi kepada Skapulir Suci atau pun doa penyerahan yang sudah dirumuskan untuk menghormati Hati Maria yang Tak Bernoda.

Kelima, Pemulihan pada Lima Hari Sabtu Pertama. Bunda Maria meminta devosi pemulihan atas dosa kepada Lusia pada 1925, 1926 dan 1927. Praktik yang diminta: pada hari Sabtu Pertama lima bulan berturut-turut, dengan menerima Komuni Kudus, berdoa rosario, bermeditasi selama 15 menit dan mengaku dosa. Mengapa lima Sabtu? Hal ini berkenaan dengan lima hujatan atau penghinaan: terhadap Maria yang dikandung tanpa noda, terhadap keperawanan Maria, kepada Maria sebagai Bunda Allah, oleh orang-orang yang menjauhkan kaum beriman dari Maria, dengan merusak gambar atau patung Maria. Uskup Leiria (Portugal) mengesahkan devosi ini pada 13 September 1939. Kita pun bisa menghayati devosi pemulihan ini dengan melakukan apa yang diminta oleh Bunda Maria tersebut.

Penutup

Pesan Fatima bukan hanya untuk diketahui. Rahasia Fatima juga bukan hanya sekadar dibuka untuk umum. Pesan itu disampaikan untuk kemudian kita laksanakan dalam perjalanan hidup iman kita. Rahasia itu dibuka untuk kemudian kita hayati dalam kehidupan kita masing-masing. Bila hal itu terjadi, kedatangan Bunda Maria di Fatima untuk menyampaikan pesan dan rahasianya kepada ketiga anak gembala tersebut sungguh bermakna. Perlu kita sadari bahwa Maria datang bukan hanya untuk Lusia, Fransiskus dan Yasinta 100 tahun yang lampau, tetapi juga untuk kita anak-anaknya pada zaman ini. Semoga tulisan ini KEPRIHATINAN DAN ULURAN KASIH SEORANG IBU: Mengenang 100 Tahun Penampakan Maria di Fatima berguna bagi kita semua. Santa Maria dari Fatima, doakanlah kami. Amin.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi