Gerakan Batin Melalui Koin
Helena D.Justicia | 17 Apr 2017, 22:52
Seorang Ketua Lingkungan gundah. Pasalnya, umat Lingkungan-nya rame-rame
mengembalikan kaleng celengan Gerakan Serbu. Bermacam alasannya. "Ada yang bilang
tidak punya uang koin. Ada juga yang merasa tersinggung, dianggap seperti anak kecil yang
harus menabung uang logam setiap hari," keluh Ketua Lingkungan itu.
Sementara itu, Ketua Lingkungan (Kaling) yang lain kebingungan menjawab pertanyaan
umat. "Apakah harus tiap hari memasukkan koin? Kalau pas hari itu tidak punya koin, apa
berarti harus menukar uang? Apa harus nominalnya lima ratus atau seribu? Kalau koin
seratus atau dua ratus boleh tidak? Kan yang penting jumlahnya seribu? Aduuhh.. banyak
sekali pertanyaannya," kisah seorang Kaling sambil tertawa. Lalu bagaimana menjawabnya?
"Ya saya jawab sebaik-baiknya saja. Misalnya kalau bisa pakai koin lima ratus atau seribu
supaya DPH tidak kesulitan menghitung. Lalu namanya persembahan, ya sebaiknya berikan
yang terbaik. Pakai pertimbangan terbaik jangan sedikit-sedikit nanya."
Seorang Koordinator Wilayah berpendapat, "Ini kan sumbangan, ya sukarela sajalah. Saya
tidak memaksakan Kaling supaya umat mengisi celengan." Ada juga seorang umat yang
skeptis, "Lha MBK itu kan paroki miskin panggilan imam-biarawan/biarawati. Bukannya dari
situ saja sudah terlihat situasinya? Apa ya umat mau peduli terhadap pendidikan calon
imam?"
Kesederhanaan yang Membawa Keselamatan
Kalau dikumpul-kumpulkan, bisa sangat bervariasi tanggapan atau respon umat terhadap
celengan Serbu. Tidak semua skeptis atau sinis. Ada juga yang mengisi celengannya dengan
gembira. "Kebetulan saya sering mengumpulkan koin dari minimarket atau uang kembalian
jalan tol. Jadi celengan saya cepat penuh, tidak sampai sebulan," ujar seorang ibu.
"Terus-terang saya malah jadi bisa sekalian bersih-bersih," kisah seorang ibu lain sambil
tertawa. "Saya razia seisi rumah, di meja belajar, di dapur, kantong-kantong celana, laci-laci
lemari... pokoknya semua tempat saya korek-korek untuk menemukan koin." Hasilnya?
"Lumayan juga. Koin lima ratus dan seribu masuk celengan, sedangkan yang dua ratusan
saya tukar ke minimarket, dapat Rp50ribu."
Gerakan Serbu ini sendiri sebetulnya bukan program yang tiba-tiba saja muncul. Gerakan ini
adalah buah keprihatinan umat terhadap sepinya panggilan menjadi imam-biarawan-
biarawati, serta tingginya biaya pendidikan calon imam. Setelah menampung berbagai ide
dan usulan, dibuatlah Gerakan Serbu ini.
Karena merupakan sebuah gerakan, sebetulnya aspeknya tidak hanya tunggal. Tidak hanya
soal menyumbang, atau juga bukan hanya soal mendoakan. Gerakan ini merangkum semua
upaya yang dapat dilakukan: doa, promosi panggilan, dan ajakan keterlibatan. Hati yang
tersentuh, pikiran yang terbuka dan tangan yang tergerak adalah sarana yang dengan
perkenan Allah, akan digunakan-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Kendati bernama 'gerakan', bukan sesuatu yang melulu dahsyat yang diharapkan muncul
dari gerakan Serbu. Doa, apakah sejatinya? Doa yang didaraskan tak sampai lima menit itu
dapat dilakukan oleh siapa saja, sendiri ataupun bersama-sama. Melalui doa yang setia,
umat Allah menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan-nya, sehingga seluruh rencana
keselamatan Allah dapat terlaksana.
Lantas koin, apakah maknanya? Koin seringkali tak mendapat perhatian. Orang mudah
menampik, menyia-nyiakan, melupakan bahkan membuang koin yang diperolehnya. Apalah
artinya koin seribu atau lima ratus rupiah? Sangat remeh dibandingkan dengan harta milik
kita lainnya. Melalui koin, kita diajak untuk melakukan pertobatan, belajar memberikan
perhatian pada sesuatu yang biasanya tak dihargai. Hal-hal kecil, sederhana, jika
mendapatkan perhatian yang besar, akan menjadi suatu berkat tersendiri.
Gerakan Serbu bukan hanya sekadar doa dan mengisi celengan. Gerakan ini adalah suatu
gerakan batin juga, suatu upaya untuk mendengar-dengarkan, menemukan panggilan Allah
bagi umat-Nya, khususnya di Paroki Tomang - Gereja MBK.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |