Asri-MBK Semangat Membantu Para Seminaris

 bnj  |     17 Apr 2017, 22:35

Luk 10:2, Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit...

Yeremia 3:15, gembala-gembala akan Ku angkat bagimu sesuai dengan hati-Ku...

Seminari berasal dari kata Seminarium dari bahasa Latin yang terbentuk dari kata dasar semen-seminis (bibit), artinya benih. Seminari secara harafiah berarti tempat penyemaian benih. Maksudnya, benih panggilan rohani yang ada pada seseorang, disemaikan dengan pendidikan di Seminari.

Di Gereja Katolik ada tiga jenjang pendidikan di Seminari, Seminari Kecil (setingkat SMP), Seminari Menengah (setingkat SMA) dan Seminari Tinggi (setingkat perguruan tinggi). Tujuan akhir pendidikan seminari adalah membentuk seseorang menjadi clericus atau minister sacer, pelayan suci.

Berdasarkan data dari GOTAUS (Gerakan Orangtua Asuh untuk Seminaris), per Mei 2005, ada sekira 4.105 siswa Seminari Menengah (setingkat SMA), data siswa Seminari Kecil (setingkat SMP) dan Seminari Tinggi (setingkat Perguruan Tinggi) tidak diperoleh.

Data yang lebih lawas diperoleh dari buku: Indonesianisasi Dari Gereja Katolik di Indonesia menjadi Gereja Katolik Indonesia, Oleh Dr Huub JWM Boelaars, OFM Cap. Tahun 1970: Siswa Seminari Menengah (2.402 orang), Siswa Seminari Tinggi (388 orang). Tahun 1980: Siswa Seminari Menengah (2.704 orang), Siswa Seminari Tinggi (959 orang). Tahun 1990: Siswa Seminari Menengah (2.767 orang), Siswa Seminari Tinggi (2.443 orang).

Sementara pertambahan jumlah Imam Sekular dan Regular 1970-1990 berdasarkan data dari buku tersebut di atas, Tahun 1970: Imam Diosesan (124 orang), Imam Regular (262 orang). Tahun 1980: Imam Diosesan (384 orang), Imam Regular (614 orang). Tahun 1990: Imam Diosesan (1.014 orang), Imam Regular (1.429 orang) - sumber tambahan: data statistik personalia, 1990, KWI.

Pada 2011, Sesawi.net pernah menurunkan tulisan wawancara dengan Romo Managamtua Simbolon SJ, tentang kegalauannya seputar biaya pendidikan di Seminari Menengah Santo Petrus Canisius, Mertoyudan, Magelang.

Romo Managamtua yang pernah menjadi pamong di Seminari Mertoyudan selama dua tahun menyebutkan, dirinya pernah merasa heran kenapa pastor paroki Gereja Promasan di Sendangsono, Yogyakarta justru mengirimkan anak didiknya ke seminari di Bogor, padahal promasan kan dekat sekali dengan Mertoyudan.

"Jawabannya karena Seminari Mertoyudan terlalu mahal. (Saat itu tahun 2011) sebulan mencapai 1.800.000 rupiah. Ini pun yang bisa membayar hanya dua orang, sisanya yang berjumlah 249 anak hanya bisa membayar setengahnya, rata-rata 700 hingga 800 ribu rupiah saja per bulan," ujar pastor yang kerap disapa Romo Agam ini.

"Jangan salah pula. Ada seminaris yang selama tiga/empat tahun pendidikan bahkan tidak pernah membayar sekolahnya. Tetapi karena pihak seminari merasa bahwa panggilan anak ini sangat kuat dibantulah," tambah Romo Agam.

Seminari Di Indonesia

Menurut data yang dihimpun tahun 2005, di Indonesia terdapat 31 Seminari Menengah, tiga KPA, 12 TOR dan 13 Seminari Tinggi. Berdasarkan data tersebut, Seminari Menengah di Indonesia dibedakan sesuai tingkatnya. Seminari Menengah tingkat SMP, menerima para seminaris setelah menamatkan Sekolah Dasar (SD). Di sini mereka belajar selama tiga tahun, mengikuti kurikulum SMP pada umumnya, ditambah dengan beberapa materi pelajaran khas Seminari.

Beberapa Seminari Menengah tingkat SMP di Indonesia: Seminari Tuke, Keuskupan Denpasar, Seminari Maumere untuk Keuskupan Agung Ende, Seminari Kisol untuk Keuskupan Ruteng, Seminari Saumlaki untuk Keuskupan Ambon, dan Seminari Aimas untuk Keuskupan Sorong.

Seminari Menengah tingkat SMU merupakan jenjang yang paling banyak siswanya. Para siswa diterima sesudah menamatkan SMP. Di sini mereka mengikuti tiga tahun pendidikan memenuhi kurikulum pemerintah plus kurikulum Seminari, sekaligus dengan tambahan satu tahun, bisa di tahun pertama memasuki Seminari (disebut KPP: Kelas Persiapan Pertama) atau ditambahkan sesudah melewatkan tiga tahun pendidikan SMUnya (disebut KPA: kelas persiapan akhir).

Seminari Menengah KPA (Kelas Persiapan Atas) adalah sebuah seminari yang melayani mereka yang disebut mengalami "panggilan terlambat", artinya yang memutuskan menjadi calon imam sesudah menamatkan SMU, bahkan sesudah kuliah atau bekerja. Mereka mengikuti pembinaan khusus minimal selama satu tahun dan berdasarkan kebutuhan ada yang sampai dua tahun.

Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) merupakan tempat pembinaan khusus benih-benih panggilan bagi mereka yang telah menamatkan Seminari Menengah tingkat SMU atau Seminari Menengah KPA, dan yang memilih menjadi calon imam diosesan atau imam praja. Selama setahun mereka mengalami pembinaan khusus di bidang kepribadian dan kerohanian sekaligus untuk lebih mengenal dan menghayati seluk beluk imam diosesan.

Seminari Tinggi adalah jenjang pembinaan terakhir dari para calon imam sesudah mereka mengikuti Seminari Tahun Orientasi Rohani. Biasanya pendidikan yang ditempuh di sini selama enam tahun kuliah ditambah satu tahun praktik Tahun Orientasi Pastoral.

Membentuk ASRI-MBK

Romo Diosesan Terry Ponomban pernah menulis tentang pembinaan panggilan di Seminari, "Terlalu berat bagi seorang Rektor Seminari untuk memikirkan pembinaan seminaris sekaligus harus mengurus pembelian semen, dana perpustakaan, pencarian uang untuk pembayaran hutang di Rumah Sakit atau Puskesmas, peningkatan kesejahteraan guru agar mereka tidak lari dan pindah mengajar ke sekolah lain yang bisa membayar lebih tinggi."

Memang, jika dihitung, biaya para seminaris tidak murah. Dan menurut Nixon Jacobus Silfanus, Wakil Ketua Dewan Paroki Harian Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) tidak semua seminaris berasal dari kalangan masyarakat atau umat yang mampu secara finansial. Sebagai ilustrasi, untuk pendidikan Seminaris di Seminari Menengah (setingkat SMA) - dibutuhkan dana sekira 30 jutaan. Biaya tersebut untuk biaya pendidikan satu tahun, plus biaya makan dan minum, plus biaya asrama.

Jika diurai, satu bulan setiap siswa Seminari Menengah rata-rata harus membayar sekira 2.500.000 rupiah. Biaya tersebut untuk membayar makan tiga kali, makanan kecil (potus) dua kali, listrik, air, penginapan, fasilitas olahraga, rekreasi, musik, dan yang paling utama biaya pendidikan. "Biaya sebesar itu, apabila dibebankan kepada Keuskupan atau Paroki asal Seminaris memang cukup berat," kata Nixon.

Alasan inilah yang yang mendasari keinginan Nixon dan beberapa anggota DPH Gereja MBK untuk membentuk ASRI-MBK (Ayo Seminari-Maria Bunda Karmel), yang soft launching sekaligus hari lahirnya ASRI-MBK dilaksanakan pada 8 Januari 2017, yang lalu.

"Mengapa ASRI, ini berangkat dari keprihatian kita karena jumlah panggilan sebagai imam makin menurun sedangkan perkembangan umat makin meningkat. Rasio antara imam dan umat sangat tidak memadai. Di MBK sendiri rata-rata seorang Imam melayani sekitar 4.000-an umat. Idealnya sekira 1.500-2.000 umat," ungkap Wakil DPH Gereja MBK ini.

Bagi Gereja Katolik, Imam menjadi ujung tombak pelayanan sakramen dan kehidupan menggereja bagi seluruh umat Katolik. Selain itu, biaya pendidikan imam juga sangat mahal, apalagi jika harus dibebankan kepada Ordo, Kongregasi, atau Keuskupan. "Ekaristi adalah puncak iman kita. Gereja menimba hidup dari Ekaristi - Ecclesia de Eucharistia vivit. Tidak pernah ada Ekaristi tanpa seorang imam dan begitu pula sebaliknya," tambah Nixon.

Untuk itulah, Nixon berharap ASRI-MBK bisa menjadi wadah utama umat Katolik yang ingin berpartipasi dalam mendukung biaya pendidikan calon imam. "Tidak ada batasan berapa pun nilainya. Perlu saya tegaskan, partisipasi dukungan dana tersebut untuk seminari seluruh Indonesia. Bukan hanya yang di pulau Jawa atau Ordo Karmel. Semua," kata Nixon.

Gerakan SERBU

Nixon menjelaskan, ASRI-MBK yang berada di bawah naungan Gereja MBK, akan mengumpulkan, mengelola dan mengembangkan dana untuk pendidikan calon Imam secara profesional, transparan dan akuntabel. Selain itu, ASRI-MBK juga akan menggali potensi umat untuk berkontribusi dalam pendidikan calon Imam secara nyata, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

"ASRI-MBK adalah sebuah gerakan untuk mengajak umat ikut ambil bagian dalam panggilan imamat yang mulia ini. Kita ketahui Ordo/Kongregasi/Keuskupan sangat butuh uluran tangan dan partisipasi umat. Karena ini sebuah gerakan bersama umat, selain uluran tangan umat berupa dana sumbangan langsung dan gerakan SERBU," jelas Nixon.

Gerakan SERBU, merupakan kepanjangan dari menabung seribu rupiah oleh umat disertai dengan doa agar benih-benih panggilan bisa bersemi kembali. Mengapa gerakan Serbu, menurut Nixon, pertimbangannya adalah supaya seluruh umat Paroki Tomang, Gereja MBK yang jumlahnya sekira 5.000 KK (Kepala Keluarga) dari seluruh lapisan ekonomi bisa ikut merasakan membantu pendidikan para Seminaris dan calon Imam.

Launching gerakan Serbu telah dilaksanakan dan diresmikan oleh Romo Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm saat rapat DP (Dewan Paroki) Pleno, pada 19 Februari 2017, dengan membagikan celengan kepada seluruh Kaling (Ketua Lingkungan) untuk dibagikan kepada seluruh umat Paroki Tomang, Gereja MBK.

Menurut Nixon, gerakan Serbu ini memang sederhana. "Jika setiap kepala keluarga menabung seribu sehari saja. Dalam satu hari sudah terkumpul 5.000.000 rupiah untuk para seminaris dan calon Imam," jelasnya.

Soal pendistribusian bantuan pendidikan? "Bantuan kita berikan kepada Seminaris yang benar-benar membutuhkan. Tidak terbatas hanya Seminaris yang masih belajar di Seminari Menengah, namun juga para Frater yang belajar di Seminari Tinggi, di seluruh Indonesia," jelas Nixon.

Tujuan ASRI-MBK ingin membantu pendidikan calon imam secara total. Baik yang masih menempuh pendidikan di Seminari Menengah (setingkat SMA), maupun yang sudah menempuh pendidikan di Seminari Tinggi (Perguruan Tinggi).

"Sekali lagi saya tegaskan, bantuan ASRI-MBK adalah untuk para siswa yang masih menempuh pendidikan baik di Seminari Menengah maupun Seminari Tinggi. Jika mereka gagal atau keluar, ya otomatis bantuan berhenti," jelas Nixon.


"Soal berapa lama bantuan diberikan? Selama masa pendidikan. Sesuai aturan Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Tentunya, pihak Seminari akan memberikan laporan status dan progres para siswa yang mendapat bantuan. Lalu, ASRI-MBK akan mengevaluasi," ujar Nixon menutup pembicaraan.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi