Membangun Kecukupan Pangan Bagi Semua Gereja Sebagai Komunitas Barbagi

  14 Oct 2012, 14:48

A. Manusia dengan Sumber Daya Pangan.

Pada hari keenam, manusia diciptakan Allah sebagai puncak dari segala makhluk ciptaan Allah. Allah memberi perhatian istimewa dan memberkati mereka serta memberi perintah untuk beranak cucu dan menguasai segala binatang, memberi segala tumbuhan berbiji dan pohon-pohonan yang buahnya berbiji sebagai makanan mereka.

Sudah seharusnya Manusia menyadari bahwa kuasa yang diberikan Allah bukanlah kuasa untuk memanipulasi dan mendominasi. Peran Allah dalam mencipta dan memelihara seluruh alam raya, juga menjadi tugas manusia. Manusia harus membangun kembali alam yang rusak serta memelihara kelestariannya. Dengan demikian alam semesta sebagai sumber daya dukung pangan bagi kebutuhan hidup manusia dapat terjaga dan memenuhi kecukupan pangan bagi kelangsungan hidup manusia.

B. Situasi dan Kondisi Pangan Indonesia

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang permintaannya terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan pengkatan kualitas hidup Pada saat ini situasi pangan di Indonesia cukup kritis. Lemahnya kemampuan Indonesia dalam memproduksi aneka bahan pangan menyebabkan besarnya ketergantungan terhadap pangan impor. Lemahnya produksi pangan nasional salah satunya.

Kemampuan produksi pangan yang berbeda antar wilayah dan akibat perbedaab musim/iklim juga merupakan tantangan pendistribusian pangan kepada konsumen di seluruh wilayah sepanjang waktu. Sering terjadi ketidakstabilan pasokan menimbulkan kelangkaan dan kenaikan harga pangan. Masalah distribusi pangan juga disebabkan terbatasnya prasarana dan sarana transportasi khususnya di daerah terpencil, keterbatasan sarana dan prasarana angkutan darat dan antar pulau, pungutan resmi dan tidak resmi, tingginya biaya angkutan dan gangguan keamanan sering menjadi penyebab daerah terpencil kekurangan persediaan pangan.

C. Membangun Sistem Pangan Komunitas.

Tujuan sistem pangan kumunitas adalah mengembalikan pangan seba-gai hak rakyat, dengan cara melokalisasi pangan. Sistem pangan kojal menjadi perlawanan terhadap sistem pangan global yang dimotori perusahaan transnasional. Sebagai hak asasi paling dasar, pangan harus berada dalam kendali rakyat agar pemenuhannya dapat terjamin dan berkelanjutan. Sistem ini diharapkan mampu membuat masyarakat lebih tahan atau lentur terhadap gempuran globalisasi, perubahan iklim dan tantangan lainnya.

D. Gereja Sebagai Komunitas berbagi Pangan.

Kehadiran dan keterlibatan Gereja di tengah-tengah umat manusia yang mengalami situasi dan kondisi krisis pangan sebagai akibat perilaku manusia yang tidak adil dan serakah, yang mengancam keutuhan ciptaan dan merusak sumber-sumber pangan akan menjadi sangat nyata. Gereja perlu menyadari bahwa kehadiran dan keterlibatan penyadaran kemanusiaan dalam hal tata kelola pangan bukanlah semata-mata persoalan teknis, tetapi bagaimana menyadarkan umat bersama masyarakat menemukan dan menata kembali pemanfaatan alam semesta yang berkeadilan sosial dan keutuhan ciptaan dan mencari jalan alternative untuk pemenuhan kebutuhan dan kecukupan pangan bagi se-mua. Membangun sistem komunitas pangan adalah salah satu alternatif yang bisa dibuat oleh Gereja sebagai komunitas murid-murid Kristus. Ekaristi sebagai pusat dan puncak liturgi Gereja yang dihayati dan dihidupi umat bisa menjadi dasar dan inspirasi untuk mengembangkan Gereja sebagai komunitas berbagi pangan.

Gereja sebagai komunitas berbagi pangan bisa dikembangkan di kelompok-kelompok basis, lingkungan, wilayah, stasi, paroki. Dalam konteks ketegorial, bisa juga dikembangkan di sekolah-sekolah, komunitas religius atau organisasi kemasyarakatan.Solidaritas, subsidiaritas dan kemandirian menjadi semangat dasar. Beberapa contoh yang memungkinkan untuk membangun kecukupan pangan adalah:

Membangun Lumbung Pangan.Lumbung pangan bisa diartikan sebagai wadah/tempat untuk menyimpan hasil pangan yang dapat digunakan saat-saat tertentu atau juga bisa diartikan sebagai sarana gerakan solidaritas pangan. Lumbung pangan ini bisa dibuat oleh Gereja mulai dari tingkat paroki sampai lingkungan atau kelompok basis. Tujuan lumbung pangan ini adalah untuk mengembangkan nilai kesetiakawanan sosial dalam berbagai pangan, terutama kepada mereka yang berkekurangan pangan.

Komunitas Mandiri Pangan. Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan yang dikelola komunitas yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup dan berkelanjutan sampai pada tingkat keluarga sebagai komunitas yang terkecil dari masyarakat. Kemandirian pangan dapat dilaksanakan dengan menata kelola lahan pekarangan. Gereja sebagai komunitas murid Kristus bisa menjadi "terang dan garam" untuk mempelopori dan menganimasi ter-bangunnya gerakan komunitas mandiri pangan ini.

Keanekaragaman Pangan.Walau pangan tidak sama dengan beras tetapi beras adalah salah satu bagian dari pangan yang ada. Mengembangkan aneka ragam pangan termasuk non beras (umbi-umbian) akan mendorong pemenuhan kebutuhan pangan dan bisa menjadi alternative "selingan" beras dalam konsumsi pangan sehari-hari.

Hormati dan Hargai Pangan.Lembaga formal pendidikan Katolik dapat menjadi tempat pendidikan pangan yang berkeadilan dan cinta kasih sehingga kebiasaan buruk tidak menghargai pangam seperti kebiasaan menyisahkan makanan (membuang-buang makanan) bisa dihilangkan.

PenutupHari Pangan Sedunia Gereja Katolik sebagai gerakan moral keutuhan ciptaan, mengarahkan dan menggerakan umat untuk mempunyairasa hormat kepada ciptaan, alam semesta sebagai tempat dan singgasana Allah. Oleh karena itu Gereja sebagai Sakramen Keselamatan Allah, mengemban tugas perutusan untuk ikut terlibat dalam menata alam semesta dengan adil dan cinta kasih. Dengan demikian, Gereja sebagai komunitas pangan secara nyata hadir dalam membangun kecukupan pangan bagi semua.

Diringkas dari leaflet Peringatan HPS- Gereja Katolik Indonesia

(Joel-Thomas 1-Wilayah I)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi