Anak: Nurut Kata Siapa Ya?

  14 Oct 2012, 14:44

Terinspirasi oleh tulisan Rm. Poespowardojo O. Carm dalam WartaMinggu edisi 30 September 2012 berjudul "Jangan Menyesatkan Anak Kecil", penulis tergelitik untuk memberi sedikit tambahan atas tulisan itu. Penulis setuju dengan pendapat romo bahwa anak adalah peniru ulung. Pernah penulis melihat seorang ibu yang berteriak kepada anaknya "Jangan teriak-teriak!" Dalam hati penulis berujar, "Nah, wong ibunya saja teriak, tapi nyuruh anak jangan teriak."

Anak: Nurut Kata Siapa Ya?

Sebagai mahasiswa S2 yang mengambil jurusan psikologi bidang klinis anak dan pendidikan, penulis seringkali dimintai saran mengenai cara menangani ulah anak yang suka membuat orangtua pusing tak karuan. Tak jarang pula penulis menemukan bahwa sebenarnya para orangtua hanya butuh curhat. Atau mungkin juga karena konsultasi yang diberikan masih bertarif Rp 0, maka saran dianggap tidak berharga.

Perubahan perilaku yang diharapkan dari seorang anak menuntut ada-nya suatu introspeksi dari orangtua. Perilaku seseorang, selain dipengaruhi oleh faktor internal (keluarga), juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (sekolah, tetangga, kantor, dan lain-lain).

Faktor internal, yaitu keluarga, mencakup di dalamnya seluruh orang yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari selama anak di rumah. Oleh karena itu, kakek, nenek, tante, paman, sepupu, atau babysitter dan pembantu sekalipun, yang tinggal serumah dengan si anak, dimungkinkan tergolong dalam faktor internal. Suami isteri saja masih sering berbeda pendapat saat mengasuh anak, apalagi ditambah dengan figur-figur lain yang semakin menambah kerumitan pola asuh yang harus diterima anak setiap hari.

Beberapa dari kita, mungkin pernah mengalami bagaimana rasanya mempunyai lebih dari satu atasan yang memberikan instruksi berbeda. Nurut dengan yang A, ditegur oleh yang B. Nurut dengan yang B, diocehi oleh yang A. Anak yang memperoleh pola asuh yang berbeda-beda juga mengalami kondisi yang serupa, bingung siapa yang harus dipatuhi.

Permasalahan yang terlihat pada seorang anak tidak hanya melibatkan anak seorang diri, namun juga keluarga sebagai faktor primer. Dalam hal ini, tentu saja orangtua mempunyai tanggung jawab terbesar. Oleh se-bab itu, jika orangtua menginginkan adanya perubahan perilaku pada anak, orangtua juga memiliki PR demi tercapainya tujuan tersebut.

Tuntutan tidak melulu ditujukan pada anak namun juga seharusnya pada diri orangtua yang bersangkutan. Cermati pola asuh yang selama ini dijalankan dalam keluarga dan berusaha mencari solusi dari perbedaan yang ada sehingga anak tidak bingung apakah harus nurut dengan papa atau mama atau kakek atau nenek atau babysitter atau dan lain-lain.

(Fransiska Susilo-Lingkungan MBR 1)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi