Wajah Allah dalam Gerakan Pramuka

 Helena D. Justicia  |     14 Aug 2016, 11:57

Sering kita menjumpai anak-anak muda yang memakai seragam warna cokelat di sekolah atau dalam suatu kegiatan. Pramuka, demikian orang mengenal mereka. Tak banyak yang kita ketahui. Barangkali Pramuka bagi kita hanya sebatas kegiatan mencari jejak, membuat sandi, atau pelatihan di alam terbuka.

Wajah Allah dalam Gerakan Pramuka

Padahal, orang mengingat Lord Baden Powell (1857-1941) yang dikenal sebagai Pendiri Gerakan Kepanduan, bukan hanya karena keterampilan hidup yang dimilikinya. Powell disukai karena cerdas, lucu, dan selalu gembira. Karakter itulah yang mewarnai seluruh perjalanan hidupnya, juga saat menjadi tentara dan ketika menulis buku Aids to Scouting.

Buku kecil yang awalnya hanyalah materi pelatihan untuk tentara Inggris, terjual laris dan banyak digunakan oleh para guru dalam mendidik muridnya. Powell lantas mengembangkan gerakan kepanduan itu, dengan cara menulis lebih banyak buku dan memberikan pelatihan bagi orang-orang muda. Sejak saat itu, bermunculanlah kelompok-kelompok kepanduan yang menggunakan metode Powell.

Gerakan kepanduan di Indonesia, kendati baru diperkenalkan secara nasional pada 14 Agustus 1961, memiliki riwayat sejarah yang cukup panjang. Gerakan kepanduan pertama berdiri pada 1923 di Bandung, disusul munculnya gerakan-gerakan lain. Akhirnya, Presiden Soekarno menyatukan seluruh gerakan itu menjadi Pramuka, singkatan dari Praja Muda Karana (orang muda yang senang berkarya).

Anggota Pramuka terikat dalam janji Trisatya, meliputi kewajiban terhadap Allah, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila, serta menolong sesama dan membangun masyarakat. Mereka juga harus menepati Dasa Darma, ajaran moral dalam Pramuka. Dengan demikian, Pramuka pertama-tama adalah suatu bentuk pendidikan karakter bagi orang muda. Berbagai kegiatan yang dilakukan adalah sarana untuk mengembangkan karakter itu.

Tak heran, jika di lingkup komunitas Katolik, para imamlah yang menjadi pembina Pramuka, khususnya yang bergerak dalam bidang katekese. Bahkan, Konferensi Internasional Kepanduan Katolik (International Catholic Conference of Scouting) menegaskan menjadi pandu Katolik berarti menyebarkan rasa keadilan, melakukan pelayanan kepada umat manusia serta berkomitmen pada perdamaian.

Itulah nilai-nilai yang diajarkan Kristus sendiri. Menjadi Pramuka, bagi orang muda Katolik, tak lain dan tak bukan, menjadi imitatio Christi; menampilkan wajah Kristus sendiri.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi