Apakah Preman Mengenal HAM

  11 Apr 2013, 18:32

Dalam kamus sepakbola bila Anda dicurangi permainan kasar, jangan dibalas dengan kekasaran pula apalagi dilihat wasit. Anda pasti kena hukuman kartu merah, sementara mereka yang menyurangi malah tertawa-tawa bebas. Ingat final Piala Dunia 2006, Perancis vs Italia ketika Zidane menanduk kepala Marco Materazzi, gara-gara Zidane diintimidasi "ibumu pelacur". Zidane diusir wasit keluar lapangan.

Belum lama ini adik ipar saya, ditodong pistol oleh salah satu preman Jakarta. Gara-gara adik tak mau memberi uang hasil perjuangannya selama 20 tahun menuntut hak tanah leluhurnya yang diduduki tak sah oleh instansi pemerintah. "Enak saja wong tidak ikut menanam, kok, mau ikut panenan?" Adik meneruskan perjuangan almarhum ayahnya dengan "keringat-darah-airmata" menuntut haknya. Puji Tuhan! nggak kena door!

Namun waktu itu ia tak mau mem­balas, dan lapor baik-baik ke polisi minta perlindungan. Entah apakah kami juga punya kekuatan, sehingga divisi pengamanan propam Polisi tang­gap. Namun rasa keamanan terhadapkeluarga terus menggelayutinya sampai sekarang. Ini hanya sekedar con­toh nyata salah satu korban preman. Di mana puluhan bahkan ratusan korban preman lainnya? Sampai ter­bunuh pun yang tidak punya kekuatan apa-apa tetap menjadi silent victims. Korban lainnya coba tanyakan kepada warga penghuni di sebagian daerah Bintaro yang bertahun-tahun diper­mainkan preman. Setiap ingin merenovasi/

membangun rumah, setiap material yang masuk perumahan diberi pajak. Bahkan pajak disesuaikan dengan jumlah batu bata yang dipe­san. Juga pengiriman barang-barang rumah tangga tak kenal ampun harus bayar pajak. Ketika ada warga yang berani melawan, warga bersorak seperti ada pembela. Karena selama bertahun-tahun lapor polisi pun per­cuma.

Kita ingat ketika tahun 1983 di mana-mana preman di "petrus". Mulanya, di Yogyakarta preman yang dikenal dengan sebutan Gali merajalela dan dari sanalah dimulai penembakan preman dimulai. Kini di Yogyakarta terulang kembali peristiwa Cebongan yang hampir sama. Siapa yang benar, tergantung dari sudut pandang mana kita memandangnya. Namun yang pasti, HAM telah digilas!

Di zaman demokrasi sekarang semua orang bicara bebas meski hanya asbun asal bunyi. Difasilitasi kebebasan dan perangkat teknologi informasi, HAM menjadi topik utamanya. Namun tak satupun para korban preman diberi ruang untuk bicara. Apalagi para korban yang salah satu anggotanya terbunuh oleh preman. Celoteh ramai di media massa, yang selalu terbawa arus massa, penuh opini sampah atau bahasa kerennya talking news. Persis keramaian pasar, banyak kejadian tanpa peristiwa. Ada peristiwa tanpa cerita. Para penjual banyak "bersumpah" bahwa "kalau jual segitu belum untung. Sumpah! belinya saja sudah mahal!"

Lalu, coba lagi tanyakan kepada para pedagang dari kaki lima sampai pertokoan di mana saja, sopir-sopir angkot pasti tidak bebas dari pungu-tan para preman. Maka jika ada yang berani melawan preman, apalagi dengan shock therapy maka semua bersorak. Dan semua itu yang kata-nya"hukum rimba" tak akan terjadi jikaaparat keamanan menjalankan fungsinya dengan baik. Menegakkan hukum secara adil.

Terutama kita, kaum minoritas menunggu tegaknya hukum yang adil ter­hadap preman-preman yang menyan­troni tempat beribadah maupun warga yang sedang menjalankan ibadahnya di rumah masing-masing.

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi