Simbolisme Liturgi Ekaristi Katolik

  13 Jun 2011, 17:42

Liturgi Katolik merupakan pengalaman iman dan estetis akan kehadiran Kristus yang menyelamatkan, yang diekspresikan melalui tindakan ibadah, penataan ruang disertai fasilitas ibadah liturgi. Sifat gereja yang "satu" menuntut suatu communio dengan gereja Roma, "kudus" karena Kristus adalah kepala tubuh mistik gereja-Nya dan Roh Kudus berkarya memanggil umat untuk hidup kudus di dunia, "katolik" karena mewartakan seluruh Injil Kristus terbuka bagi segala bangsa dan kehidupan serta "apostolik" berkat pewartaannya sesuai Alkitab, Tradisi dan Magisterium dalam bahasa yang mudah dimengerti. Liturgi (Yunani: leitourgia) ber arti pelayanan yang dibaktikan bagi publik/umat, dengan liturgi ekaristi (Yunani: eucharista - syukur) sebagai perayaan bersama umat memuliakan Allah akan misteri karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Simbolisme dalam gereja Katolik memperlihatkan pemahaman transformatif mendalam antara pertemuan dua budaya, yakni antara iman Kristiani dengan suatu bangsa yang memiliki tradisi yang khas.

Dalam perayaan Ekaristi manusia menjawab dengan melakukan tindakan yang menggunakan semua indra manusia antara lain berdiri dan berjalan untuk mengungkapkan umat Allah yang berziarah dan bergerak, duduk untuk melambangkan kesiapsediaan umat mendengarkan Sabda, dengan sikap menunduk atau tangan terkatup sebagai sikap hormat saat tak Sabda Tuhan. Tata ibadah liturgi Katolik dimulai dengan 1) ritus pembuka (lagu pembukaan, tanda salib, pemberian salam, kata pembukaan, pernyataan tobat, seruan "Tuhan kasihanilah kami", madah kemuliaan dan doa pembuka). 2) liturgi sabda (bacaan I: perjanjian lama dan mazmur tanggapan, bacaan II: perjanjian baru, bait pengantar injil: Alleluia, bacaan III: Injil, homili, aku percaya dan doa umat), 3) liturgi ekaristi (persiapan persembahan, doa persembahan, doa syukur agung: prefasi yang kudus sebagai ucapan syukur atas karya penyelamatan Allah, doa ekaristi dengan konsekrasi dan anamnese, persiapan 4) komuni: doa Bapa kami, embolisme, doa damai, salam damai, disusul dengan pemecahan hosti, Anak domba Allah, menyambut komuni, dan 5) penutup doa sesudah komuni (pengumuman, berkat, doa pengutusan), berkat dan pengutusan.

Urutan ini sesuai pandangan Soren Kierkegaard bahwa kehidupan manusia mengalami 3 tingkatan yaitu estetis, etis dan religius. Dalam kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia dan menuangkannya dalam karya-karyanya, dalam tingkat etis berusaha meningkatkannya dalam bentuk tindakan bebas yang dapat dipertanggungjawabkan kepada sesama meningkatkan kualitas kekudusan dan secara religius sadar bahwa hidup harus mempunyai tujuan.

Simbolisme Ekaristi membantu dialog dengan Tuhan yang menawarkan persatuan dengan-Nya, memampukan melaksanakan pengutusan-Nya sebagai jawaban atas kerahiman karya keselamatan-Nya. Etika berpakaian yang membuat "sepet" mata. Karena acuh tak acuh bercelana pendek sedengkul, kaos oblong, sandal jepit, ribut ber HP ria serta game, atau pakaian bagai ke disco memang umumnya tak dibahas dalam sosialisasi bulinas, namun tanpa menghakimi patut disadari adalah cermin pemahaman kita akan liturgi ekaristi juga. Menghayati interaksi dengan Tuhan dalam liturgi setelah sosialisasi liturgi Ekaristi semoga ada metanoia berupa kesediaan mampu merubah hidup, tidak lagi bersikap acuh tak acuh sebagai ekspresi jawaban perjumpaan dengan Tuhan Yang Mahakasih dan Maharahim acuan keselamatan jiwa dalam hidup.

(Ansano Widagdyo - Ratu Damai 4,Sumber: Makalah Laksmi Kusuma Wardani,dosen Seni dan Desain Universitas Petra).

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi