Masihkah RRI Mengudara?

  10 Sep 2011, 06:25

Kalau ditanyakan kepada generasi muda sekarang - apa kepanjangan RRI - mungkin malah balik bertanya - apa sih RRI itu? Andaikan dipanjangkan dengan Radio Republik Indonesia, jawabnya cepat: O, saya tidak pernah dengar. Bukan hanya generasi muda saja yang "asing" dengan kehadiran siaran RRI, mereka "orang orang republikein" merasa ada sesuatu yang "hilang" dari semangat siaran RRI di jaman ini dibanding saat revolusi. RRI memang lahir di tengah kancah revolusi saat Republik Indonesia baru berusia 42 hari. Radio dikukuhkan dengan kecepatan penyiarannya lewat udara. Berita pendaratan penerbangan solo Charles Linbergh dari New York lewat samudra Atlantik ke Paris th 1927.disiarkan menyamai kecepatan Vfc Talu beberapa hari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Pegangsaan Timur 56, Yusuf Ronodipuro bersama angkasawan lain menyiarkan text proklamasi lewat RRI. Duma terpana, Republik Indonesia telah hadir di jajaran bangsa bangsa merdeka. RRI dengan panji Triprasetya dan semboyan Sekali di udara tetap di udara benar benar merajai angkasa Indonesia dan menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat. Singkat ceritera, RRI dengan usia setua republik ini telah mengantongi jam terbang yang luar biasa. Namun semua telah menjadi sejarah. Pemerintah dengan Open sky policynya menjadikan RRI bukan satu-satunya stasiun penyiaran radio. Bagaimana RRI hari ini di tengah menjamurnya stasiun radio yang ada di tiap kota di Indonesia?

Masihkah RRI Mengudara?

Bukan sekedar kecepatan dan kesegeraan (imidiacy) penyiaran melainkan atraktif persuasive dan segarnya acara. Semisal siaran kata (speech programs) mengetengahkan hal-hal actual dan penting. Populer pembahasannya dengan bahasa yang mudah difahami. Di radio bahasa dengan segala pemahamannya adalah utama. Berita seharusnya mengantongi persyaratan accuracy (tepat), brevity (singkat), clarity (jelas) simplicity (praktis) dan sincerity (bisa dipercaya). Penyampaiannya pun lugas, sebagai layaknya berita. Demikian dengan acara acara hiburan. Musik, wayang, lawak, sandiwara radio dan lain-lain. Untuk jenis ini RRI masih "ngugemi" pakem-pakem ber-radio.

Namun apa yang kita tangkap lewat berseliwerannya radio swasta nasional di langit kita? Penyiar radio bicara seakan dengan teman karib dengan bahasa yang tidak arif, bahasa gaul kilahnya. Mereka mengira pendengar hanya gerombolan anak anak ABG. Sebagai penyiar radio suara harus "microphonish". Dalil ini pun diterabas dengan bebas. Penyiar bersuara cempreng macam kaleng gepeng, tak masalah. Konon malah menjadi trademark Apakah RRI tidak merasa "gerah" di tengah ribuan acara seperti itu? Hanya orang RRI yang tahu. Yang jelas "kapling langit" RRI menyempit, persaingan makin sengit. Apa jawabnya? Renaissance! Menemukan semangat kreatif kembali seyakin penyiar berita: Radio Republik Indonesia dengan warta berita, dibacakan oleh ........ (belum sempat nama terucap radio sudah ganti gelombang).

RRI masih di udara, hanya entah dimana.

(Suwanto Soewandi - St Benedictus)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi