Maria Sebagai Teladan Imam
6 May 2011, 20:39
Maria ditetapkan sebagai Ibu Gereja karena pelbagai alasan. Sebagai ibu ia melindungi kaum beriman, memenuhi kebutuhannya terutama di saat-saat kelam dan mendesak serta membantu mengasuh tubuh mistik pada masa apostolik. Meneladani Maria imam berusaha mencapai kekudusan bukan karena misi, melainkan karena menghyayati imannya dalam paradig-ma yang dianut semua umat Katolik, dalam kedekatan kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi. Adalah melalui bibir imam, Kristus dihadirkan di altar saat konsekrasi dalam misa.
Tidaklah mengherankan imam diidentifikasikan dalam sejarah Katolik sebagai "alter Christi" (Kristus yang lain), karena mempunyai privilese (hak istimewa) menghadirkan Kristus di tengah kita. Imam harus meneladani Maria, karena kedekatan dengan Yesus semata acap kali belumlah cukup. Yudas dekat dengan Yesus saat ia mencium Dia, Pilatus dekat dengan Kristus saat menghakimi-Nya, serta sedekat mereka yang mere-ka yang memakukannya di kayu salib. Berlainan dengan mereka, Maria tak hanya dekat, namun juga amat mengenal-Nya. J.A Gianto dalam pencerahannya pernah bertanya pada kita: "Tahu atau kenal?" akan Kristus. Kedekatan tak identik dengan intimasi yang terbentuk oleh pengenalan.
Kedekatan dengan Kristus menjadi tragedi dan kekeliruan bila kedekatan spiritual tidaklah dikembangkan, melainkan memperlihatkan degenerasi dalam sikap kasual, acuh tak acuh, ritual semata yang menjauhi Kristus. Hubungan suami dan istri yang hidup bersama, namun tidak berkembang dalam kasih serta intimasi spiritual akan amat menyakitkan dan bila memburuk tak akan tertanggungkan. Tak ada derita lebih buruk daripada derita mereka yang amat dekat secara badaniah namun amat terpisah dalam jiwa. Adalah tugas dan kewajiban kita sebagai anggota tubuh mistik Kristus untuk membantu para imam agar situasi ini tak pernah terjadi, karena pada keintiman denganYesus keefektifan imamat bergantung.
Kita sangat sadar betapa buruknya akibat ketidak-kudusan seorang imam, demikian pula ketidaksetiaan pada Penebus kita. Iman Maria adalah iman kepercayaan penuh. Seorang diri ia menjadi jembatan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada pesta di Kana saat kehabisan anggur tanpa ragu-ragu ia pergi memberitahu Putranya "Mereka kehabisan anggur". Teguran Kristus bahwa saatnya belum tiba tak menghentikannya segera memberitahu para pelayan "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu". Tak hanya iman Maria penuh kepercayaan, juga penuh kasih dan murah hati, yang mengungkapkan buah-buah yang akan dihasilkan kasih dalam usaha-usaha baik orang Katolik. Disamping iman, kita harus penuh kasih.
Umat Katolik perlu juga belajar me-nahan diri tak terburu-buru menyalahkan imam, terutama lewat kebiasaan "gossip" seperti Maria acap menyimpan rahasia dalam hatinya. Imam tak hanya mempersembahkan Kurban Misa "in persona Christi", namun mempersembahkan diri sendiri, sebab melalui kere-laan menderita untuk Kristus mereka diberkati (yang berarti bahagia) karena akan memperoleh pemenuhan janji Kristus.
Apakah janji ini? Janji-Nya adalah bahwa siapa yang bersedia ikut men-derita dalam Kristus akan juga ikut memperoleh bagian dalam kebahagiaan Kristus. Adakah kebahagiaan yang lebih besar yang dapat diperoleh seseorang, terutama imam Katolik daripada kebahagiaan dalam penyerahan sepenuhnya kepada Putra Allah, yang juga Putra Bunda Maria teladan hidup kita?
(Ansano Widagdyo - Ratu Damai 4) Sumber: Renungan retret Fr. John A. Hardon S.J di Handmaids of the Precious Blood Cor Jesu Monastery, Jemez Springs - New Mexico
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |