Sakit, Antara Derita dan "Kenikmatan" Lebih Baik Sehat

  7 Apr 2012, 11:13

Nito! Kowe arep nyang endi? (kamu mau kemana?).Arep nyang rumah sakit! (mau ke rumah sakit).Sing loro sopo? (Yang sakit siapa?)Lha, ono rumah sakit, yo sing loro akeh! (Lha, kalau di rumah sakit itu yang sakit ya, banyak!)ha,ha,ha...

Sakit, Antara Derita dan "Kenikmatan" Lebih Baik Sehat

Demikian salah satu humor kami, para pensiunan ketika saling bertemu dan menyapa. Sekalipun kadang menderita sakit beneran, ya kami nikmati saja. Dalam bahasa Jawa, sakit itu mboten sekeco (tidak enak badan). Nah, ini ketika pulang kampung di Solo, teman-teman ada yang tanya tentang keadaan isteri saya (yang memang lagi kurang sehat). "Pak, kabaripun keng rayi mboten sekeco? (Pak! kabarnya isterinya nggak enak?) Saya jawab, "Sinten sing sanjang? Wong tesih eco, kok! (siapa bilang, wong masih enak, kok) ha,ha,ha...

Sakit? Siapa mau? Pasti tidaklah. Dalam umur-umur Adi Yuswa memang sangat rentan sakit. Contoh, komunitas jalan kaki pagi penulis di Bintaro satu per satu rontok. Ada yang kena pengapuran tulang pinggul, sehingga kalau jalan rasa nyeri. Kemudian lutut nyeri, ada yang kena jantung koroner, nggabung anak yang tinggal di AS karena alasan kesehatan. Alhasil, kami tinggal berapa orang saja dengan irama jalan pelan-pelan. Maka berpisahlah kami, menjadi dua bagian. Yang sehat dan "sakit-sakitan". Khusus yang terakhir ini penulis bergabung, dan sekali lagi dinikmati saja.

Sakit, Antara Derita dan "Kenikmatan" Lebih Baik Sehat

Tanggal 11 Februari adalah Hari Orang Sakit. Ketika tanggal 21 Oktober 1992, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan surat sebagai ajakan kepada umat Kristiani untuk memperhatikan orang-orang sakit. Kemudian Paus menetapkan pada tanggal 11 Februari 1993 sebagai Hari Orang Sakit Sedunia untuk pertama kali. Hari itu bertepatan dengan Hari Peringatan Penampakan Bunda Maria di Lourdes. Paus mengajak umat Kristiani untuk memperhatikan para orang sakit sedunia. Mereka menderita atau korban ketidakadilan dunia akibat peperangan dan sebagainya. Paus mengharapkan adanya suatu kegiatan, bukan sekedar menyibukkan diri kita melainkan agar hari itu dapat menjadi hari khusus, khidmat bagi orang sakit dan mereka yang menderita.

KAJ menghimbau agar kita bersama mereka, dan menemani mereka dalam doa, refleksi, dan kegiatan lain untuk memberi dorongan spiritual. Pasti dengan cara kita masing-masing. Tak lupa dorongan kepada para tenaga medis,yang sekalipun tugas utamanya menyembuhkan orang sakit, paling tidak meringankan beban si sakit. Pastilah salah satu di antara kita, ada yang pernah sakit "berat" bisa dirawat di rumah saja atau di RS. Jangankan dikunjungi, terima SMS atau telpon saja rasanya sebagai obat. Manusia itu homo emphaticus makhluk berempati dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ini anugerah Tuhan, karena kita memiliki saluran dalam otak syaraf mirror neurons, yang mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Semua pasti mengalami masa muda, nostalgia akan kesehatan dan kesegaran tubuh kita. Nah, ketika memasuki periode Adi Yuswa kita sadar betul artinya kesehatan. Kata orang Jawa para Adi Yuswa itu sudah mencari susuhing angin, sarang angin. Wong angin kok punya sarang? Ini hanya kiasan sudah melewati semuanya, saatnya menghidupi batin. Kita diutus sebagai penyemangat terutama bagi rekan maupun anak-anak untuk memberi kekuatan.

LEBIH BAIK SEHATTernyata setelah kita mengalami sakit baru menyadari bahwa sehat itu begitu berharga dan mahal. Dan sehat itu menjadi murah, kalau kita sejak awal sudah menjalani gaya hidup sehat. Coba renungkan hidup manusia untuk menjadi sehat itu sejak mula ditentukan oleh 4P: Pola hidup, Pola makan, Pola pikir dan Polusi. Kalau kita bisa menyeimbangkannya pasti ujung-ujungnya adalah bahagia. Bahagia menurut doktrin bapak saya, jika manusia itu merasa enak segalanya. Enak mangan (enak makan), enak nang mburi (enak ke belakang), enak turu (enak tidur). Jadi bahagia itu ukurannya bukan harta tetapi semelehing ati berpasrah diri.

Benar juga kata teman saya sesama pensiunan jika kita menjalani hari tua, kita bisa mengalami 6 A: awake waras (badannya sehat), atine seneng (hatinya senang), akeh kancane (banyak temannya), ana gunane (ada gunanya bagi sesama). Kalau bisa, kata teman saya tadi akeh duwite (banyak duit) ha,ha,ha... tapi nanti dulu? Jangan lupa A yang terakhir. Apa itu?...Aja kesuwen! Alias jangan terlalu lama hidup... ha,ha,ha...

Christine Widagdyo, salah satu umat MBK mengirim email tentang "Manfaat Bercanda untuk Kesehatan". Humor membuat rileks, melawan stress, membuat system syaraf otonom menurun sehingga kerja jantung menjadi rileks juga. Sekaligus mengurangi rasa sakit karena kekebalan tubuh semakin meningkat. Dengan meningkatnya hormone endorphine (mengurangi depresi) begitu juga hormone Human growth (membantu kekebalan tubuh). Dimana sudah ada pembuktian riset dari Prof. Lee Berk bersama Dr.Stanley A.Tan dari Loma Linda University, California 2006. Dibuktikan dengan pasien pasca operasi kanker yang cepat sembuh, ketika melihat film lucu-lucu dan bercanda humoris. Humor juga sekaligus mengurangi produksi hormone yang berhubungan dengan stress seperti (kortisol), epinephrine (pemacu adrenalin) dan hormone dopac. Nah, jika Anda senang humor (nggak usah pakai interpretasi macam-macam). Adalah kunci kesehatan yang mendasar.

Kepengin sehat? Ya, tertawalah. Tapi jangan tertawa-tawa sendiri.

Ign. Sunito

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi