Mengenal Sr. Lena Dari "Donum Dei"
7 Apr 2012, 18:29
Tengah malam tanggal 9 Mei 1997 ia meninggalkan Indonesia menuju Belanda, satu pesawat dengan Romo F.J.M. Kutschruiter, O.Carm (pastor Paroki MBK waktu itu). Dari negeri kincir angin ia meneruskan perjalanan ke Paris, dan tiba di sana keesokan harinya. Lalu ia tinggal di komunitas Keluarga Misionaris DONUM DEI di Becanson, di bagian timur Perancis.
Siapakah dia? Ia adalah Suster Lena yang bernama lengkap Maria Magdalena Susanti Beto Sogen. "Nah, sesuai dengan rencana, setelah tiba di Paris saya pun belajar bahasa Perancis sambil beradaptasi sebagai anggota baru Donum Dei. Saya memulai menjalani masa formation (pembinaan) selama setahun," kenang wanita yang pernah jadi warga Paroki MBK (Lingkungan Bintang Timur / Wilayah IV).
Dan sejak tahun 1997 itu Sr. Lena tinggal di negeri orang sebagai anggota Keluarga Misionaris DONUM DEI ("Pemberian Allah"), berpindah dari satu negara ke negara lain. Pada pertengahan bulan lalu (Maret) ia bersedia berbagi kisah hidupnya dengan Warta Minggu melalui email dari Manila, tempat ia mengucap "janji setia sampai mati" dan berkarya sekarang ini.
"Sudah cukup lama saya jauh dari Indonesia, ada rindu dengan tanah air dan keluarga," kata anak sulung Martinus Sogen (alm.) dan Kristina Sogen ini. Sr. Lena tidak dapat menyembunyikan rasa gembiranya karena menurut rencana, tanggal 15 April ini ia akan terbang dari Manila ke Jakarta. Selama sekitar dua bulan ia akan berlibur di tanah air tercinta, sekaligus mengadakan aksi panggilan di satu-dua tempat. "Ya kalau diberi kesempatan saya juga ingin bertemu dengan kaum muda MBK," kata Suster yang lancar berbahasa Perancis, Inggris dan Italia ini.
Ketaatan, kemurnian, kemiskinanDonum Dei beranggotakan para wanita yang tidak menikah. Tidak seperti para suster dari ordo dan kongregasi lain, para suster Donum Dei tidak mengucapkan Kaul. Tetapi mereka menghidupi dan menjalani ketaatan, kemurnian, kemiskinan dan persaudaraan. Yang paling kasat mata adalah mereka tidak mengenakan pakaian biarawati dalam kehidupan sehari-hari. Donum Dei didirikan pada tahun 1950 di Paris oleh Romo Marcel Roussel Galle. Kini Donum Dei berkarya di 40 negara (lima benua), tetapi belum hadir di Indonesia. Namun, selain Sr. Lena beberapa wanita Indonesia telah bergabung dengan Donum Dei, semuanya berkarya di luar negeri sekarang ini.
Dan apa kerja para suster Donum Dei? Bermacam-macam, antara lain mengelola restoran, rumah retret, rumah penitipan anak, penginapan untuk pelajar, pengajaran katekese dan kegiatan-kegiatan lain dalam bidang spiritual kemanusiaan. Di Manila Sr. Lena tinggal bersama sembilan suster Donum Dei. Enam dari mereka itu sudah mengucapkan semacam "kaul kekal". Dan empat masih postulan yang belajar di college. Di kota itu pula Sr. Lena mengucapkan kaul kekal bersama dua rekannya (asal Vietnam dan Papua New Guinea), peristiwa yang dihadiri pula oleh sang ibu (Bu Martinus) dan ipar Sr. Lena.
Restoran "L'Eau Vive"Sr. Lena bercerita tentang kegiatannya sehari-hari di ibukota Filipina itu. Setiap hari (Senin-Sabtu) mereka ikut Misa pukul 6.30 yang dilanjutkan dengan doa ibadat pagi dan renungan (meditasi). Setelah sarapan pagi mereka mulai bekerja harian di dapur, di restoran dan kantin. Setelah makan siang para suster itu melanjutkan pekerjaan sampai pkl. 5.30 sore (waktu untuk ibadat sore). Kantin tetap buka sampai pkl. 6 sore. Doa malam Pkl. 10 malam.
Pada hari Minggu mereka melakukan sejumlah kegiatan seperti rekoleksi komunitas Donum Dei, memberikan katekese untuk anak-anak dan kaum muda, orang tua dan orang dewasa. Mereka juga mengunjungi keluarga-keluarga miskin.
Mengelola restoran dan kantin (kafetaria) memang menjadi ciri khas Donum Dei. Jaringan restoran mereka bernama "L'Eau Vive" (Air Hidup). Sr. Lena juga ikut mengelola restoran ini di Perancis (Paris dan Marseille), Italia (Roma) dan Inggris. Ia juga melihat sendiri kegiatan serupa yang dilakukan suster-suster Donum Dei di Jerman ketika berkunjung ke sana.
"Restoran dan kantin kami welcome untuk semua yang mau hadir dan makan, juga sharing. Jadi kami juga menghidangkan makanan rohani. Kami mengajak pengunjung berdoa bersama dan menyanyikan lagu-lagu seperti Ave Maria dari Lourdes".
Mereka memberi perhatian besar kepada orang-orang tidak mampu yang tidak bisa membayar. Hal ini paling nyata di Manila. Itulah alasan kenapa mereka tidak hanya membuka restoran "L'Eau Vive" (menu Perancis) tetapi juga kantin (menu lokal).
Studi akademis dan KarirSr. Lena bersekolah di SD Sang Timur, SMP dan SMA Lamaholot, dan Akademi Manajemen & Informatika komputer Santa Lusia Jakarta. Ayahnya dipanggil Tuhan ketika ia duduk di kelas 2 SMA. Ibunya bekerja keras sehingga adik-adik Sr. Lena (dua laki-laki dan seorang perempuan) juga bisa tamat perguruan tinggi (S-1), dan semuanya telah menikah.
Dengan ijazah D3 Lena diterima bekerja di PT Diamond Cold Storage (bagian akunting). Lalu ia pindah kerja ke PT Cipta Pertiwi Abadai (kasir) dan terakhir sebelum masuk Donum Dei Lena bekerja di bagian Treasury PT Asuransi Jiwa Sewu New York Life.
Lantas kenapa meninggalkan karir yang cukup bagus? Apakah patah cinta? "Tidak. Sama sekali tidak. Saya pun tidak mengerti. Saya ingin bekerja di Kebun Anggur Tuhan, ingin membantu Yesus memberikan Air Hidup bagi mereka yang haus, seperti dalam kisah sumur Yakub, (Yoh 4)," kata Sr. Lena. Teladan ayahnya yang asal Flores dan ibunya yang kelahiran Yogyakarta sangat mempengaruhi hidup iman Sr. Lena sejak lahir.
Ketemu RomoTahun lalu di Manila Sr. Lena mendapat kejutan besar. Tidak terduga ia bertemu dengan Romo (MBK Jakarta) dan beberapa pastor karmelit lain dari Indonesia yang sedang berkunjung ke sana. Dalam sebuah pertemuan ia melihat para romo Indonesia itu berbaju batik khas Indonesia, dan hal itu menggetarkan hatinya. Romo bercerita kepada Sr. Lena cukup banyak tentang umat Paroki MBK termasuk kaum mudanya.
Pada hari-hari ini Bu Martinus Sogen sedang menunggu kedatangan puteri sulungnya. Kalau semuanya lancar, puteri sulungnya akan tiba di Jakarta (bandara Soekarno-Hatta) dari Manila pada tengah malam, hari Minggu, 15 April. Rindu, Bu? "Ya. Rindu. Tapi banyak orang butuh dia," kata Bu Martinus, lalu terdiam sebentar. Bagaimanapun, rindu wanita bercucu tiga ini adalah rindu seorang ibu yang telah mengandung dan melahirkan. Ia wanita hebat karena telah merelakan puteri sulungnya mengabdi Tuhan secara khusus.
Leo Jegho
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |