Kasih Ibu, Kasih Tuhan

 Jovica Zhuo, SD Kelas 6, Maria Bunda Rosario 4  |     7 Jan 2017, 15:02

Callysta adalah anak semata wayang dari ibunya yang bekerja sebagai penjual kue. Ia cukup dimanjakan oleh ibunya karena ibunya sangat menyayanginya, sedangkan ayah Callysta sudah meninggal sejak Callysta lahir akibat penyakit asmanya. "Bu, Lysta berangkat, ya," begitulah biasa Callysta dipanggil. "Iya, Nak. Hati-hati di jalan, ya," sahut ibunya.

Saat di sekolah, sahabat Callysta, Lia, menghampirinya. "Hai, Lysta. Kamu sudah mengerjakan PR belum?" "Hai, Lia. Oh, sudah dong. Kamu sudah juga, kan?" tanyaku. "Sudah, kok. Oh ya Lysta. Seminggu lagi hari ulang tahunmu, kan?" tanya Lia. "Oh, iya. Aku sudah tidak sabar menanti hari itu akan datang," sorak Callysta. Lia hanya tertawa kecil dan bel masuk sekolah pun berbunyi.

Saat pulang sekolah, Callysta menghampiri ibunya. "Bu, seminggu lagi kan hari ulang tahun Lysta, bisa tidak ibu belikan kue ulang tahun yang besar dan dipenuhi oleh hiasan yang indah?" "Hmm... bagaimana ya, Lys? Kamu kan tahu ibu hanya bisa membuat kue tart yang kecil. Maaf ya, sayang. Suatu saat nanti, kalau ibu sudah punya banyak uang baru ibu akan belikan kue yang kamu inginkan. Tidak apa-apa kan, sayang?" kata ibunya lembut. "Ah, ibu jahat. Setiap tahun, ibu selalu bilang begitu. Teman-temanku saja sampai membeli kue yang besar, indah, dan enak. Kenapa ibu tak bisa membelinya?" kata Callysta marah. "Maaf, sayang. Bukannya ibu tidak mau, ibu hanya tidak mampu membelinya karena kue yang besar itu harganya mahal," kata ibunya. "Ah, ibu jahat. Harusnya ibu bekerja lebih keras," kata Callysta sedikit membentak, lalu berlari menuju kamarnya. Sejak itu ibunya pun bekerja lebih keras lagi dan menjual kue hingga tengah malam baru pulang.

Suatu hari, Callysta terbangun dari tidurnya karena mendengar ada suara koin-koin yang terjatuh. "Pasti ibu sedang menghitung uangnya," pikir Callysta sambil berjalan ingin melihat apa yang dilakukan ibunya, ternyata memang benar ibunya sedang menghitung uang hasil penjualan kue. "Aduh, bagaimana nih? Uangnya belum cukup untuk membeli kue untuk ulang tahun Lysta. Ia pasti sedih," kata ibunya. Lalu Callysta mulai menangis di balik pintu, ia sadar bahwa sekarang ibunya bekerja sangat keras agar bisa membelikannya kue itu. Seketika itu juga, ia berlari. "Ibu, maafkan Lysta," katanya sambil memeluk ibunya. Ibunya tersenyum lega. "Tidak apa-apa, Nak. Ini untuk kebutuhan kita juga," kata ibunya lembut.

"Selamat pagi dan selamat ulang tahun, Lysta sayang. Semoga Tuhan memberkatimu. Panjang umur dan sehat selalu," kata ibunya lembut saat Callysta bangun tidur. "Hari ini ibu buatkan kue tart kecil ini saja, ya. Tidak apa-apa, kan?" kata ibunya sambil menyodorkan kue tart yang dilapisi krim dengan meises berwarna-warni. "Terima kasih, bu. Iya tidak apa-apa, kok. Kue ini indah sekali dan rasanya enak," kata Callysta sambil mencicipi kue tart ibunya. Ibunya tersenyum lembut. "Ini adalah ulang tahun yang terbaik," kata Callysta dalam hati, lalu memeluk erat ibunya.

Terima kasih Tuhan atas kasih-Mu. Terima kasih ibu atas kasih sayang dan perjuanganmu sejak dari kandungan hingga saat ini.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi