Lelo Ledhung: Tembang Yusuf Ketika Sang Anak Rewel

  7 Jan 2012, 18:53

Anakku, teringat waktu kita mengungsi di Mesir Kau masih kecil, aku pulang kerja dari membuat meja kayu, Kau rewel, menangis, lalu Kau aku peluk dan gendong, jantung-Mu dekat jantungku, kepala-Mu menempel di samping kepalaku, dagu-Mu bertumpu pada bahu kiriku. Kau ku bawa ke teras depan rumah dan aku melupakan lelah dan lapar, aku berdoa agar Kau tidak rewel, lalu bersenandung lirih begini:

Lelo Ledhung: Tembang Yusuf Ketika Sang Anak Rewel

Tak lelo lelo lelo ledhung Cup menenga anakku cah bagusAnakku sing bagus rupaneYen nangis ndak ilang baguse

Artinya:

(Ku timang anakku sayangDiamlah sayang anakku yang cakepAnakku yang cakep rupawanKalau menangis nanti hilang cakepnya)

Tetapi Kau masih tetap menangis, aku teruskan:

Tak gadhang bisa urip mulyoDadiyo satrio utomoNgluhurke asmane wong tuwaDadiyo pandekaring bangsa

(Ku doakan kau dapat hidup muliaJadilah pemuda yang terhormatMengharumkan nama orang tuaJadilah pendekar bangsa)

Biasanya Kau mulai tenang, dan mulai berhenti menangis, entah karena senandungku, entah karena nyaman di pelukanku, aku senandung terus:

Wiscup menenga anakkuKae mbulane ndadariKaya butho nggegilaniLagi nggoleki cah nangis

(Sudahlah sayang, diamlah anakkuItu bulan sedang purnamaSeperti raksaksa menakutkanSedang mencari anak yang menangis)

Kau sudah diam dan sepertinya mulai tidur di pelukanku, aku pun senandung tidak karuan, sering mengulang ulang bait lagu yang sudah ku senandungkan, tapi bait terakhirnya begini:

Tak lelo lelo lelo ledhungCep menenga aja pijer nangisTak emban slendang batik kawungYen nangis romo ibu bingung

(Ku timang anakku sayangDiamlah sayang jangan menangis terusAku gendong dengan selendang batik kawungKalau menangis ayah dan bunda bingung)

Kalau Kau sudah ketiduran, Kau aku letakkan di ranjang kayu buatanku supaya bobok nyaman, aku terharu dan bahagia memandang-Mu yang telah lelap, dan mama-Mu menyeka keringat di wajah-Mu, lalu menutupi ranjang-Mu dengan kelambu. Bunda-Mu sudah menyiapkan makanan untukku. Ingin aku mengulang kebahagiaan memeluk dan menina-bobokkan-Mu, tapi tidak bisa karena aku sudah renta. Selamat tinggal Nak, kini aku harus mengucapkan, "Sudah selesai". Kelak bunda-Mu yang akan memeluk-Mu untuk terakhir kalinya setelah karya agung-Mu usai.

(Priya - Gregorius 3)Terinspirasi dari campursari Lelo Ledung yang dibawakan oleh Tejo

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi