Percikan Permenungan
4 Feb 2011, 14:27
Tergelitik tulisan di WM "Merenung, Produktifkah?", membaca sepintas judulnya saya heran, kok masih dipertanyakan? Apa ada orang merenung tanpa rnenghasilkan sesuatu? Berdoa, memeriksa batin analog dengan merenung. Ajakan renung-merenung di gereja Katolik sangat gencar. Walau tidak secara implisit menyebut atau mengajak merenung. Tulisan itu dimuat pasti bukan tanpa alasan. Justru tulisan itu menyadarkan orang bahwa merenung itu sangat penting.
Merenung berarti berpikir dengan diam dan mendalam tentang sesuatu. Seakan orang mencari sesuatu dalam ketenangan batin. Yang dicari bukan semata-mata wujud benda. Renungan kisah sengsara Yesus. Kita mendapat apa? Batin, jiwa, hati rohani kita memperoieh contoh konkrit arti pengorbanan tulus Yesus Kristus. Perolehan yang didapat lewat doa penuh munajat.
Dari asal katanya, "renung" berarti memandang, menatap, menjenguk. Merenung analog dengan diam memikirkan sesuatu. Memikirkan dalam-dalam. Ini bukan sekedar mikir. Ini benar-benar mikir seperti kata Ernest Dimney dalam The Art of Thinking. Atau kilah Rene Descartes dengan Cogito ergo sum-nya, aku berpikir maka aku ada.
Apakah renung-merenung hanya terkait hidup gerejani umat Katolik? Jelas tidak. Segala hal di dunia bisa menjadi bahan renungan. Semua tulisan di buku, penemuan benda-benda fisik, teori teori beragam ilmu adalah hasil permenungan para ahli. Termasuk tulisan di WM, walau kadar permenungannya tidak sebanding dengan halaman yang tersedia. Hasil renungan paling mudah ditemui ada dalam kata kata "mutiara." Misalnya, terkait peristiwa bencana akhir akhir ini, ada ungkapan indah buah permenungan: "Alam tidak akan mengkhianati orang yang mencintainya." Meski tidak jelas siapa pemikirnya, kiranya pantas kita renungkan, kita pertanyakan pada diri sendiri. Mengapa alam begitu bergolak begitu marah kepada manusia? Dimana-mana gempa, banjir, longsor, gunung meletus. "Mari kembali ke alam" ajak Rousseau. Bagaimana bisa kembali, wong alamnya sudah rusak.
Kata Dante "Alam adalah maha karya seni ciptaan Tuhan." Kalau tahu itu karya seni, mengapa kita menghancurkannya? Apakah kita sudah lupa kuasa Tuhan? Mengapa kita tidak bersyukur dengan karunia Tuhan? Semua itu perlu kita renungkan. Bukan merenung untuk merenung, melainkan apa sikap dan langkah kita setelah perenungan. Tentu basis pikir adalah semangat Kristiani
Natal segera datang, ada yang pantas direnung ulang: Apa manfaat kehadiran Kristus bagi hidup dan kehidupan kita? Namun ada yang lebih penting untuk direnungkan: Apakah ajaran Kristus yang sekian lama diwartakan telah mendasari dan mewarnai langkah hidup insan Kristiani?
Mari kita merenung. Namun waktu jangan habis hanya buat merenung.
(Suwanto Soewandi - St Benedictus)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |