Mengapa Ada Jalan Salib?
2 Apr 2011, 07:42
Bagaimana dan mengapa di dalam tradisi gereja Katolik ada Rabu Abu, Jalan Salib, Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Vigili? WM Edisi 13 Maret 2011 memuat tulisan tentang Edisi kali ini Rabu Abu. Maka edisi kali ini akan diceritakan bagaimana ada Jalan Salib.
Jalan Salib
Jalan salib dasar-dasar biblisnya adalah syarat-syarat mengikuti Yesus, barangsiapa tidak mengikuti Aku, ia harus menyangkal diri dan ikut memanggul salib-Nya itu adalah syarat utama yang dikatakan oleh Yesus sendiri, bagi siapapun yang ingin mengikuti diri-Nya.
Dalam sejarahnya, bisa dilihat bagai-mana usaha orang mewujudkan bentuk penyangkalan dirinya untuk memanggul salib itu seperti apa, lalu mengikuti Yesus itu seperti apa. Dalam sejarah, cara mengikuti Yesus yang paling dekat itu adalah dalam bentuk kematiran dalam arti mati seperti Yesus, mati dalam iman seperti susunan kisah orang kudus, martir itu mendapat tempat yang paling tinggi setelah itu baru rasul, para gembala, biarawan-biarawati dan seterusnya.
Bagaimana mewujutkan matiraga dalam gereja? Awalnya muncul pertapa-pertapa, dahulu di Mesir, ada 400 biara dalam perjalanan selanjutnya orang melihat kembali lokasi dulu dimana Yesus hidup dan mengikuti jejak Yesus memanggul salib dan lewat mana perjalanannya dan kapan waktunya. Itulah awalnya orang mengadakan Jalan Salib dan disitulah ditemukan dan orang berhenti untuk berdoa setiap peristiwa dimana Yesus jatuh yang pertama dan seterusnya seperti awal peziarahan dimana Yesus jatuh dan memanggul salib-Nya menuju ke Gunung Golgota.
Dari situlah kebiasaan-kebiasaan itu diteruskan, dan dalam perjalanan waktu karena banyak orang yang mengikuti, Jalan Salib dibakukan, tetapi pada awalnya ada 14 peristiwa, lalu pada tahun 2002 Paus Yohanes Paulus II menambah 1 peristiwa yaitu Yesus Bangkit Dengan Mulia.
Setelah dibakukan orang membuat peristiwa-peristiwa bagaimana supaya peristiwa Yesus yang memanggul salib itu bisa selalu diperingati dan dihayati kembali, tetapi intinya adalah orang ingin mengambil bagian di dalam derita Kristus, Kristus yang penderitaan-Nya bermakna bagi keselamatan, lalu gereja juga merefleksikan bagaimana penderitaan kita, korban kita itu bisa memberikan dimensi keselamatan bagi orang lain.
Seperti untuk mengikuti peristiwa Jalan Salib di tempat asalnya dulu, tidak semua orang mempunyai uang untuk datang, maka dibuatlan gambar, patung-patung yang dipasang di dalam gereja yang bertujuan untuk bisa membantu menghadirkan peristiwa-peristiwa yang satu dan sama itu dalam kehidupan doa mereka, agar bisa mengikuti Yesus dengan lebih sempurna maka lalu dikemas dalam bentuk liturgi.
Dalam aturan-aturan baku mengenai matiraga yaitu pantang dan puasa, seperti makan kenyang hanya satu kali, yang lain hanya seperempat kenyang saja maka selebihnya itu kita berikan kepada orang lain, seperti pantang, misalnya pantang daging, kita tidak makan daging dan daging itu kita berikan kepada orang yang tidak pernah makan daging, (secara harafiah kita tidak datang ke orang itu memberikan daging kepadanya) tapi dalam bentuk Aksi Puasa Pembangunan manusia itu sendiri.
(Anton Sardjo)(Sumber: Romo Heribertus Supriyadi O. Carm,Pastor Kepala Paroki Tomang - MBK)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |