Percik Prapaskah (4)

  28 Feb 2013, 00:07

PERTOBATAN HATI

Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu. Berbaliklah kepada Tuhan Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia." (Yoel 2: 12-13).

Kitab Suci merupakan kumpulan kisah tentang dosa, tobat dan rahmat. Para nabi selalu menyingkapkan dosa-dosa umat, tetapi sekaligus mengajak mereka untuk bertobat. Lalu Allah memberi rahmat pertobatan dan pengampunan. Pertobatan yang berulangkali ditekankan ialah pertobatan hati. Bukan hal-hal lahiriah yang dilihat Allah, tetapi pertobatan yang keluar dari hati. Bukan korban persembahan yang dikehendaki, melainkan hati yang mau melakukan kehendak Allah.

Mengapa yang diutamakan pertobatan hati? Karena dosa itu berasal dari hati! Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati, dan itulah yang menajiskan orang (Mat 15: 18). Hati manusia itu seringkali keras. Hati yang keras itulah sumber dosa. Hanya Allah yang mampu memecahkan hati yang keras. Maka pertobatan itu tidak pernah terjadi hanya karena hasil usaha manusia. Pertobatan selalu merupakan prakarsa Allah. Tuhanlah yang memberikan hati yang baru, dan roh yang baru ditempatkan-Nya dalam hati kita. (Yeh 36: 26).

Pertobatan hati adalah suatu penataan baru seluruh kehidupan, suatu langkah balik kepada Allah dengan segenap hati, pelepasan dosa-dosa, berpaling dari yang jahat. Pertobatan itu sekaligus membawa kerinduan dan keputusan untuk mengubah kehidupan, serta harapan atas belas kasihan ilahi dan bantuan rahmat-Nya. Pertobatan jiwa ini diiringi dengan kesedihan jiwa (animi cruciatus) dan penyesalan hati (compunctio cordis). (Katekismus Gereja Katolik 1431). Jiwa kita bersedih dan hati kita sangat menyesal karena telah melakukan dosa. Rasa sedih dan sesal inilah yang membawa kepada pertobatan. Tanpa rasa sesal yang mendalam tak mungkin lahir pertobatan yang mendalam pula.

Pertobatan hati bukanlah hanya demi kesalehan pribadi, tetapi membawa keadilan dan cinta kasih bagi sesama. Kalau pertobatan itu hanya demi kesalehan pribadi, hal itu tidaklah berarti apa-apa. Dalam tradisi Gereja, selalu ada tiga aspek pertobatan yang ditekankan: puasa, doa dan sedekah. Puasa dan doa membuahkan sedekah kepada sesama. Kata "sedekah" berasal dari kata Ibrani "sedekh". Artinya, lurus, adil. Kalau kita melakukan sedekah, kita bertindak adil. Orang miskin berhak menerima derma (Amos 5: 24; Yes 1: 16-17). Apakah puasa dan pantang kita keluar dari pertobatan hati? Dan apakah pertobatan kita membawa "sedekh" atau perilaku adil dan cinta terhadap sesama kita?

(Lamtarida Simbolon, O.Carm)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi