Kematian dan Keajaiban Pengharapan Kristiani
Holly Tjahjadi | 29 Apr 2017, 12:16
Dalam hidup manusia, adalah hal yang lumrah untuk menghadapi kematian. Siklus kehidupan tersebut harus mengakhiri seluruh perjalanan dan proses manusia. Menurut agama Kristiani, kematian bukan hanya mengenai siklus yang terjadi akan tetapi proses pemberian diri menuju misteri Allah (Hentz, 2005). Selain itu, kematian juga menunjukkan harapan kita akan kehidupan kekal (bdk. Flp 1:21 dan 2 Tim 2:11)
Menariknya, beberapa tubuh biologis yang dikuburkan, ketika dibuka menjadi utuh kembali. Dalam Konsili Trente bahkan disebutkan bahwa tubuh suci martir yang hidup dalam Kristus (sebagai bukti iman) diabadikan oleh umat beriman. Tubuh biologis yang tidak rusak, bisa merupakan bukti dari iman akan Yesus Kristus.
Kisah Imanku
Bapak dan ibu saya masing-masing sudah meninggal. Keduanya, sudah menghadap Bapa di surga dalam jangka waktu yang lama. Bapak sudah dimakamkan 29 tahun yang lalu, sedangkan ibu sudah 18 tahun yang lalu. Awalnya, keluarga kami, adalah keluarga Konghucu, bapak akhirnya memeluk agama Katolik, yang diimaninya hingga wafatnya.
Terdapat momen yang mengesankan bagi saya dan sekeluarga pada awal April, tepatnya 8 April 2017. Kami, mulai dari keluarga inti dan keluarga besar memindahkan bapak dan ibu saya dari Taman Pemakaman Umum Pandu di Bandung. Saya bersama kakak dan adik saya menemani penggalian yang dimulai dari subuh hingga tepat sebelum pukul tujuh pagi. Tentunya, kami melaksanakan ibadat bersama imam sebelum prosesi pembukaan kubur.
Saya merefleksikan bahwa pengharapan Kristiani akan kehidupan kekal itu ada. Ketika ibu saya kuburannya dibuka, ternyata gigi palsu dari ibu saya terlihat. Ketika saya mengingat, ketika meninggal, saya mencuci gigi palsunya dan pengalaman itu terbayang. Selain itu, ketika kuburan bapak dibuka, jenazahnya masih utuh terlebih tangan yang memegang Rosario dan kitab suci yang ditaruh dalam kubur itu tidak mengalami kerusakan.
Rosario dan Kitab Suci merupakan bagian terpenting yang dimasukkan dalam peti setiap umat beriman. Dan mengejutkannya, tangan dari bapak saya yang memegang Rosario masih utuh dan tidak mengalami pembusukan. Tidak lupa kitab suci yang ada di peti bapak saya, merupakan pemberian istri saya. Kitab suci tersebut pemberian Rm. Pidyarto (sekarang merupakan Uskup Malang) waktu membimbing istri saya masuk ke dalam Katolik.
Tentunya, keajaiban kematian dalam (iman) Kristiani sungguh menakjubkan bagi saya. Pengalaman pribadi saya menjadi refleksi bagaimana setiap manusia akan mengalami kematian, namun bagian terpentingnya bagaimana iman kita dihayati sebagai Kristiani.
Sumber: Hentz, Otto. 2005. Pengharapan Kristen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |