Curhat Para Pengurus Lingkungan Di Wisma Puspanita Ciawi
30 Nov 2010, 15:32
Di Ciawi (Bogor) baru-baru ini mereka berbagi pegalaman atau "curhat", termasuk pengalaman-pengalaman sedih. Sebagai pengurus lingkungan mereka antara lain berceritera tentang warga yang tidak melapor atau mendaftarkan diri. "Baru kalau ada keperluan mendesak, misalnya pernikahan anaknya atau anaknya mau sekolah, baru mereka datang ke pengurus lingkungan. Bahkan mereka minta dilayani segera," kata seorang pengurus lingkungan dalam kelompok diskusi.
Pada kekompok lain dalam pertemuan di Ciawi itu, seorang ketua lingkungan mengeluh: Tingkat kehadiran pada pertemuan-pertemuan lingkungan cukup rendah. Yang datang yang itu-itu juga. Seorang lain menambahkan: "Kita antar surat ke rumah-rumah, eh yang menyambut malah anjingnya". Juga soal amplop Natal dan Paskah yang dibagikan ke rumah-rumah. Ketika pengurus lingkungan datang untuk mengambilnya, yang empunya rumah mencari-cari tetapi tidak menemukannya. Amplop hilang di rumah itu.
Lantas, senangnya? Ketika ketua/pengurus lingkungan merasa telah melakukan tugasnya dengan baik. Rasa bahagia karena ada solidaritas dan keguyuban dikalangan pengurus lingkungan, antar pengurus dan warga, dan antar warga lingkungan.
Selain itu para pengurus lingkungan mengakui mereka belajar banyak. Misalnya belajar lebih sabar, kuat, rendah hati, ikhlas hati. Mereka berharap akan ada kader-kader untuk keberlanjutan kepengurusan di lingkungan.
Siapakah mereka yang berekoleksi di Ciawi itu? Mereka, 60 orang semuanya, adalah para pengurus lingkungan dari Wilayah IX (5 lingkungan, yaitu Sugiyopranoto 1-3; St. Yohanes Rasul 1-2); dan Wilayah X (8 Lingkungan, yaitu St. Antonius 1-7; St. Ignatius Peis). Pertemuan yang berlangsung dua hari (20-21 Nopember) di rumah Retret Wisma Puspanita Ciawi-Bogor itu merupakan Rekoleksi Gelombang Tujuh.
Dalam pertemuan itu para peserta rekoleksi mendengarkan paparan Romo tentang kontekstualitas arah dasar KAJ khusus tentang dasar perutusan/tugas-tugas ketua dan pengurus lingkungan. Romo mengakui kenyataan selama ini, Ketua Lingkungan itu merasa dipaksa, dijerumuskan hingga menjadi penderitaan yang berkepanjangan karena bingung mau ngapain.
Romo berharap setelah mengikuti rekoleksi itu keengganan, kemalasan, kejengkelan dan keberatan-keberatan menjadi Pengurus Lingkungan menjadi berkurang. Diharapkan kelak semua warga malah mengajukan diri menjadi Pengurus Lingkungan.
Felix Iwan Wijayanto menyapaikan paparannya tentang kepemimpinan dalam pelayanan pastoral bagi Ketua/Pengurus Lingkungan. Ia membeberkan hal-hal seputar kapasitas pengurus lingkungan yang mencakup: 1.Kapasitas Spiritual; 2.Kapasitas psikologis; 3.Kapasitas Tatakelola/manajerial; 4.Kapasitas relasional.
Selain itu, secara bergantian para falisitator yaitu Bambang Pitoyo, RB. Sugiantoro dan Suprapto berbicara tentang tugas pengurus lingkungan dalam kaitannya dengan perutusan, termasuk perutusan meluaskan Kerajaan Allah, dan tugas ketua dan pengurus lingkungan membantu dalam pengembalaan Umat Tuhan.
Sebelum rekoleksi ditutup dua peserta menyampaikan kesan-kesannya. Purwanto (Lingkungan St. Antonius 6) mengusulkan agar rekoleksi seperti ini membagi lebih banyak waktu untuk tanya-jawab. Agnes (Lingkungan Sugiyopranoto 2) merasa rekoleksi seperti ini bagus sekali dan perlu diadakan dua tahun sekali agar lebih mendalami tugas-tugas pengurus lingkungan. Tidak lupa Agnes mengungkapkan rasa senangnya bisa bertemu dengan pengurus lingkungan-lingkungan lain, dan bisa mengenal mereka.
(asteria susi)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |