Pesona Anyer
16 Aug 2012, 10:20
Minggu sore (29/7) pada misa 17.00 Romo, O.Carm menyisipkan pengalaman yang tak terlupakan. Romo ini getol membagikan kisah-kisah pribadinya seperti suka ditraktir makan mi pangsit di waktu kecil, sering marah-marah walau pun sudah jadi imam dan anekdot seputar ruang makan pastoran.
Kali ini romo mengisahkan perjalanannya dengan romo-romo Dekenat Jakarta Barat II ke pantai Anyer. Ia mengaku bahwa ia adalah seorang yang sombong dan congkak. Ia merasa bisa mengerjakan semua perkara sendiri. Ia terkagum-kagum akan pantai Anyer yang putih bersih, langit dan laut yang biru serta alam yang indah.
Pagi hari ia telah berdoa dan meditasi sedikit di tepi pantai. Rm. Pieter dari paroki Trinitas mengajaknya berenang. Kontan ia masuk kamar dan mengenakan celana renang. Di tepi pantai ada orang yang menyewakan karet mirip papan selancar. Ia mulai menikmati ayunan ombak yang menghempas di tepi pantai.
Tak terasa jarak dia dan Rm. Pieter agak berjauhan. Tiba-tiba ada ombak yang tinggi menerpa dari belakang. Ia sempat terjatuh dan terseret ombak ke bawah. Ia berusaha berenang ke atas. Tapi karena panik ia tenggelam lagi. Ia berusaha untuk naik ke permukaan air lagi. Ia mengangkat tangan dan melambai-lambaikan tangannya ke arah pantai: "Tolong. Tolong.."
Perasaan sombong itu berganti dengan rasa takut. Syukur suaranya masih terdengar tukang kelapa muda yang berdagang di tepi pantai. Ia mendengar perempuan itu berteriak: "Tenang. Tenang. Ambil karetnya." Ia melihat ke sekelilingnya dan melihat bahwa karet yang dijadikan papan selancar itu mengambang agak dekat dengan dia.
Orang yang selama ini merasa bisa berbuat sendiri atau pakai istilah Rm. Falco Thuis, O.Carm dalam buku/suratnya "Diilhami Misteri", orang yang berprinsip do it by yourself bisa terlepas dari musibah berkat bantuan seorang perempuan sederhana yang tidak dikenalnya.
Pengalaman itu berkenaan dengan bacaan liturgi, bagaimana Tuhan memakai orang-orang yang sederhana dan tak terduga menjadi berkat bagi orang banyak seperti orang dari Baal Salisa dan Filipus serta anak muda yang hanya punya lima roti dan dua ikan.
Siang harinya, romo kembali mau berenang di tepi pantai. Ketika ia berjalan ada seorang ibu menawarkan kelapa muda. "Pak guru, beli kelapa muda. Sampai siang belum ada yang laku. "Dengan gaya khas orang kota, romo menjawab tak percaya: "Sampai siang ini? Bohong!"
Dalam perjalanan pulang, Romo baru teringat. Bukankah ibu pedagang kelapa muda itulah yang menolong dia?
(Tomas Samaria)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |